BAB 15

3 1 0
                                    

Mereka kembali menuju asrama dalam diam. Mereka merenungi kata-kata Agatha. Permohonan Agatha terus-menerus menggema dalam pikiran mereka. Apakah maksud sebenarnya dari perkataan Agatha tersebut? Mereka adalah harapan terakhir ketika para Dewa tak lagi berdaya.

Sesampainya di asrama, kelimanya baru menyadari bahwa kamar mereka ternyata berada di pohon yang sama dan di lantai yang sama. selain itu, kamar mereka berada pada deret yang sama dan saling berhadapan. Suatu kebetulan sepertinya. Entahlah, Lee tidak ingin mengurusi hal tersebut. Yang penting ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya. Karena mengerahkan manna dalam jumlah yang sangat besar dan tidak beraturan, tubuhnya menjadi sangat lelah.

Kamar itu ternyata lumayan luas daripada yang dilihatnya pagi tadi sebelum berangkat sekolah. Banyak hal yang rupanya tidak ia perhatikan, contohnya kucing yang ada di hadapannya. Kucing yang gemuk dengan bulu cokelat.

"Oh, kau baru datang rupanya. Hai, apa kabar?" sapa sorang wanita yang baru menyadari kedatangan Lee. Siapa ya? Sepertinya Lee pernah melihat wanita ini. Ah, ia ingat. Wanita yang tadi pagi meneriaki dirinya mengenai keterlambatannya –juga meneriaki dirinya akibat terbangun dalam kondisi telanjang–.

"Ah iya. Hai. Apakah sekolah ini merancang sistem dua penghuni dalam satu kamar?'

"Ya, benar." sahut wanita itu. Ia sangat rupawan. Rambut pirangnya yang mencapai punggung itu dibiarkan tergerai. Tinggi badan serta bentuk tubuhnya sangat proporsional.

"Aku hampir lupa, kita belum saling memperkenalkan diri."

"Ah, aku juga hampir lupa." wanita itu melirik jam yang bertengger di dinding ruang tamu. "Bagaimana jika perkenalannya kita tunda hingga kau selesai mandi? Aku ingin menyiapkan makan malam dulu." kemudian ia segera kembali menuju dapur.

"Kamar mandi ada di mana ya?"

"Di sebelah dapur. "

"Terima kasih."

Tak ada jawaban. Sepertinya wanita itu sedang berkonsetrasi penuh pada makanan yang sedang dimasaknya itu. Ada baiknya jika ia segera bergegas mandi. Lee sudah sangat kelaparan.

Setelah ia mandi dan berganti baju, makanan telah selesai dibuat. Wanita itu sedang menyiapkan alat-alat makan lainya. Kemudian Lee duduk. Wanita itu segera duduk. "Jadi, bagaimana dengan– "

"Ah, makan dahulu. Baru boleh bicara," potong wanita itu. Ia menunggu hingga Lee selesai mengambil makanannya. Mereka makan dalam diam. Suasananya sedikit canggung. Mungkin karena mereka belum saling mengenal. Untung saja suasana itu ditutupi oleh suara televisi yang dibiarkannya menyala. Hingga makan malam berakhir, akhirnya suasana itu segera mencair.

"Baiklah," sang wanita "Jadi, siapa yang harus memperkenalkan diri duluan?"

"Aku saja. aku Warren Lee. Panggil saja Lee."

"Aku Lily Parks. Panggil saja Lily." Lily menaruh sendok dan garpu miliknya di atas piring. "Aku adalah murid tahun kedua di akademi ini. Selain itu, aku telah mendapatkan lisensi sebagai penyihir level S. Jabatanku di akademi adalah ketua dewan murid. Jadi, jika ada masalah mengenai sekolah ini dan berkaitan dengan para siswa, kau dapat membicarakannya denganku." Ia tersenyum kepada Lee. Ia sangat manis. Kulitnya yang putih seputih pualam dan bola matanya yang semerah batu delima membuatnya tampak sangat cantik.

"Ah, apakah Lily tahu mengapa kepala sekolah mau menjadi instruktur kami?"

"Oh, mengenai hal itu. Ada beberapa alasan yang aku ketahui dari kepala sekolah. Pertama, sebenarnya instruktur kalian tiba-tiba menghilang tanpa jejak tepat sebelum hari penerimaan siswa baru, atau dengan kata lain menghilang kemarin. Karena waktu yang sangat mendesak, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi instruktur kalian. Kedua, kalian spesial. Selain dirimu, semua anggota berasal dari kalangan blasteran atau memiliki garis keturunan khusus. Kekuatan yang mereka miliki sangat langka, pengalaman bertarung yang setara dengan para professional. Mereka semua telah memiliki lisensi sebagai penyihir level S. Kemudian alasan yang terakhir adalah dirimu. Awalnya, kelompok ini hanya beranggotakan empat orang. Akan tetapi, tiba-tiba data dirimu muncul pada data kelompok tersebut. Hal ini tentunya sangat membingungkan kepala sekolah yang memiliki sihir pengingat yang kuat dan pengolahan data yang sangat tepat. Sempat data dirimu dicari hingga ke penjuru dunia, akan tetapi tetap saja tidak diketahui siapa dirimu sebenarnya. Lisensimu sendiri dikategorikan sebagai Unknow karena dianggap sangat kuat dan berbahaya. Namun, setelah insiden hari ini, sepertinya besok kau akan langsung mendapatkan lisensi penyihir level SS. Hebat bukan? Kau baru saja muncul dan langsung menyabet lisensi selevel kedelapan belas panglima. Aku sangat yakin kau akan diwajibkan untuk berlatih bersama para dewan sihir dan mengambil misi level S."

Lee terkejut mengenai perkataan Lily yang panjang itu. "Dari mana kau tahu mengenai hal itu?"

"Sepertinya kau sangat meragukan koneksiku. " Lily merasa sebal. "Begini-begini, aku ketua dewan siswa, lho. Wajar saja aku tahu banyak. Sangat mengagumkan sekali lho semua sihir yang kau perlihatkan! Sampai saat ini aku masih terkagum-kagum akan apa yang terjadi tadi. Aku melihat semuanya dari ruang dewan murid. Sebenarnya aku ingin sekali melerai pertarungan kalian. Sayangnya kepala sekolah malah melarangku." ucapannya selesai ketika semua piring yang ada di meja makan telah ia bereskan.

"Lee, maukah kau membantuku?" Lily berdiri dari tempat duduknya hendak membawa semua piring-piring tersebut ke dapur. "Jika kau tidak ingin membantu, kau dapat menonton tayangan hiburan yang ada di sana." Pandangannya tertuju pada sebuah televisi besar yang ditempel pada dinding ruang santai.

Lee segera beranjak dari tempat duduknya menuju dapur. Ia ingin sekali membantu wanita ini untuk mencuci semua piring yang telah mereka gunakan. "Apakah ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, Lily?" ia melihat tatapan penasaran milik Lily terarah pada dirinya.

"Hm, apa ya?" sejenak ia berpikir sembari membuka kran air yang ada di hadapannya. " Darimanakah kau belajar semua sihir kuno itu? Aku sangat penasaran mengenai hal tersebut." Lily melirik Lee yang berdiri disampingnya. Ia sedang membantunya mengeringkan semua piring yang baru saja dicuci.

"Ng? masa laluku. Aku tidak ingat mengenai hal itu."

"Ah, aku hampir lupa mengenai hal tersebut. Baiklah, tak apa jika kau masih belum mengingatnya. Jika kau ingat bisakah kau menceritakannya kepadaku?"

"Untuk apa?"

"Untuk mengetahui siapa dirimu, sayang. Dan yang lebih penting lagi, kepala sekolah memintaku untuk menjadi instruktur pribadimu. Jadi, jangan sungkan untuk menanyakan apapun." ia tersenyum jail kepada Lee. "Baiklah, kau bisa kembali ke kamarmu ataupun bersantai di ruang rekreasi. Aku ada di kamarku, jika kau ingin bertanya mengenai apapun, kau dapat mencariku di sana." ia menunjukkan sebuah kamar yang memiliki daun pintu berwarna ungu yang tepat bersebelahan dengan kamarnya.

Ah, ternyata itu alasannya mengapa ia dapat mengetahui diriku sebelum aku memperkenalkan diri, pikir Lee.

Lily segera beranjak dari dapur menuju kamarnya. Sepertinya malam ini ia tidak mendapatkan pekerjaan tambahan.

Lee kembali ke kamarnya. Ia ingin segera mengistirahatkan pikirannya. Mungkin tidur secepatnya dapat membuat pikiran dan rasa lelahnya cepat menghilang pula.

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now