Part 4.) Talk

153K 13.9K 318
                                    

Please give me a vote 🌟 and comment 💬

💫🌟✨

Amber memasuki kamarnya yang terdapat Scarlet disana sedang meringkuk disisi ranjang, menatap kosong tak tentu arah.

Tadi dengan rasa penasarannya yang tinggi, ia mencoba mengintip ruang kerja ayahnya--Samuel yang ditemani Ibu dan kakaknya, menghadapi Alpha Althan Bennedict didampingi Duncan, betanya dari Braverly Pack yang terkenal akan reputasi kelamnya.

Bahkan seorang Amber si shewolf pemberani pun mendadak ciut nyalinya saat merasakan aura yang begitu menegangkan dari dalam ruangan itu.

Hingga ia putuskan untuk menghentikan aksi mengintipnya dan pergi dari sana.

Dan disinilah Amber sekarang, menemani Scarlet yang sedang dirundung kegelisahan. Seorang wizard yang dikenal akan ketenangannya, kini tenggelam dalam kekalutan seakan meratapi nasibnya...

....menjadi mate seorang werewolf

Tentunya bukan werewolf biasa. Ia adalah seorang Alpha yang kejam dan berdarah dingin.

"Mereka sedang berada di ruang kerja Ayah," Amber membuka percakapan.

"Aku tidak mau ikut dengannya," Scarlet menjawab seolah tak mendengar ucapan Amber.

Amber terdiam. Ia hafal betul dengan sifat Scarlet. Meski ia terkesan lembut dan mudah di ajak bicara, tapi wizard satu ini punya pendirian yang kuat dan tak tergoyahkan.

Amber menggamit tangan Scarlet,mencoba menenangkannya lewat sentuhan tangan itu.

Mereka berdua hanya duduk terdiam saling mengenggam dalam kesunyian, seolah sedang mentransfer perasaan masing-masing.

Hingga suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatian mereka.

Sintya berdiri diambang pintu.

Dan kini wanita paruh baya itu bergabung disisi ranjang bersama dua gadis kesayangannya.

"Aku mau kembali ke cabin-ku, Bi."

"Cabin itu milikmu, kau boleh kesana kapanpun kau mau." Sintya menelisik raut wajah Scarlet yang tertunduk murung.

"Kenapa kau kelihatan sedih? Bukankah kau baru bertemu dengan jodohmu."

"Aku tidak mengenalnya, aku tidak mau bersamanya."

Mata Sintya membulat mendengar jawaban Scarlet. Dia bersyukur Althan tidak mendengar ucapannya barusan---karena dia tau benar, seorang werewolf bahkan lebih memilih mati daripada ditolak mate-nya.

"Dia pria yang berbahaya, Bi." Scarlet kembali bicara, ada nada keraguan disana, "Aku tidak tahu kekuatan besar apa yang ada pada dirinya, tapi auranya membuat sihirku tak bekerja sama sekali! Aku harus bagaimana?"

"Apa kau yakin dengan hal itu?"

Scarlet mengangguki pertanyaan Sintya.

Ia kemudian menyentuh kepala Scarlet, menyusuri surai lembutnya dengan jemarinya.
Sambil bicara dengan suara wibawa khas seorang Ibu,
"Apa kau tahu, nak, yang dirasakan seorang werewolf bila bertemu dengan mate-nya?"

Scarlet menggeleng.

"Hidupnya terasa lengkap."

Scarlet bergeming.

Wizard Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang