4-Dia

189 21 6
                                    

Maaf ceritanya diubah dikit aja. Hehehe. Budayakan vote  dan komen sesudah baca. SELAMAT MEMBACA. Maaf juga karna banyak typo.

---_----------_-------_----------------__----------_----

Cupp...

Lala terkejut dengan perlakuan Dylan. Apa yang Dylan lakukan? Apa ini? Ciuman? Ciuman ku? Diambil Dylan?. Lala merasakan kecepatan jantungnya sedang tidak normal.
"Dylan!" Lala mendorong tubuh Dylan agar menjauh. Tapi Dylan,
Dylan tertawa terbahak-bahak,
"Apakah ini ciuman pertamamu?, Oh ia kamu kan pacaran pas SMP doang". apakah ini hanya lelucon bagi Dylan? Ciuman terlalu lucu?

"Kamu anggap itu lucu?!" Nada suara Lala berubah. Matanya merah, mukanya juga merah.
"La, maaf aku cuma bercanda"Dylan memegang tangan Lala.
"Bercanda nggak usah kaya gitu Lan. Masih banyak hal konyol yang biasa kamu lakukan. Aku kecewa Lan!".

Lala pergi dengan hati gusar, bagaimana bisa Dylan melakukan itu? Apakah Dylan tidak punya etika? Ciuman hanya sebuah lelucon? Lala berjalan sambil menangis. Segala hal Lala bayangkan, seandainya dia ada di sini. Pasti ini tidak akan terjadi. Seandainya dia,dia dan dia. Hanya dia  yang Lala ingat.

***

Lala masuk ke dalam kelas dengan wajah yang amat marah, bahkan matanya pun sembab.Ciuman pertamanya di renggut. Bahkan dia saja tidak pernah melakukannya. *jelasmerekamasihSMP

"Fira, aku pulang duluan yah, nanti kalau guru tanya, bilang aja aku lagi nggak enak badan.
"Eh,Iya". Fira berusaha tersenyum, padahal sebenarnya dia sudah seperti ingin mati penasaran. Ada apa dengan Lala? Kenapa matanya sembab?. Fira berfikir sendiri, dan mencoba menebak nebak.

Lala berjalan keluar kelas. Mata sembab, muka merah, pakaian kusut. Siswa-siswa memperhatikan Lala. Mungkin juga penasaran dengan apa yang terjadi.

"Laaaaaaa..... Tungguuuuuuu" Dylan berteriak sangat keras, memanggil Lala. Lala tetap tidak ingin menoleh. Lala mempercepat langkahnya. Air matanya tidak berhenti mengalir. Ciuman? Astaga bahkan Lala tidak pernah berfikir ingin melakukannya.

***
Dylan tetap mengejar Lala. Mempercepat larinya. Lala pun yang melihat itu, mempercepat langkahnya.

"La maaf yah.."
"Maaf donk"
"Maaf yah cantik".......

Dylan sudah pusing karna Lala tidak menyahut dari tadi. Semua kata-kata indah di keluarkan Dylan. Sampai Dylan sudah tidak tahan dengan ini.
Dylan menarik tangan Lala dan langsung memeluknya.
"La, maafin aku. Aku benar-benar nggak tau kalau itu ciuman pertama kamu". Dylan berusaha meminta maaf, tapi hati Lala sekarang benar-benar hancur. Hancur sekali.

Tidak ada yang di katakan Lala. Hanya diam dalam pelukan Dylan. Dylan mempererat pelukannya.
"Karna nggak semua yang kamu lakuin itu lucu Lan". Lala melepaskan pelukannya.Lala pergi dengan perasaan campur aduk.
"Seandainya kamu di sini". Lala malah mengingat dia.

***
Dylan memutuskan untuk pergi ke rumah Lala. Untuk meminta maaf, Dylan tidak bermaksud mengambil ciuman Lala, cuma tadi yah.. kelepasan. Dylan merasa seperti ada yang mengikutinya. Entah lah, mungkin hanya perasaan.
"Yah.. udah jam 15.00 lagi, gimana nih? Semoga aja Lala belum tidur". Dylan tahu bahwa Lala pasti akan tidur siang.

***

Kali ini Lala tidak melihat keluar jendela, atau menatap langit kamarnya. Tapi Lala membaca novel, hanya untuk mengisi waktu luang. Lala tidak suka bermain sosmed. Jika ada tugas, baru dia menggunakan HP.

Tokk...Tokk..Tokk..
"Non, ada yang cariin". Pembantu Lala memang sangat baik kepada Lala, tapi Lala jarang sekali ingin bicara.
"Sebentar bi" nada suara Lala dingin. tidak ketus, tapi seperti ketus. Lala sangat mager untuk saat ini. Posisinya sudah nyaman.
"10 menit lagi ah. Kalau penting juga pasti nunggu" Lala tidak bergerak dari posisinya. Malah melanjutkan membaca.

10 menit berlalu. Lala masih mager. Tapi dia juga penasaran, siapa yang datang. Akhirnya Lala berjalan keluar kamar, menuju tempat parkir. Mana berani bibi menyuruh tamu masuk. Apalagi tidak di kenal.

Lala berjalan keluar rumah. Mencari tamu yang mencarinya. Tapi parkiran kosong.
"Pak, tadi ada tamu?" Lala bertanya pada sopirnya.
"Eh, ia non. Tapi udah balik".
Yaudah Lala kembali masuk rumah. Toh dia tidak peduli siapa yang datang.

Lala berjalan ke kamarnya. Sebenarnya Lala juga penasaran, siapa yang tahu rumahnya? Kecuali Dylan. Mana mungkin Dylan ke sini? Buat apa? Masa cuma minta maaf. Lala masih berusaha berfikir.

***

Lala kembali membaca novel. Lagi-lagi hujan. Apakah hujan tau isi hatinya nya saat ini??

Flashback on.

Mereka berdua duduk di atas bukit. Lagi-lagi bukit. Lala dari tadi hanya diam. Tidak bicara, mungkin karna ayahnya pergi. Yah, ayah Lala memang pergi. Entah itu selamanya atau sesaat.

"La, nggak usah sedih gitu, kan ada aku" lelaki ini berusaha membujuk Lala, tapi Lala tetap tidak menjawab. Air matanya seakan sudah ingin jatuh. Ingin sekali ia menangis. Bagaimana bisa ayahnya meninggalkannya sendirian? Entahlah.

"Udah mau hujan kak, aku pulang dulu". Tangan Lala langsung di tahan.  Lala menoleh, laki-laki itu hanya tersenyum dan mengatakan.
"Kamu tahu kenapa langit mendung?" Dia berusaha tersenyum, walaupun Lala tahu dia hanya ingin menghibur. Lala hanya menggeleng.

"Mungkin ada yang melukai hati langit, makanya langit ingin menangis. Bukannya menangis jalan satu-satunya saat mulut tidak bisa bicara?.

Flashback off.

"Ah, mungkin dia dulu bilang kaya gitu supaya aku tenang". Dimana dia sekarang? Apa dia masih mengingat ku?". Lala kembali mengingat dia. Mengingat masa lalunya. Mengingat semua tentang dia.

Ponsel Lala berdering. Entah dari siapa, Lala malas membacanya. Tapi notifnya seperti nomor baru. Lala membuka pesannya dan.

+625677546553

Kamu nggak kangen?

ANHELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang