Disini,saat semuanya dimulai.Diatas sini saat engkau mengatakannya. Angin berhembus, sangat lembut, seakan berbisik tentang apa yang akan terjadi, mungkin penyesalan? kebahagiaan? entahlah. Tapi siapa yang bisa mengerti? sampai aku sadar, hanya hat...
Lala berlari kecil memasuki koridor sekolah, cukup ramai karna sudah pukul 07.15. Di setiap jalan, banyak lelaki yang meliriknya, bahkan tidak segan-segan menggodanya. Badan Lala cukup baik, tidak kurus dan tidak tinggi, sedikit chubby, dengan rambut sebahu. Bibirnya tipis kemerahan, huh.. siapa saja yang melihatnya pasti jatuh cinta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lala hanya berjalan santai, cuek. Mungkin Lala sudah terbiasa dengan tatapan mesum anak SMA. "Lala, tunggu donk" syahfira memanggil Lala sambil berlari karna sudah di tinggal. Syahfira aurelia teman Lala di kelas, bukan teman dekat karna mereka hanya bicara saat Lala mood. Entahlah aku rasa Lala ini mood ataupun tidak akan jarang bicara.
*** "Di mana Dylan?" Lala bertanya pada salah satu teman Dylan, Jovan. Jovan awalnya tidak menghiraukan. Tapi ini adalah Lala , cewek jutek. "Ini Lala kan?"astaga dia malah balik bertanya. Jelas saja Jovan tidak menyangka Lala akan bicara padanya. "Iya ini aku. Dylan mana?" Untuk yang kedua kalinya Lala bertanya, dalam nada yang lembut. "Belom datang mungkin, lo tunggu aja bentar juga datang" lagi-lagi hanya di balas anggukan oleh Lala.
Sudah pukul 7.45 tapi Dylan belom muncul, entah dia di mana. Lala akhirnya keluar kelas, padahal sebentar lagi jam pelajaran akan masuk.
***
"Yah.. bajunya robek, bunda gimana nih?" Dylan panik, karna sudah jam 7.00 tapi baju sekolah Dylan robek, Dylan lupa menjahitnya. Padahal hari ini aku harus menjemput Lala. Apa boleh buat, benang dan jarum yang di carinya belum di dapat dan matahari semakin muncul. "Mampus aku, udah lambat nih" Dylan hanya mondar mandi mencari benang, "Bunda, hari ini Dylan gak usah ke sekolah yah.. bajunya robek bun" Dylan berusaha membujuk bundanya. Untunglah hati bunda Dylan sedikit baik, tidak selalu hati bunda Dylan baik, kadang seperti singa. Menyeramkan.
*** Lala POV.
Aku hanya duduk di atap sekolah, tidak ada Dylan di sekolah, kemana dia? Apa dia juga akan meninggalkan ku? Tidak mungkin. Dylan pernah berjanji tidak akan meninggalkan ku. Bukankah dia juga pernah berjanji? Kenapa semua fikiran ini berputar di kepala ku?
Sudah 30menit aku di sini, hanya diam dan berharap semua baik-baik saja, dan kembali seperti semula. Kadang aku berfikir, apakah saat ini aku terlalu cuek? Terlalu dingin?. Sudah lah, tidak penting. Yang aku butuhkan hanya Dylan. Di sekolah ini aku sudah tidak punya teman kecuali Dylan, dan sekarang? Dia bahkan tidak menghubungi ku.
Di atap sekolah ini, aku bisa melihat siswa siswi di hukum. Seperti ada yang ku kenal? Wajahnya sangat familiar. Aku hafal semua anak di sekolah ini, tapi mungkin ada yang tidak. Postur tubuhnya mirip Dylan, tapi dia sedikit rapi. Aku terus menatapnya. Dan sekarang dia menatapku? Astaga dia!