'G'enia Fei

59 9 0
                                    

Darah

Tak pernah kulihat darah sebanyak ini sampai saat ini, ruangan kosong yang bersih dan rapi kini menjadi sebuah ruangan yang berisi percikan darah dimana-mana serta sangat berantakan, selain itu bau besi yang sangat menyengat hidung siapapun yang ada disini akan terasa sangat perih.

Pakaian ditubuhku yang tadinya hanya sebuah gaun putih yang biasanya dikenakan hanya untuk tidur malah menjadi gaun merah yang terlihat indah jika tidak beraroma besi.

"K-Kau.."

Sebuah panggilan yang di sertai rintihan terdengar dari sebuah tubuh yang sudah terkapar di lantai dengan darah yang masih terus mengalir di bawah tubuhnya. Sebuah perasaan gelisah mulai menerjangku kembali, perasaan yang sama saat seperti waktu aku sedang membunuh mereka.

DUK!

Kuinjak kepalanya dengan kasar, dan aliran darah kembali mengalir dari ubun-ubun kepalanya, ini adalah cara yang sama saat orang itu membunuh ke-2 orang tuaku tepat di hadapanku... Tadi.

Kukibaskan rokku yang masih saja meneteskan darah sedari tadi, lalu aku keluar dari ruangan kosong yang ada di lantai 2 rumahku itu, lalu kuberjalan menuju kamarku yang berada di lantai atas, langsung saja aku membersihkan diri dan setelah itu kucari sebuah setelan pakaian yang pas untuk pergi jauh. Kukemas barang-barang yang kubutuhkan, kuambil semua barang bernilai ayah dan ibuku, dan... foto-foto mereka. Lalu aku pergi keruang makan dan menciumi pipi dan kening kedua orang tuaku yang sudah dalam keadaan tak bernyawa dan dengan perasaan yang sangat sedih, tetapi anehnya tak ada setetes air mata pun yang dapat mengalir dari kedua mataku, lalu aku naik ke lantai 2 dan loncat keluar lewat jendela belakang untuk keluar menggunakan mobil lewat pagar belakang.

Perasaan sedih, gelisah, takut, amarah, dan kekhawatiran mulai menyelimutiku, baru saja aku menikmati hidangan makan malam yang harmonis bersama ayah dan ibuku, tal kuduga kalau akan ada segerombolan orang yang berpakaian seragam militer masuk dan menembaki ayah dan ibuku, lalu mereka menginjak-injak kepala mereka, meskipun aku memberontak mereka sama sekali memperdulikan diriku.

Setelah tidak ada perasaan ragu lagi, kukendarai mobil milik mendiang ayahku ke pegunungan yang sering kukunjungi bersama nenekku dulu. Di sana ada sebuah perdesaan yang menolak menggabungkan wilayah mereka dengan negara ini.

- · -

CKITT!!

Decitan suara ban mobil ku terdengar saat kurem mobil ini.

Sampailah aku ke Desa Isvyasun, desa damai yang masih seperti zaman dahulu, pepohonan juga ada di mana mana. Aku turun dari mobil, dan kuhampiri penjaga gerbang masuk desa.

"Hai Pak Kham" sapaku ramah pada seseorang yang sedang membaca koran dibalik sebuah gubuk kayu kecil. Ia menatapku seperti tidak mengenalku. "Aku San, anak Pak Kun" lanjutku, dan seketika matanya melebar dan tersenyum ramah, salah satu ciri khasnya telah ia tampilkan sudah.

"Dimana Pak Kun?" tanyanya setelah membuka gerbangnya.

"Dia ada bisnis diluar negri, aku sedang ingin berlibur, jadi kuputuskan untuk datang kesini." jelasku beeusaha tetap tenang.

"Ohh, baiklah, oh ya nanti malam kamu datang mampir kerumah saya ya, makan malam bersama keluarga saya." tawarnya ramah.

"em, tidak usah pak, nanti malah merepotkan, lagipula saya ada sedikit urusan di gunung Matahari," tolakku, sebenarnya aku ingin membenahi barang barang elektronikku di rumah nenekku dulu.

"Baiklah, kalau begitu besok ya, kutunggu " ucapnya.

"Baiklah, terima kasih atas undangannya ya pak." sahutku dan tersenyum ramah, setelah itu aku masuk kembali ke mobilku. "Makasih ya Pak Kham, sampai jumpa." pamitku sambil melajukan mobilku.

Suasana desa ini masih sama seperti 6 tahun yang lalu, tak ada yang berubah sedikitpun kecuali penduduknya.

Kukendarai mobil ku kearah kaki gunung untuk mencari jalan ke puncak gunung.

Setelah sampai, rumah lama nenekku sudah tertutupi banyak pohon, tapi ada yang aneh, kenapa pintu masuk rumah ini tidak tertutupi pohon? Kudekati rumah itu, didepan pintu itu kutemukan jejak darah berbentuk kaki dan tetesan, dan yang membuatku semakin curiga ialah jejak itu berupa kaki anak kecil yang berjumlah 2 pasang.

Kumasuki rumah yang sudah tidak terkunci itu karena ternyata kunci rumahnya sudah dihancurkan, kutemukan sepasang anak yang salah satunya sedang terbaring diatas sofa sambil menahan tetesan darah yang ada dibagian perutnya.

Saat anak satunya yang sedang membaluti perut anak yang ada disofa menyadari keberadaanku ia langsung berdiri dan hendak mengambil pisau yang ada di meja penuh debu itu.

"Tunggu! Aku bukan penjahat, aku pemilik rumah ini!" tahanku, karena aku tak ingin menyakiti anak kecil yang mungkin adalah seorang kriminal atau buronan. Terlihat dari cara ia memegangi pisau dan cara menghunuskan pisaunya itu, seperti seorang pembunuh profesional.

"Apa kau orang kemiliteran?" tanyanya setengah menggumam, kutatapi sorot matanya yang penuh dengan curiga dan marah, wajahnya pucat dan berbekas keriput, seperti habis terendam air dalam jamgka waktu yang lama.

"Bukan, tapi aku adalah manusia genetik." jelasku, kenapa aku membocorkan rahasia besar milikku ini? Karena terlihat jelas kalau mereka juga sama sepertiku, aku mendengar orang yang menyerang rumahku kemarin malam bahwa semua manusia genetik harus di tangkap.

Dan ada 2 kemungkinan untuk 2 anak ini, mereka berhasil kabur saat penyerangan atau mereka kabur dari laboratorium gelap pemerintah, tapi tidak mungkin mereka bisa kabur kecuali ada pengkhianat yang membantu mereka kabur.

"Biar kuberi pertolongan pada anak itu, aku sedikit mengerti tentang masalah kedokteran." ucapku lalu mendekati anak yang terluka itu. "Siapa nama kalian?" tanyaku, kan tidak mungkin aku memanggil mereka dengan sebutan "kau" atau "hei kau" kan?

"Nama ku Ennie, yang disana adalah kakakku, Veren."

Jadi yang disana adalah manusia genetik, dan yang ini anak biasa yang bertalenta untuk membunuh.

Bersambung, Next»»

Informasi untuk yang gak paham, part 1 nya masih belum muncul, ini masih prolog POV masing masing karakter, di mana mereka bertemu, dan bagaimana masa lalu mereka, gitu.

Bosen? Tunggu sampe part 1 nya muncul baru baca ae.

Total SaintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang