BAB 4

10 2 0
                                    

Markas dewan sihir berada pada dimensi yang berbeda dari Gaia. Selain markas milik para dewan sihir, para tetua juga memiliki puri yang terdapat pada dimensi yang berbeda. Dimensi milik para dewan sihir tidaklah terlalu besar. Pusat dimensi itu ialah terdapat pada kastil utama yang dikelilingi oleh dua belas kastil milik para dewa sebagai lingkaran tengah dan delapan belas kastil milik para jendral perang yang mengelilingi kastil para dewa sebagai lingkaran luar. Setiap kastil dibuat melayang. Setiap kastil dihubungkan dengan jembatan.

Kastil utama adalah kastil milik sang dewa utama. Selain itu juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya para dewa. Terdapat sebuah ruang yang memiliki latar belakang galaksi. Ditengah-tengah ruangan terdapat dua belas tahta yang disusun melingkar. Disana sudah ada tujuh dewa yang lainnya.

" Lama! Apa saja yang kalian lakukan hah?!" sembur salah satu dewa dengan ganas.

" Berisik Risa! Kami baru saja membeli camilan." jawab sang ratu jengkel. Dewa yang langsung naik darah ketika yang ia tunggu datang terlambat adalah seorang Classian. Clarissa Roullet memang seperti itu. Seorang dewi yang sangat disiplin dan keras, namun hatinya sangat lembut. " Jika kau ingin meminta camilan, lebih baik kau tidak marah-marah seperti itu." tandas sang ratu tajam.

Raut wajah Risa dengan sekejap mata langsung berubah. Risa bungkam seribu bahasa. " Oh, ratu Dhorlly-ku yang manis, jaganlah seperti itu" rayu Lily sambil mengatupkan tangan kepada Dhorlly. Wajahnya manis dengan rambut panjang berwarna abu-abu dan kacamata yang bertengger manis diatas batang hidungnya yang mungil membuat dirinya tampak seperti seorang remaja putri pada umumnya. Berbeda dengan Risa yang tajam, Lily terkadang plin-plan.

" Ah, senior Grace. Apakah kau tidak takut menjadi gemuk?" tanya seorang gadis yang sedari tadi hanya berdiam sambil memainkan jam dengan kekuatannya. Gadis itu melihat sang dalang sedang membawa banyak camilan.

" Wendy, kau harus banyak belajar lagi. Seorang penyihir memerlukan makanan sebagai bahan bakar sihir mereka. Nah, berhubung aku baru saja kembali dari tugas, pasti akan lapar. Karena itu, aku sangat lapar dan harus makan." Jawab Grace dengan santai.

" Tapi, yang aku ketahui, makanan itu bukanlah makanan yang sangat manis seperti kue-kue dan yang berlemak seperti daging-daging itu." Balas Wendy polos. " Ah ya, aku baru ingat kalau kau tak mungkin memiliki banyak uang sehingga bisa membeli makanan sebanyak itu." Tambahnya.

" Hehehe.. aku lapar." Jawab Grace hanya mampu tersenyum kecut. Lalu ia tersadar, " Eh?! Begini-begini aku memiliki banyak uang!" belanya kepada Wendy.

" Yah, memang dirinya memiliki uang. Namun, kali ini ia memaksa para pedagang dan mengancam mereka sehingga beginilah dirinya, berlimpah makanan." Ucap Kenneth Lian sang pria api.

"Hei! Aku hanya meminta mereka memberi sumbangan saja kok! Aku tidak sampai seperti itu– "

"Akui saja dik, jangan berbohong" timpal Drorlly.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi-tapian!"

"Oke, oke. Jadi, bagaimana dengan misi kali ini? Apakah ada sesuatu yang menarik?" salah satu suara mulai menyudahi percakapan yang tidak penting itu.

" Tuan Leo, kali ini kami tidak menemukan suatu petunjuk yang berarti mengenai keberadaan ketua." Ia berhenti sejenak. Menuangkan secangkir Early Morning Tea dan mengunyah sepotong kue manis lalu meletakkan cangkir itu. " Namun, ada sesuatu yang menarik perhatianku." Leo mulai merasa bersemangat mendengar hal ini.

" Apakah yang kau maksudkan itu, Charllote ?" tanya Risa sambil ikut mengunyah kue yang ada di hadapannya.

" Jumlah Demon itu sendiri."

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now