Part 18.) Anger

134K 10.8K 643
                                    

Start Open PO nya besok ya. Jangan sampai ketinggalan! Untuk info selengkapnya, cek ig @Lotuspublisher




💫🌟✨




Vanessa nampak gelisah di hadapan meja riasnya. Sesekali ia meremas sisir dan mengetuk-ngetukkannya di meja.

Sudah beberapa hari semenjak kejadian penyerangan di camp pelatihan itu, dan Althan masih mengabaikannya.

Bersikap dingin dan mendiamkannya.

Althan tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, meski semarah apapun ia pada sahabatnya itu. Bagi Vanessa ---ini bahkan lebih buruk daripada hukuman penjara atau cambuk, yang biasa di berlakukannya pada anggota Braverly Pack.

Batin Vanessa terusik. Scarlet memiliki pengaruh yang besar pada diri sang Alpha. Dan Vanessa mendengus tak suka karenanya.

Sejak kecil perempuan yang menerima perlakuan istimewa oleh Althan hanyalah Seza dan dirinya. Dan Vanessa tidak ingin mengubah itu.

Dia tetap harus menjadi yang teristimewa.

Dengan gelap mata, Vanessa meraup segala benda yang tertata di meja riasnya dan menghempaskannya ke segala arah hingga berserakan.

Ungkapan kekesalannya ketika mendapati kenyataan bahwa ia bukanlah lagi seseorang yang menerima hak akan keistimewaan itu.

Scarlet Gregory.

Vanessa sungguh menyesalkan kehadiran gadis itu. Gadis yang telah meluluh-lantakkan impiannya untuk menjadi pendamping sang Alpha.

Gadis yang telah mencuri perhatian pria-nya dan perhatian seluruh kawanan pack- nya.

***

***

***

Vanessa menyusuri lantai koridor Mansion yang sepi.

Ketidak-sanggupannya akan pengabaian Althan, membuatnya harus sedikit menurunkan sedikit egonya untuk kembali meraih simpati pria itu.

Ya, Vanessa akan meminta maaf.

Tapi bukan pada Scarlet ---ia tidak akan sudi. Melainkan pada Althan...ia yakin, bila ia sedikit merengek dan memohon, pasti Althan akan luluh juga.

Seperti yang sudah-sudah.

Langkahnya terhenti tepat di depan ruang kerja sang Alpha. Vanessa tahu, di jam-jam segini, Althan pasti sedang menghabiskan waktunya dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

Namun tangannya yang hendak meraih kenop terhenti saat melihat pintu ruangan itu sedang dalam posisi sedikit terbuka.

Membuat ia bisa menangkap dengan jelas pembicaraan yang terdengar dari sana.

Di intipnya beberapa orang yang ikut bergabung di ruangan tersebut. Terlihatlah Althan, Seza, Duncan dan Candice yang nampak berbincang dengan gestur rileks.

"Selamat, nak! akhirnya saat yang paling kunantikan telah tiba---kau melamar mate- mu." Wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu serta merta memeluk Althan. Bulir-bulir airmata haru bahkan siap meluncur dari kedua manik matanya.

Candice dan Duncan tersenyum. Keduanya saling menggenggam seraya melemparkan tatapan dalam, satu sama lain. Ikut tenggelam dalam euforia kebahagiaan yang sebentar lagi berubah menjadi perayaan besar di Braverly pack.

Wizard Mate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang