Sehun sudah memakai lagi masker dan kacamata hitamnya. Ketika ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk, dia terpaksa bangun dari bangku untuk pergi ke arah bordes.
Yang menelponnya adalah Suho dan Manager Im. Mereka menanyakan posisi, juga bertanya sedang apa, sudah makan atau belum, atau mengutarakan ultimatum lainnya yang membuat Sehun sakit kepala.
Begitu kembali ke bangku semula, Sehun mendapati Inari sedang terdiam. Menutup mata tapi tidak tidur.
Sehun pura-pura tidak sadar saja, padahal sedari awal bertemu dia sudah melihat bahwa kantung mata Inari mirip dengan kantung matanya. Tipe-tipe mata yang kekurangan jam tidur.
Sehun duduk dengan pelan. Kemudian berdehem hingga menarik perhatian Inari yang langsung membuka mata.
"Butuh sandaran?" Sehun mengejapkan mata setelah kacamatanya ia lepas. Kemudian tangannya terangkat, memukul pelan pundaknya sendiri. "Ada bahuku sekarang."
Inari terkekeh mendengarnya. Sehun, baru beberapa jam berkenalan, tingkahnya sudah mirip seperti kekasih yang sedang kasmaran. Kalau tidak ingat bahwa dia datang ke Korea hanya demi hanami, Inari pasti akan gila mendadak karena Sehun selalu bersikap manis.
"Memangnya, bahumu kenapa, Oppa?"
"Bisa kau sandari." Sehun menjawabnya dengan ringan.
Inari cepat-cepat menggeleng sambil menahan tawa. Ini perasaannya saja, atau kepribadian Sehun memang seunik itu. Bisa-bisanya semanis itu dengan orang asing.
"Ayo sini."
"Tidak, thank you. Aku tidak ingin tidur. Aku tidak akan melewatkan pengalaman pertamaku naik KTX dengan tidur di bahu lelaki asing sepertimu."
Sehun menganggukkan kepala sambil terkikik geli. Andai saja Inari tau siapa dirinya. Andai saja Inari tau bahwa ada ribuan gadis di luar sana yang tidak akan menolak bahu Sehun.
Lantas, ia kembali membuka maskernya dan duduk menyamping ke arah Inari. "Sampai di Busan nanti, apa rencanamu, Noona?"
"Aku ingin berburu kuliner dan hanami sekali lagi. Kau sendiri?"
Sehun mengangkat bahu. Dia juga tidak tau mau melakukan apa. Tapi, yang ada di kepalanya sekarang hanya satu. Yaitu, mengekor kemana pun Inari pergi.
"Jadi, kau ini sebenarnya siapa dan mau apa? Kenapa apa-apanya tidak jelas begitu, sih, Oppa?"
"Noona," panggil Sehun sambil tersenyum ragu, "bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan kita di Busan bersama-sama? Kau mau?"
Mata Inari membulat seketika. Ya jelas mau lah. "Jadi, kau akan menjadi guide pribadiku, Oppa?"
Hati Sehun menciut seketika. Bagaimana bisa dia jadi guide pribadi? Kalau dia sendiri saja sebenarnya tidak tau banyak soal Busan.
Sehun sudah resmi menjadi trainee di SM sejak 13 tahun yang lalu. Sejak saat itu, gerakannya tidak sebebas orang lain. Setiap hari hanya ia pergunakan untuk mengasah kemampuan agar bisa setara dengan anak didik lain.
Tidak ada traveling, tidak ada bermain bebas, tidak ada berselancar di dunia maya.
Tahun ini, mungkin akumulasi kebosanan selama 13 tahun itu sedang meletup-letup. Karena tidak mungkin melarikan diri ke luar negeri, Busan saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEAR IT TO THE SKY! ✔
Fanfiction***Sehun Exo Fanfiction - InaHun Book 1*** Jika karena tertawa, membuat fans dan pendukung yang tidak setuju menjadi berduka, maka dari itulah Sehun dilarang bahagia, dilarang jatuh cinta. Jika karena berduka, membuat orang lain memberi tanggapan ba...