Swear It To The Sky - 11

471 74 20
                                    

Sehun tertidur di pundak Inari. Pemuda itu tampaknya kelelahan. Inari tidak tahu saja kalau Sehun tidak pernah berjalan kaki seekstrem hari ini. Tapi, di luar itu semua, Sehun benar-benar bahagia.

Sehun seperti mendapatkan kebebasannya setelah sekian lama.

Menaiki kereta tanpa dikejar wartawan. Duduk bersama gadis yang tidak mengenalinya sama sekali. Makan di taman. Bercengkerama seperti pasangan lanjut usia. Saling mengejek, berkomentar, mengolok.

Sehun bahkan sangat bersyukur. Satu-satunya kamera yang dia lihat hari ini adalah kamera mirrorless milik Inari saja. Tidak ada kamera studio, camcorder, tidak ada pemotretan, tidak ada teriakan untuk bergegas pose, tidak ada arahan ini itu dari mulut produser yang kadang-kadang bikin Sehun suntuk setengah mati.

Inari tersenyum melihat pemandangan yang dilalui bus. Dia dan Sehun saat ini memang sedang dalam perjalanan menuju Jinhae Gunhangje, tempat diadakannya Festival Cherry Blossom yang terkenal di Busan.

Setelah menikmati makan siangnya di Democracy Park, Sehun dan Inari memang bertolak menuju Terminal Seobu. Lalu menaiki bus menuju Jinhae selama kurang lebih satu jam dan menghabiskan uang sebesar KRW 5,100 untuk sekali jalan. Tentunya, biaya naik bus itu dibayar oleh Sehun.

Inari sempat menolak dibayari tadi, tapi kata Sehun, Inari harus berbangga hati karena dia adalah perempuan pertama yang Sehun traktir tanpa disuruh-suruh.

"Sudah sampai?" Sehun mengangkat kepalanya, Inari serentak menoleh, keduanya tiba-tiba saja membeku karena hidung mancung mereka hampir saja saling menyentuh.

Sehun memang tidak memakai maskernya. Bus itu didominasi oleh wisatawan Eropa dengan usia di atas 40 tahun. Belum lagi, mereka duduk di bangku paling pojok.

"Ehm ... sepertinya belum. Baru tiga puluh menit perjalanan." Inari tergagap. Dia segera menoleh ke arah jendela. Sementara Sehun menegakkan tubuhnya yang lemas karena baru bangun tidur.

Dia menguap beberapa kali. Lalu melirik-melirik nakal ke arah Inari. Tak lama, tangan kanannya menelusup ke belakang pundak Inari lalu memaksa tubuh gadis itu untuk bersandar ke dadanya.

"Oppa ...."

Sehun tersenyum kuda. "Gantian kau yang tidur. Masih ada tiga puluh menit lagi dan percaya deh, pemandangan di luar sana itu-itu saja kok."

"Tapi ...."

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat tidur."

Entah sulap apa yang ada di dada Sehun, begitu kepalanya menempel di sana, Inari langsung mengantuk. Padahal tadinya tidak. Ah, itu, detak jantung Sehun. Inari suka. Inari senang mendengarnya.

***

Inari tidak berhenti menganga saat tiba di Jinhae. Gadis itu seperti tidak punya rasa lelah. Ketika tiba di sepanjang jalan setapak di pinggir sungai Yeojwacheon, Inari bahkan senyum-senyum sendirian.

Sehun seolah dibuang. Disisihkan dari dunia Inari.

Dengan bibir mengerecutnya, Sehun mengekor di belakang Inari. Menjaga gadisnya dari belakang. Lalu kalau dia mulai malas ditinggalkan, Sehun akan dengan agresifnya menggandeng tangan Inari.

"Yang aman itu berjalan bersisihan. Kalau ada apa-apa aku akan dengan sigap melindungimu, Noona."

"Memangnya mau ada apa?"

SWEAR IT TO THE SKY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang