Disini,saat semuanya dimulai.Diatas sini saat engkau mengatakannya. Angin berhembus, sangat lembut, seakan berbisik tentang apa yang akan terjadi, mungkin penyesalan? kebahagiaan? entahlah. Tapi siapa yang bisa mengerti? sampai aku sadar, hanya hat...
Astaga dia? Aku sudah tidak peduli penampilanku, yang ku tau dia ada di sini. Aku terus saja berlari menyusuri koridor. Beberapa pasang mata memperhatikanku, mungkin heran kenapa aku berlari. "Kak Aldion!?" Aku langsung berteriak memanggil namanya. Terkejut karna di panggil, lantas siswa tersebut membalik. "Lo panggil gue?" Siswa tadi hanya bingung, dia murid baru. Mungkin di sini baru beberapa minggu. "Eh..Maaf, gue salah orang" Lala langsung lari ke taman belakang. Bagaimana mungkin dia salah lihat. Apakah Lala sudah melupakan wajah pria itu? Entahlah.
***
Dylan datang ke sekolah, menggunakan pakaian biasa. Sebab salah satu teman Dylan bilang, kalau hari ini guru rapat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dylan terus mencari sosok Lala, tapi tidak di temukan. Ah .. mungkin di atap, atau taman belakang? Bukit? Dylan sibuk berfikir dimana Lala. Dylan akhirnya memutuskan ke taman belakang. Tempat terdekat dari tempatnya berdiri.
Ada seorang cewek yang duduk sendiri. "Lala?" Dylan langsung berlari karna melihat Lala yang menangis. "Kamu kenapa?" Dylan bertanya dalam nada yang khawatir, sambil berusaha menenangkan Lala. "Lan, aku salah lihat. Aku salah. Aku salah orang Lan". Lala menangis sejadi-jadinya. Dylan bingung salah orang? Maksudnya? "Coba jelasin sama aku, siapa tau aku bisa bantu?". Lala mengangguk dan memperbaiki posisinya. "Tadi kan kamu gak datang, jadi aku malas di kelas, yaudah aku ke atap. Di atap aku kaya liat dia Lan. Pas aku lari, ternyata salah. Dylan hanya mengangguk, tapi sebenarnya dalam hati Dylan seperti ada rasa lain. Dylan tidak bisa memastikan. Sudah lama mereka berteman.
2 tahun cowok itu meninggalkan Lala. Tapi kenapa Lala masih belum bisa melupakannya? Apakah dia begitu berharga? Dylan mencoba mengalihkan pikiran tersebut. "Udah yah, sekarang kita pulang" ajak Dylan dengan lembut.
*** Di atas motor, entahlah Dylan merasa sangat canggung. Lala memeluknya dari belakang, dan bersandar di bahunya. Mungkin saja Lala sedang frustasi. "La, udah sampai". Berusaha membangunkan Lala. "Eh, udah sampe yah?. Lala masih belum sadar total dari mimpinya. "Iya" Dylan menjawab sambil tersenyum. Senyum tulus.
Lala berjalan ke dalam kamar, sepi di rumahnya. Hanya ada bibi, saat malam bibi pulang ke rumahnya. Bibi memang tidak ingin tinggal di rumah Lala. Katanya dia nggak enak. Yaudah di kasih gratis gak mau. Lagi-lagi Lala hanya diam. Apakah ini yang di sebut hidup? Sepi, sunyi. Lala terdiam. Tak terasa air matanya jatuh. Dia merindukan ayahnya, merindukan ibunya. Seandainya ibunya ada saat ini pasti dia akan menenangkan Lala. Lala hanya menangis, setiap saat , setiap mengingat orang tuanya.
Flashback on.
Lala hanya terdiam saat ayahnya pergi dari rumah. Ayahnya berjalan keluar rumah, membawa 2 koper besar. "Ayah Lala ikut yah?" Lala masih berusaha tersenyum. Di umurnya yang masih remaja, di tinggalkan orang tua bukan hal yang mudah. "Tidak usah nak, kamu di sini saja, jaga rumah. Nanti kalau ibumu datang dia mau liat siapa?" Ayah Lala berusaha menenangkan Lala yang mulai menangis. "Ayah tuh gak pernah ngerti. Aku udah kesepian gak ada ibu. Dan sekarang ayah pergi juga?". Lala berusaha mencoba menghapus air matanya. Seperti keran yang keluar air. Begitu juga mata Lala, tidak berhenti menangisi. Tapi ayah Lala tetap pergi. Lala hanya bisa menangis dan mengamuk. Di pegang oleh beberapa pembantu. "Ayah........ Jangan tinggalin Lala. Lala takut. Ayah.. Lala janji jadi anak yang baik. Gak marah-marah lagi, makan tepat waktu. Lala janji yah..." Lala terus saja berteriak. Memanggil ayahnya yang kini sudah tidak terlihat.
Flashback off.
Lala mendapat keluar jendela. "Ada apa dengan langit? Tiba-tiba saja hujan" Lala membuang nafas untuk yang kesekian kali. Percuma mengingat masa lalu. Tidak akan ada yang berubah. Kita hanya bisa belajar dan memahami. Bahwa tidak ada yang benar-benar ada.
***
Dylan masih belum bisa melupakan kejadian di motor. "Astaga, apakah tadi Lala memelukku? Ya Tuhan. Mimpi apa aku?". Senyum di bibir Dylan tidak pernah berhenti. Mengembang layaknya kue bolu.
"Kamu kenapa senyum- senyum sendiri? Nanti kamu di kira orang gila loh..". Bunda Dylan sengaja mengganggu Dylan, mungkin Dylan sedang ... Fikiran bunda Dylan jadi asal-asalan saja "Apa sih bunda. Orang lagi bahagia juga". Dylan menjawab bundanya sambil memajukan bibirnya. "Eh itu bibirnya mau jatuh, hati-hati lo". Hahahaha bunda Dylan tidak berhenti ketawa. "Udahlah bun, jadi malas makan". Dylan langsung masuk ke kamarnya.
***
Dua insan ini sedang menatap langit yang sama, mungkin saling berfikir, apa yang terjadi besok? Atau mungkin saling memikirkan?.
Dylan POV.
Sekarang langit sedang menangis. Mungkin langit juga sedih akan cerita kisah Lala. Lala sudah lama menunggu laki-laki itu. Tapi laki-laki itu tetap tidak muncul? Sebenarnya siapa laki-laki itu? Apa hubungannya dengan Lala? Fikiran itu terus saja ada di kepala Dylan.
Selain itu ada yang mengganggu fikiran Dylan. Dia telah membuat Lala Salah paham. "Bagaimana besok jika aku ketemu Lala?, Apakah aku bersikap biasa-biasa saja??