3) Hate

5.1K 1K 252
                                    

Beberapa hari ini terasa lebih sepi dibanding hari-hari biasa yang Taehyung jalani.

Dan kesepian itu semakin terasa setelah kejadian di perpustakaan.

Ini bukan seperti Taehyung yang dijauhi teman-temannya atau dia punya masalah dengan dosen. Bukan soal itu.

Dia merasa ada yang kosong. Dan kekosongan itu semakin ia sadari ketika satu nama seakan tidak mengisi hari-harinya lagi.

Joe Park.

Setelah berpisah di perpustakaan beberapa hari yang lalu, Taehyung tidak pernah bertemu dengan Joe lagi. Aneh. Padahal mereka bahkan berada di fakultas yang sama.

Masih merenung di kantin dengan sekotak susu rasa stroberi yang terus ia tenggak, satu tepukan di pundaknya membuat laki-laki itu berbalik.

"Tae, mau ikut gue nggak?"

Di belakangnya berdiri Jimin dengan seorang gadis yang Taehyung yakini betul merupakan adik tingkatnya. Oh, ya. Taehyung ingat. Ini temannya Joe.

Taehyung hanya memandangi Jimin, tidak berkata apapun, namun Jimin tahu dia harus menjelaskan lebih.

"Gue sama Erin mau jenguk Joe," kata Jimin dengan santainya.

"Lagi mager, ah. Gue mau nongkrong di..."

Eh, sebentar.

Taehyung yang awalnya sudah berbalik kembali menolehkan kepalanya ke arah Jimin. Tatapannya menunjukkan keterkejutannya. "Jenguk Joe? Di mana?"

"Yang jelas bukan di toko material sih, Tae," komentar Jimin. Alisnya sedikit terangkat karena Taehyung dengan wajagnya yang malas tadi tiba-tiba kaget.

Sebegini sukanya alien satu ini sama Joe?

"Kemarin dia masuk ke rumah sakit, Bang. Tante Park bilang lagi down banget dianya." Teman Joe, Erin, akhirnya mengeluarkan suaranya setelah meninju pelan lengan Jimin.

"Joe sakit apaan?"

Erin hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.

Ternyata ini sebabnya Joe tidak kelihatan ya? Taehyung boleh merasa cemas, kan?

Mulut Jimin hendak terbuka, mencoba untuk menanyakan pertanyaannya tadi yang belum Taehyung jawab. Tapi yang ada Taehyung justru segera mengambil tas ranselnya dan beranjak dari kursi kantin.

"Ya udah, yuk. Kita jenguk Joe."

Dan tanpa bicara lagi Taehyung langsung melangkahkan kakinya, meninggalkan Jimin dan Erin di tempat.

Jimin dan Erin saling melempar tatapan ke arah satu sama lain.

"Lo bilang ke dia emang Joe dirawat di mana, Rin?"

Kepala Erin menggeleng. "Abang yang bilang?"

Dan Jimin pun melakukan hal yang sama; menggelengkan kepala.

Butuh beberapa detik bagi Jimin dan Erin untuk mencoba nencerna situasi dan tindakan yang Taehyung lakukan sampai akhirnya Jimin berlari menyusul temannya itu, diikuti Erin dari belakang.

Jimin mendesah gusar selagi kakinya melangkah mengejar Taehyung yang sudah berjalan ke arah tempat parkir.

"Ini sebenarnya siapa yang diajak siapa sih?"

***

Taehyung, Jimin, dan Erin baru sampai di rumah sakit setengah jam kemudian. Sialnya, jalanan benar-benar macet dan Taehyung harus mati-matian untuk menahan diri tidak menekan klakson mobil terus-menerus karena ingin menemui Joe.

Kalau begini, Taehyung akan mendukung adanya mobil terbang. Terdengar seperti sebuah solusi untuk kemacetan.

Taehyung memegang satu bucket berisi buah-buahan dan berjalan di belakang Jimin dan Erin.

Seharusnya, Taehyung tidak perlu berpikir keras tentang apa yang akan dia katakan pada Joe nanti. Dia sudah cukup berpengalaman dalam hal berpidato dan semacamnya. Dia jagonya.

Tapi yang dia lakukan justru melangkahkan kakinya kecil---sekecil yang dia bisa selagi dia mencoba berpikir.

Gue mau bilang apa?

Maaf?

Cepat sembuh?

Oh, that words seems not enough.

Taehyung masih diam, kakinya melangkah nyaris sampai di depan pintu kamar rawat Joe. Namun ketika satu suara yang tak asing terdengar, langkah kakinya terhenti.

"Gue benci sama dia! Karena dia... gue putus sama Jungkook."

"Joe, lo sama Jungkook..."

"Alasan Jungkook make-out sama adik kelas karena dia ngira gue selingkuh sama Taehyung. Padahal gue sama Taehyung nggak ada apa-apa."

"Joe..."

"Harusnya Taehyung ngejauh. He ruined everything."

Suara itu terdengar begitu parau namun terasa begitu menusuk gendang telinga Taehyung.

"I hate him damn much, Ta. Jadi udah ya, jangan gangguin gue sama dia lagi. I don't like him and we won't date each other. Never."

Taehyung bahkan tidak perlu berpikir siapa "dia" yang Joe maksud. Taehyung tahu betul siapa maksudnya.

Jimin dan Erin langsung menolehkan kepala ke belakang, ke arah Taehyung.

"Tae..."

"Jim, gue balik aja deh. Titip ini ya?" Taehyung tertawa kikuk, melangkah mendekati Jimin dan menyerahkan bucket buah yang dia bawa. "Jangan bilang dari gue, bisa-bisa dibuang sama Joe. Kan sayang."

"Bang Taehyung..."

Taehyung memalingkan kepalanya ke arah Erin lalu tersenyum. Lagi. "Rin, please jangan bilang ya? Kalian aja yang besuk dia. Gue kapan-kapan aja," katanya, mencoba untuk tetap terlihat santai.

Tidak berniat untuk memperpanjang obrolan, Taehyung segera melambaikan tangannya dan pergi keluar dari rumah sakit.

Taehyung tidak akan menangis. Tidak. Dia terlalu manly untuk itu.

Tapi tetap saja, ini menyakitkan. Dia kira Joe paling tidak akan mengubah cara pandangnya, namun yang ada cara gadis itu menilai Taehyung lebih buruk.

Gue nggak berniat buat ngehancurin hubungan lo, Joe.

Kalimat itu hanya bisa Taehyung gumamkan dalam hati.

Well, there is nothing he can do.

Nothing but one thing.

"Kalau lo mikir gitu, oke. Gue nggak bakal ngedeketin lo lagi kalau itu bisa bikin lo bahagia."

***

Arata's Noteu:

Things went dramatic here, lol. Aku bahkan nggak nyangka bakal buat buku satu ini jadi begini. But, it's fine with me, tho. Hidup ini pasti ada aja kok dramanya.

Anyway buat giveaway, thanks for participating ya! Masih open kok, sampai 15 Desember 2017. Pemenangnya bakal diumumin nanti ya. Jadi yang masih mau ikutan masih bisa kok. :)

Buat kalian yang nggak tau, aku juga mau nerbitin buku. Hm. Kalian bisa langsung cek di work ENDING SCENE. As a new year gift, aku juga mau kasih giveaway buat buku itu. Anyone interested?

Dan, oh. One more thing. Straw to Berry mending dilanjut atau nggak? Aku ngerasa ini trash pisan :')

Straw To Berry (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang