Hujan, hari ini aku belajar tentang kehidupan lagi. Tentang ketulusan yang nyata, yang hadir tanpa diundang dan tanpa diminta, ketulusan yang dimiliki oleh orang lain.
Aku ingin bercerita sedikit tentang hujan yang turun mengguyur kota Surabaya.
Sore tadi, hujan mengguyur kota pahlawan ini. Hujan membuatku sadar, sadar akan tulus tidaknya orang yang berada disekitarku. Hujan juga membuatku mengerti, tidak selamanya orang itu jahat, tidak pula selamanya orang itu baik. Aku paham, kehidupan ini hanya sementara, semua yang kita miliki sementara. Tapi terimakasih, kesementaraan yang Allah berikan pada-ku itu terasa begitu nyata tanpa ilusi.
Membahas tentang ketulusan. Sebenarnya, aku tidak begitu mengetahui tentang definisi ketulusan. Tapi aku mengerti, mengerti gerak-gerik ketulusan yang dilakukan seseorang. Contohnya saja: Saat aku pulang prakerin tadi, temanku memakai jas hujan, dia hanya membawa satu, dia pakai jas hujan itu, dan akunya enggak, so pasti aku kehujanan, terus tiba-tiba dijalan dianya bilang gini "Besok tak bawain jas hujan, sin. Yang kayak kelelawar gitu, loh." selebihnya itu yang dia bilang padaku.
Aku pastikan, kalian pasti bertanya "Tulusnya darimana? Dia pakai jas hujan sedangkan kamu enggak?" mungkin itu yang ingin kalian tanyakan. Dia tulus, kenapa? Karena dia tetap memikirkan orang lain. Diperjalan dia terus perhatian, "Disini gerimis, sin." "Eh kok hujan lagi." "Rok kamu angkat yang agak tinggian, banjir nih." "Sin, basah ya?" ya, pokonya masih banyak lagi. Tulus enggaknya orang itu bisa dilihat dari gerak-geriknya dan raut wajahnya. Itu sih, pendapat aku,ya. Enggak tahu kalau yang lain, semua orang bebas untuk berpendapat.
Quotes :
Hujan dibulan November.
Mengajarkan aku tentang ketulusan yang nyata tanpa ilusi semata.
Hujan dibulan November.
Cukup menyimpan banyak kenang yang nyata, untuk aku ceritakan kelak pada kasihku.
Surabaya.
Rabu, 22 November 2017
Hari ini hujannya enggak lebat. Suhunya 25°. Alhamdulillah, bersyukur banget hujan turun.
