Jika kamu kertas aku akan jadi tintanya. Jika kamu gembok aku akan jadi kuncinya. Mengapa? Karena aku akan menuliskan cerita tentang kita dan akan menguncinya sampai entah kapan waktunya.
****Pelajaran pertama dimulai, anak anak sudah berada di kelas tapi dari tadi Aras tidak kelihatan batang hidungnya. Kemanakah dia? Biar dia dan tuhan yang tahu. Dari tadi bu Mey menerangkan di depan tapi tidak ada satupun kata yang Kashi pahami. Kashi terus memikirkan Aras. Apakah Aras pergi karena tadi? Batin Kashi. Pikiran Kashi mulai berkelana kemana mana, memikirkan hal hal yang belum tentu terjadi. Tiba tiba wajahnya memucat keringat dingin bercucuran. Damian yang dari tadi memandang Kashi langsung cemas dengan perubahan raut wajah Kashi yang langsung memucat.
"Shi kamu kenapa sakit?" tiba tiba Damian bicara seperti itu di kelas yang tenang. Tentu saja membuat seisi kelas menatapnya. Tak terkecuali Bu Mey. Sontak sekelas meneriaki kalimat ejekan kepada Damian.
"ciee... Damian perhatian sama Kashi. Udah gas aja lo. Tembak gih. " ucap Bimo si The King of Modus kelas.
"Aduh babang rey sakit hati mas Damian lebih milih Kashi" ucap Reyhan teman somplak Damian.
"ihh apaan sih lo pada" elak Damian.
"sudah sudah kalian ini. Ada apa Kashi kamu sakit? kamu pucat sekali."
Ucap Bu Mey menengahi semuanya."E...e. enggak bu. Saya ijin ke toilet bentar ya bu. " Kashi berdiri dari tempat duduknya.
"oh ya udah"
Kashi berjalan dengan wajah berkeringat dan tangan yang pucat. Kashi tahu kemana kakinya akan melangkah, ke toilet? Bukan lah. Jaman sekarang ijin ke toilet, bener bener ke toilet? Gak Jaman :v. Kashi menaiki tangga yang sangat berdebu, kelihatan jarang banget orang yang menginjakkan kakinya ke tangga ini. Kemana lagi kalau bukan ke Rooftop sekolah untuk mencari Aras. Emang ya si Kashi kebangetan banget ngapain dicari, ilang sekalian juga gak papa ikhlas mah gue :-)).
Setelah ujung tangga terakhir, senyum Kashi mengembang melihat sosok yang dicarinya benar benar di sana. Aras. Ia sedang duduk di sofa tua menghadap Angkasa yang sedang ceria. Kashi memberanikan diri melangkah mendekati Aras.
"Ras... " suara serak Kashi menggema ke udara. Membuat sang empu yang dipanggilnya langsung menoleh ke sumber suara.
"ngapain lo kesini. " tak ada tampang suka sedikitpun atas kehadiran Kashi dihadapannya sekarang.
"Gue cuma mau mastiin lo gak kenapa kenapa setelah lihat hasil tadi. Lagian lo juga masih bisa ikut olim kan"
Aras bangkit dari tempat duduknya dan mendekat 10 cm di hadapan Kashi.
"Gue ingetin ya gak usah sok peduli sama gue, dan soal nilai seleksi olim mungkin lo lagi beruntung saja, karena dewi fortuna lagi berpihak sama lo. Jangan besar kepala deh lo. Sekaranga lo seneng kan gue Malu karena nilai tertinggi bukan gue tapi Lo. Lo itu emang pembawa sial bagi gue. " dan setelah Aras mengucapkan kalimat tajam itu ia pergi meninggalkan Kashi sendirian.
Kenapa lo benci gue, padahal gue bener bener khawatir sama lo, gue cuma mau mastiin lo gak nglakuin hal kaya dulu lagi. Apa salahnya.
Kashi menatap nanar punggung Aras yang mulai menghilang. Menyisakan dia yang menangis dalam diam di saat Angkasa sedang ceria cerianya.
Hayo ada masalalu apa Kashi dan Aras ya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa vote & coment😗😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Te déteste
Teen FictionCredit Cover by Bellaraa_ "Alasan aku membencinya? Hmm karena apa ya? Mungkin karena aku ada rasa" "serius lo? " "Iya rasa pengin muntah maksutku" Tak pernah terfikirkan oleh Kashi kalau ia akan satu kelas lagi dengan Aras. Cowok yang selalu memb...