Swear It To The Sky - 01

1.7K 123 21
                                    

Konser.

Fanmeeting.

Practising.

Acting.

Berpura-pura bahwa hidupnya bahagia-bahagia saja. Apa lagi yang bisa dia banggakan sebagai seorang idol?

Pamor, uang, dan sanjungan.

Sehun bahagia cita-citanya untuk menjadi seorang idol tercapai. Tapi ternyata, menjadi idol tidak sesederhana seperti cita-citanya. Semakin tinggi puncak kejayaannya, semakin berat hidup yang harus dijalani.

Dia terikat dengan sederetan syarat dan ketentuan yang diberikan pihak agensi.

Seorang idol harus begini, seorang idol tidak boleh begitu.

Demi fans dan demi karir, seorang idol tidak boleh begitu saja mengekspresikan apa yang dirasa. Sebagai konsekuensi terbesar, menjadi idol, artinya dia harus menjadi manusia sempurna tanpa cela.

Jika orang-orang membutuhkan kejujuran untuk menjadi tenteram, jujur bagi idol menjadi sebuah bahasan dalam arti yang sangat sempit. Jangan jujur jika itu merugikan agensi. Jangan jujur jika itu membuat fans lari.

Sehun ... ingin hidup menjadi manusia pada umumnya.

Yang menangis saat hatinya sakit.

Yang merajuk saat dirinya rindu.

Yang tertawa saat jiwanya bahagia.

Yang berduka saat fisiknya terluka.

Jika karena menangis, membuat orang-orang menciptakan spekulasinya sendiri, maka dari itulah Sehun dilarang sakit hati.

Jika karena merajuk, membuat jadwal dari agensi dan management terbengkalai, maka dari itulah Sehun dilarang merindu.

Jika karena tertawa, membuat fans dan pendukung yang tidak setuju menjadi berduka, maka dari itulah Sehun dilarang bahagia, dilarang jatuh cinta.

Jika karena berduka, membuat orang lain memberi tanggapan bahwa dia hanya sedang cari muka, membuat nama agensi menjadi tercela, maka dari itulah Sehun dilarang jatuh dan terluka.

Sehun lelah, Sehun ingin bebas.

Kehidupannya berputar di satu tempat. Sehun ingin pergi ke tempat dimana keberadaannya tidak merugikan pihak mana pun, termasuk dirinya sendiri. Sehun ingin bertemu dengan seseorang, yang menganggapnya sebagai manusia biasa.

Memperlakukannya dengan jujur dan apa adanya.

Sehun ingin pergi ke tempat itu ... dan bertemu dengan orang itu.

***

"Hei, Bu. Jangan telepon Ina terus, pulsa ibu nanti habis karena roaming. Harusnya Ibu telepon pakai Fiber, atau pakai Line." gadis berambut hitam legam sepunggung itu terkekeh geli mendengar suara ibunya dari seberang telepon.

Tidak bisa dibayangkan berapa banyak yang sudah ibu habiskan untuk beli pulsa. Yang pasti belanja bulanan si ibu pasti membengkak bulan ini gara-gara dipakai untuk menelpon putrinya yang sedang liburan di Korea.

"Jangan khawatir, Bu. Ina sudah biasa traveling sendirian. Lagi pula, Korea aman kok untuk turis wanita seperti aku. Sebentar lagi, Ina juga pulang. Teleponnya Ina tutup ya, Bu. Ibu jangan khawatir. Yang sehat, ok? Bye, Ibu."

Inari meletakkan smartphone-nya di atas single bed kasur hotelnya. Dia meregangkan tangan, lalu beranjak dari kasur menuju jendela yang memperlihatkan pemandangan kota Seoul di pagi hari.

Akhirnya kesampaian, Inari mengejar cherry blossom ke Korea. Walau cuacanya bisa sangat berbeda dengan Indonesia, tapi buat Inari tidak masalah.

Inari cukup pandai beradaptasi dengan negara yang didatanginya.

Sebelum Korea, Inari juga sudah ke Belanda demi melihat Festival Tulip tahunan yang indah itu.

Kini, setelah cherry blossom, Inari tinggal punya satu keinginan lagi untuk mencoret daftar trip yang ia idam-idamkan. Yaitu, pergi ke Norway demi melihat Aurora Borealis.

"Annyeonghaseyo, South Korea. Inari is here." ucapnya sambil senyum-senyum.

Gadis dua puluh empat tahun asal Indonesia itu kemudian balik badan, mulai mengemasi isi ransel dan koper kecilnya. Hari ini dia akan menghabiskan waktu menjelajahi Seoul karena besok ia harus meninggalkan kota itu dan bertolak ke Busan.

Inari akan menyambut nasib apa pun itu yang akan menghampirinya selama di Korea!


***Swear It, Come On!***

SWEAR IT TO THE SKY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang