Embusan angin pantai meniup kertas yang Joe pegang di tangannya. Merasa angin cukup kencang, Joe segera menggulung kertas tersebut, kemudian membuka botol kaca yang dia letakkan di pasir, di bawah kakinya.
Eira dan Jimin ada di belakang, masih mencoba memperhatikannya Joe. Dan begitu Joe berjalan mendekati air laut, Eira berteriak.
"Joe, ngapain? Udah malam gini baru mau nyebut ke laut?"
Joe berbalik, tersenyum-entah Eira melihatna atau tidak-sembari emngangkat botol kaca berisi kertas yang dia gulung tadi. Eira pun langsung berlari menghampiri Joe, meninggalkan Jimin sendiri.
"Itu suratnya?" tanya Eira, dan Joe mengangguk pelan. "Kenapa nggak lo kasih?"
"Percuma juga. Nggak akan dia baca." Joe tertawa, tapi dia tahu persis bahwa tawa itu sebenarnya tawa untuk dirinya sendiri, menertawakan betapa mirinya dia. Sudah dua bulan sejak kejadian itu, dan tepat seperti yang Taehyung katakan, mereka tidak ada berkomunikasi sedikitpun.
Ini harusnya hari di mana dia bisa santai, enjoy herself like whe is the queen in the world. Tapi nyatanya Joe tidak bisa. Edu-trip pertamanya di kampus benar-benar buruk.
Joe juga tidak ingin menulis surat, surat dari acara edu-trip. Awalnya, tidak. Tapi Eira memaksanya. Menurut Eira ini bisa membantu, karena Eira tahu Joe pasti ingin menulis untuk Taehyung. Tapi bagaimanapun, Joe tidak bisa. Tidak akan bisa memberikannya pada Taehyung, atau memberikannya pada panitia agar dibacakan di malam api unggun nanti.
Rasanya sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Tapi paling tidak Joe bisa menulis semua yang dia rasakan di secarik kertas ini, kemudian membiarkan laut yang menyimpannya. Menyimpan surat ini dan menenggelamkanna, berharap perasaan ini juga bisa tenggelam.
Joe tahu rasanya akan sulit. Paling tidak ini jadi pertanda. Joe harus kuat karena dia tahu tiap harinya dia pasti akan bertemu dengan Taehyung. Di kampus, di gallery, studio, di mana pun. Tapi Joe tidak ingin menemukan Taehyung di hatinya lagi. Dan seharusnya tidak.
Tangan Joe berayun beberapa kali sebelum dia melempar botol kaca itu hingga masu ke dalam air laut. Di detik berikutnya dia tertawa, kemudian tubuhnya beringsut ke bawah, berjongkok. Eira ikut melakukan hal yang sama dan menepuk pundaknya.
"At first I thought I can be straw to his berry," kata Joe pelan, lengannya bergerak memeluk lutut. "But the fact is, we don't belong to each other."
Eira memeluk Joe sesaat sementara Joe berusaha untuk tidak menangis. Kemudian dia berdiri. "Mending lo ke Kak Jimin, Ra. Kalian mau nyari kelapa, kan?"
"Nah, lo?"
"Gue mau balik ke homestay aja."
Keduanya kemudian berjalan kembali ke tempat Jimin berdiri. Jimin memandangi Joe sesaat. Dia tahu seharusnya dia tidak bertanya, tapi kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Joe, you are really okay?"
"I try to be." Joe tersenyum kemudian menepuk pundak Jimin. "Udah sana, jarang-jarang bisa date di pantai."
"Nggak mau ikut?" Eira mencoba menawarkan, tapi Joe segera menggeleng.
"Gue mau tidur aja."
Meski ragu, pada akhirnya Jimin dan Eira pergi juga. Joe tersenyum, menghela napas dan merasa dadanya masih nyeri, kemudian kakinya melangkah.
Sebenarnya aku masih sayang kamu, Kak Tae.
Matanya terpejam sesaat, mencoba merenungkan tiap kata yang dia tulis. Kepalanya sempat berbalik sejenak, memandangi desiran ombak.
Tapi selanjutnya dia justru membulatkan mata begitu melihat ada laki-laki yang berlari ke arah laut. Dan dia rasa dia tahu siapa itu.
"Kak Taehyung!"
[END]
🍓
🍓
🍓
🍓
🍓
Well, yeah, gitu. Silahkan dibayangkan sendiri. Tadinya aku benar-benar nggak mau bikin berlayar, because not all relationship ends with happy-ever-after. Maaf, aku bukan Thanos yang megang reality stone :')
So our journey is over, pendapat kalian dong selama have fun di planet stroberi ini, hehe.
Anw, makasih udah nemenin aku~ See you on my other story, xoxo
P.s: habis ini aku repub Your Days yang ada kakak komdis. Kita main bareng Kook-Tae-Chim ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Straw To Berry (✓)
FanfictionBegini cerita Joe Park, si mahasiswa baru dan kakak tingkatnya yang super menyebalkan, Kim Taehyung. Started: June 3,17.