Sialan!

2K 65 21
                                    

Haiii guysss. Maaf ya, aku lama update. Banyak tugas sekolah yang harus aku selesaikan, jadi aku sama sekali gak ada ide buat melanjutkan cerita. Maaf ya kalau ceritanya cuma sedikit. Terimakasih udah baca cerita ini. Ayo baca, vote dan komen ya! Jangan lupa! Biar aku semakin semangat buat ceritanya.

Happy reading guysss. . 💕

❤❤❤

"Gue gak benci sama Lo. Gue cuma kesal dan cemburu waktu Lo dekat sama dia. Lo tau kan kalau gue suka sama dia. Gue minta maaf karena gue buat Lo jadi gini, tapi gue gak ada niat nyakitin Lo. Gue cuma marah sama keadaan ini, gue gak suka Lo dekat sama dia. Itu aja"

❤❤❤

"Jadi intinya, udah gak musuhan nih?"
Aprillina melihat kedua sahabatnya dengan senyuman jail.

"siapa yang musuhan? Kita gak akan pernah musuhan kan vi?"

"Betull tuh"

"Nah gitu dong"

Matahari sudah mulai tenggelam, terlihat 3 orang wanita yang sepertinya sedang bahagia. Olivia, Sherlly dan Aprillina berpelukan layaknya orang yang sudah lama tidak pernah berjumpa.
Sherlly masih harus tetap dirawat di rumah sakit. Aprillina dan Olivia baru pulang dari sekolah kemudian datang untuk melihat keadaan sahabat mereka itu. Tentang permasalahan Olivia dan Sherlly? Tampaknya mereka sudah menyelesaikan nya. Terlihat dari wajah mereka yang berbinar, senyuman persahabatan tanpa ada rasa kesal dan cemburu seperti sebelumnya.

Klekk

Tampak seorang laki-laki sedang tersenyum dan menampakkan giginya yang rapi.

"hai"

"hai" Aprillina dan Olivia tampak menanggapi sapaan laki-laki tersebut.

"Gimana keadaan mu Chell? Udah baikan?"

Fredik Antonius. Yahh. Dia sedang duduk disebelah tempat Sherlly berbaring, setelah Olivia yang awalnya duduk mempersilahkan Fredik.

"Baik kak. Makasih kakak udah repot-repot datang kesini"
Sherlly mencoba tersenyum kecil untuk Fredik.

'Setidaknya, aku harus mencoba' kata Sherlly didalam hati.

"Kamu jangan bilang gitu. Aku minta maaf ya karena baru bisa datang buat lihat keadaan kamu"
Sherlly lagi lagi hanya tersenyum.

"Gue sama Olivia pergi dulu ya sher, laper" Aprillina mencoba menghentikan keheningan.

"Oke. Hati-hati"

Olivia dan Aprillina pun keluar. Sebenarnya, ada maksud tersendiri dibalik Aprillina dan Olivia mencoba keluar tadi.

"Kamu belum makan? Kok ini masih utuh buburnya" Fredik menatap tajam kearah Sherlly seakan ingin menyantapnya.

"Hehe. Aku belum lapar kak"

"Kamu harus makan Chell, gimana kamu mau sembuh"

"Tapi kak, aku gak sekarat. Kenapa harus dikasih bubur itu. Aku gak suka"

Fredik mengambil nafas panjang, kemudian menatap Sherlly dengan lembut.

"Kamu harus makan ya. Demi kesehatan kamu. Kamu mau cepat-cepat keluar kan dari sini?"

Sherlly mengangguk pelan

"Ya udah. Sekarang makan ya, aku suapin" Fredik mengambil semangkok bubur yang ada dimeja.

"Aaaa"

"Kak, aku bukan anak kecil" Sherlly mengunyah buburnya dengan cemberut.
Sedangkan Fredik hanya terkekeh.

Klek
Pintu terbuka lagi. Kali ini yang datang adalah Aldo. Aldo datang dengan mata tajam ke arah Fredik dan tampak raut wajahnya sedang menahan amarah.

"Kak Aldo?"
Aldo mendekati Sherlly dan Fredik.

"Lo ngapain disini?" desis Aldo kepada Fredik.

"Mau lihat Marchell. Masalah buat Lo?" Fredik menjawab pertanyaan Aldo dengan santai tanpa melihat Aldo.

"Kak Aldo ngapain disini?" kali ini Sherlly yang bertanya kepada Aldo.

"Mau lihat keadaan kamulah Sher, jadi mau ngapain lagi" Aldo memegang tangan Sherlly yang kemudian Sherlly tepis pelan.

"Kakak gak perlu kesini. Ada kak Fredik kok yang jaga aku" Perkataan Sherlly lantas membuat Aldo semakin marah. Aldo menatap Fredik lagi lebih tajam, tapi Fredik tetap bersikap acuh kepada Aldo.

"Kalau aku mau disini, kenapa kamu larang?"

"Aku cuma gak mau merepotkan kakak. Jadi, kakak-"

"Kamu gak sama sekali merepotkan Sher!" Aldo berbicara dengan nada sedikit tinggi, membuat Sherlly terkejut. Fredik yang melihat Sherlly seperti ketakutan langsung memeluk Sherlly.

"Lo jangan buat Marchell takut Do! Ini rumah sakit. Lebih baik sekarang Lo pergi"

Aldo yang melihat Sherlly berada dipelukan Fredik dan tidak mau menatapnya mencoba meraih tangan Sherlly, namun Sherlly menepis nya lagi.

"Sher, maafin aku. Aku gak ada niat buat kamu takut. Sher"

"Kak Aldo pergi aja"

"Sher"

"Pergi kak!"

Aldo menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian pergi dengan amarah yang tertahan.

'Sialan!' desis Aldo

Aldo kemudian pergi meninggalkan rumah sakit. Aldo pulang kerumah. Membanting pintu kamarnya dengan kasar dan mengambil rokok didalam tasnya. Menghidupkan rokok itu dan menghisapnya. Ntahlah kenapa, tapi dia benar-benar marah melihat Sherlly dekat dengan Fredik.

'Sialan!' desis Aldo lagi.

Aldo mengacak rambutnya frustasi. Kenapa Sherlly lebih memilih Fredik? Tunggu dulu! Memangnya Sherlly bilang kalau dia lebih memilih Fredik? Tapi dari cara Sherlly berbicara dan bersikap, terlihat bahwa dia memilih Fredik.

'Akhhh!!!'

Semua seakan beterbangan diotak Aldo. Belum lama mereka dekat, tapi Sherlly sukses membuat Aldo segila ini.

Ting tung ting tung..
Android Aldo berbunyi, tampak dilayar ada panggilan masuk.

"Gimana? Udah sukses belum?" terdengar seseorang berbicara disana. satu pertanyaan itu mampu membuat Aldo semakin panas dan tidak waras.

"Gue males ngomongin itu sekarang"

"Jangan bilang Lo gak bisa"

"ck!  Gue bisa! Itu gampang! Tapi gue butuh waktu"

"Okeoke. Jangan sampai Lo terjebak Do!"

Tuttt...tuttt...tuttt
Panggilan pun berakhir.

Apa maksudnya? Siapa tadi yang menelvon Aldo? Dan apa yang sedang mereka bicarakan?

Cinta Dalam Diam(CDD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang