BAB 16

9 1 0
                                    

Kedua kakak-beradik itu kini duduk berhadap-hadapan hendak menyantap hidangan yang telah disediakan oleh sang kakak. Wendy merasa kedinginan. Angin malam apartemen itu membuat keduanya tidak ingin menggunakan pendingin ruangan. Walaupun apartemen ini berada di tengah kota, karena letak geografisnya yang berada di dataran tinggi dan juga unit yang mereka sewa merupakan lantai paling tinggi, jadi wajar saja jika angin malam yang berhembus pelan dirasa sangat dingin hingga rasanya akan membeku.

Makan malam kali ini dirasa cukup sederhana. Walau demikian, Wendy tetap merasa senang. Selain karena akhirnya bisa bermisi dan bisa berlibur diluar markas, ia senang karena ia dapat merasakan hangatnya suasana makan malam bersama keluarga. Yah, walaupun hanya bersama kakak angkatnya. Ia rasa itu cukup. Tak perlu adanya orang tua. Wendy tidak peduli akan siapa orang tuanya, sebab sejak ia lahir ke dunia orang tuanya menelantarkan dirinya dan masyarakat desanya menjadikan dirinya sebagai senjata pembunuh. Di usianya yang belum mencapai usia lima tahun, ia sudah digunakan oleh rasnya sebagai senjata. Hanya karena memiliki sihir waktu yang setara dengan seratus penyihir waktu yang professional, ia digunakan sebagai alat perang. sejak kecil, Wendy adalah budak rasnya. Kini, ia memiliki Neil sebagai kakaknya dan seluruh penghuni markas sebagai keluarganya.

"Ayo Wendy. Selagi masih hangat, ayo segera diambil."

"Ah, iya kak." Wendy segera tersadar dari lamunannya. Makan malam itu berlangsung dengan tenang tanpa ada pembicaraan apapun. Suasana hening memenuhi unit apartemen keduanya. Suasananya cukup hening, apalagi mereka berada di lantai teratas yang tidak ada penghuninya sama sekali. Begitupula dengan dua lantai yang berada dibawah mereka. Sangat hening hingga hanya dentigan alat makan mereka saja yang terdengar. Cukup hening pula hingga dapat mendengar hiruk pikuk kota yang berjarak Sembilan puluh Sembilan lantai dari unit yang mereka tinggali.

"Jadi, besok kita akan melakukan penyelidikan kita. Beberapa tempat yang ingin aku kunjungi adalah beberapa pabrik yang ada di kota ini." Neil membuka percakapan setelah mereka menyelesaikan makan malam mereka.

"Mengapa kita harus mengunjungi pabrik? Bukankah tidak ada hal yang dapat kita lihat bukan?"

"Apakah kau lupa dengan penyamaran kita sebagai tentara?"

"Ah, aku hampir saja melupakan hal tersebut. Jadi bisakah kakak jelaskan mengapa tujuan pertama kita adalah pabrik?"

"Pertama, selain pariwisata penghasilan utama kota ini ada pada sektor industry. Kedua, hanya penduduk asli saja yang pasti bekerja pada sector industry ini. Kita akan menyelidikinya."

"Tapi, bukankah sektor pariwisata juga memiliki pekerja yang pastinya adalah penduduk asli?"

"Memang benar, akan tetapi apakah akan sebanyak pekerja yang ada di sector industry?"

"Ah, benar. Mungkin memang sedikit pekerja, namun karena banyak tempat wisata," Wendy tersentak. Ia sadar, "Ah, benar. Walau sebanyak apapun tempat wisata, jika jumlah kawasan industry di wilayah ini menyamai atau melebihi jumlah kawasan wisata, memang lebih baik jika penyelidikan dilakukan disana karena bukti yang dapat kita kumpulkan pastilah lebih akurat, benar bukan?"

"Ya, tepat sekali. Jumlah pabrik dan kawasan industry yang ada di wilayah ini sekitar tiga puluhan buah. Jika satu perusahaan mampu memperkerjakan orang sebanyak lima ratus orang, maka kita dapat mengetahui bagaimana keadaan dan hal-hal lainnya dari dua per tiga masyarakat di wilayah ini. Semoga saja para ras lainnya memang bekerja pada sector industry."

"Semoga saja. jadi bagaimana sekarang? Apakah perlu kita melapor pada markas pusat ataukah kita tidur?"

"Kita akan tidur dulu. Besok kita akan berangkat ke markas militer pagi-pagi. Kita perlu tenaga untuk kegiatan kita besok."

"Baiklah," Wendy sudah mulai menguap. "Selamat tidur kak" Wendy segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia merasa sudah cukup mengantuk.

Neil masih berada di tempatnya duduk. Ia memperhatikan adiknya hingga ia menutup pintu kamarnya. Setelah merasa sudah cukup, ia kembali mengelilingi kamarnya. Kamar yang mereka pesan cukup luas dari unit apartemen yang pernah ia pakai saat harus menginap di sebuah apartemen karena misinya yang kebayakan memaksanya harus menginap berhari-hari. Memang unit ini termasuk yang sederhana, namun luas. Ia memperhatikan setiap detilnya, pikirannya begitu kalut. Melihat pemandangan orang-orang yang ia lihat. Hampir tidak ada ras lain selain morminus yang ada di tempat ini. Ini sangat membingungkan dirinya. Menurut fakta yang ia ketahui, wilayah ini adalah salah satu wilayah yang termasuk dalam wilayah bebas kekuasaan dimana tidak ada negara berdasarkan ras. Wendy melalui informan yang dimilikinya juga mengonfirmasi hal ini. Kota Crassa ini memiliki komposisi masyarakat yang terdiri dari ketujuh ras. Akan tetapi mengapa hanya morminus saja yang dijumpainya? Selain itu, ia juga merasa sangat was-was apabila apartemen ini memiliki penyadap ataupun hal lainnya. Sejak awal ia sudah menaruh curiga akan kondisi apartemen ini. Fasilitas yang tersedia sangatlah lengkap dan memuaskan, lantai teratas adalah yang ternyaman, selain luas harganya juga berkali-kali lipat lebih murah. Walaupun harus melewati pemeriksaan yang konyol, tapi bukankah hal itu sebanding dengan apa yang tersedia? Belum lagi letak apartemen ini dengan markas militer daerah ini hanya berjarak 10 menit berjalan kaki. Bukankah cukup aman? Ini aneh.

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now