Swear It To The Sky - 04

485 84 20
                                    

Lagi-lagi, Inari takjub dengan kepatuhan warga Korea.

Bagaimana tidak, untuk masuk ke peron, juga tidak ada area steril khusus penumpang. Semuanya berjalan sebagaimana alurnya. Ada petugas yang berjaga, tapi ditempatkan untuk menjadi sarana bertanya dan keamanan.

Sedangkan para pengunjung, bebas berkeliaran hingga ke peron.

Kalau di Indonesia, mau masuk ke peron masih harus dicek lagi tiket dan kartu identitasnya. Setelah itu, peron pun hanya boleh dimasuki oleh penumpang bertiket.

"Wah. Tertib sekali." Inari berdecak kagum. Lalu berdiri tenang di salah satu track kereta sampai tidak sadar bahwa kereta yang akan ia naiki justru sudah tersedia di jalur yang lain.

"Agashi!" Sehun datang tergopoh-gopoh di depan Inari. Pemuda itu kelimpungan saat melihat Inari justru berdiri di jalur yang salah. Jalur kereta lain, bukan KTX yang ke Busan.

"Kau yang tadi?" Inari menunjuk Sehun dengan bahasa Inggrisnya.

Sehun mengangguk cepat-cepat. "Akan kujelaskan nanti, tapi sekarang kita harus mengejar waktu. Ayo!"

Tangan Sehun dengan lancangnya merebut koper milik Inari. Mengangkatnya, lalu berlari dengan kencang.

Mata Inari terbelalak. Tangannya yang tiba-tiba hampa ia pandangi, tak percaya bahwa ia baru saja dirampok.

"Koperku!" pekiknya sambil meringis. Sampai akhirnya, tangan yang masih terangkat di awang-awang itu ditarik lagi oleh Sehun.

"Jangan buang-buang waktu! Keretanya hampir berangkat!"

Entah bagaimana ceritanya, Inari seperti terhipnotis. Kaki kecil yang tidak seberapa panjangnya itu ia paksa untuk mengimbangi langkah Sehun yang begitu cepat.

Ketika dia terpaksa menaiki eskalator lagi, lalu turun di jalur yang lain, rasanya Inari ingin menyerah kalau saja Sehun tidak menggenggam tangannya.

Begitu tiba di jalur yang benar, petugas kereta sudah bersiap di depan peron. Sebentar lagi pintu kereta bahkan akan ditutup secara otomatis.

Sehun tidak mau, ketinggalan kereta itu. Juga tidak mau, perempuan itu ketinggalan keretanya.

Dengan kekuatan dari Sehun, pemuda itu berhasil menaikkan tubuhnya, dan menarik tubuh Inari hingga mereka bisa berada di dalam kereta sekian detik sebelum pintu ditutup sempurna.

"Woah, gila!" Inari mengatur napasnya. Lalu melepaskan tangannya dari cengkeraman Sehun. Tubuhnya melorot di depan pintu kereta yang baru saja berjalan.

Jantungnya serasa mau lompat. Tenggorokannya tiba-tiba kering dan keringatnya mengucur begitu saja. Di sampingnya Sehun terkekeh. Dia juga kelelahan. Seumur hidup, baru pernah ia hampir ketinggalan kereta demi menyelamatkan orang asing.

"Apakah ini sudah kereta yang benar menuju Busan? Pakai tiket ini?" Inari merogoh saku jaketnya, dan memperlihatkan tiket KTX yang serupa struk belanja di minimarket kalau di Indonesia.

Sehun melepas maskernya, memperlihatkan wajahnya yang memerah karena lelah, dan mengangguk bangga. "Kau hampir naik di kereta yang salah, Agashi. Kau berdiri di jalur yang salah tadi."

Inari melongo, bahunya merosot lagi ke bawah begitu tau bahwa ia baru saja diselamatkan dari perjalanan yang berpotensi menjadi kacau. "Oh, God. Thank you. Thank you. Aku kira tadi kau itu orang jahat, Mister. Aku kira kau mau merampas koperku."

SWEAR IT TO THE SKY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang