Setelah itu, mereka kembali bertolak menuju Stasiun Busan. Inari mengambil kopernya, Sehun yang membawakan. Mereka menaiki subway, mengambil jalur ke arah bandara.
Sehun menunduk lesu tatkala tahu bahwa Inari berniat langsung ke bandara.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau cuma mampir sebentar saja di Busan, Noona?"
Inari tersenyum, lalu menyentuh tangan Sehun dengan lembut. "Sengaja. Biar kau tidak kecewa di awal."
"Tapi aku jadi kecewa di akhir."
"Itu urusanmu. Haha."
Inari kembali memalingkan muka. Sementara Sehun semakin menundukkan kepalanya. Mereka berdiri di sudut rangkaian subway. Tepat di dekat pintu. Begitu tiba di Gimhae International Airport, mereka turun.
Sehun berjalan di belakang Inari dengan kepala menunduk. "Pesawat jam berapa, sih?"
"Besok, penerbangan paling pagi."
Sehun mengangkat kepalanya dan berlari menyusul Inari dengan gesit. "Astaga! Itu masih lama! Ini saja masih jam delapan malam. Mau apa kau di sini selama itu?"
"Aku sudah memesan kamar di Airport Hotel, Oppa. Jam lima pagi aku harus sudah check in dan aku tidak yakin bisa bangun semudah itu setelah seharian ini bermain denganmu. Jadi, sudah, ya, kita selesai di sini jalan-jalannya."
Tangan Sehun menjulur, menahan tangan Inari ke arah yang berbeda. "Kalau begitu, kita pesan hotel bersama. Biar aku yang akan membangunkanmu besok pagi."
"Tidak!"
"Ya, sudah kalau begitu tunggu sebentar."
Sehun melepas tangan Inari lalu menyingkir agak jauh. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Manager Im untuk ia mintai bantuan. Manager Im terdengar menggerutu di ujung sana. Tapi kemudian Sehun tersenyum dan kembali kepada Inari. Menarik tangan itu ke arah yang mereka tuju sebelumnya. "Ayo. Aku rela terjaga semalaman agar bisa membangunkanmu besok pagi. Aku sudah memesan kamar di Airport Hotel juga."
Inari mendengus. Sehun ini suka memaksa.
Tapi, alih-alih berhenti di depan hotel, taksi yang mereka naiki justru terus berjalan kembali membelah kota Busan. Inari kelabakan. Mengira diculik oleh Sehun. Tapi Sehun malah senyum-senyum saja.
"Tidak seru menginap di hotel. Lebih baik kita makan malam dulu di pojangmacha lalu duduk-duduk menikmati rembulan musim semi di Pantai Haeundae."
Inari melengos. "Kalau aku masuk angin, kau yang tanggung jawab loh, ya. Aku masih harus melalui 15 jam penerbangan menuju Indonesia besok."
"Tsk. Kenapa beli tiket penerbangan transit, sih? Jadi lama begitu, kan?"
Sehun menghela napas. Dia tidak ingin berpisah dengan Inari, Sehun masih bersama Inari.
Sejujurnya saat ini ia lagi-lagi sedang bimbang. Nalurinya sebagai lelaki yang sedang tumbuh dewasa mengakui bahwa ada perasaan lain yang mekar untuk gadis itu.
Demi Tuhan, mereka baru bertemu selama beberapa jam. Sehari pun tidak ada. Tapi Inari seolah memiliki daya tarik tersendiri yang membuat Sehun terjebak dalam rasa nyaman.
Mendadak, Sehun juga ingin sekali pergi ke Indonesia, membuntuti Inari kemana pun gadis itu pergi.
"Baiklah, kita ke hotel."
"Oppa, kau buang-buang uang dan waktu!"
***
Inari terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEAR IT TO THE SKY! ✔
Fanfiction***Sehun Exo Fanfiction - InaHun Book 1*** Jika karena tertawa, membuat fans dan pendukung yang tidak setuju menjadi berduka, maka dari itulah Sehun dilarang bahagia, dilarang jatuh cinta. Jika karena berduka, membuat orang lain memberi tanggapan ba...