BAB 7

4 2 0
                                    

Ruangan itu perlahan mulai hancur akibat angin topang yang tiba-tiba saja muncul di tengah ruangan tersebut. Dinding yang hancur itu menyisakan ruangan gelap tanpa cahaya sedikitpun sehingga mereka tidak mampu melihat satu sama lain, meskipun mereka berada pada jarak yang sangat dekat.

"Dimana ini?"

"Selamat datang, kalian sekarang berada dalam jangkauan sihir archive milikku. Seperti yang kalian lihat, sekarang kita berada dalam masa kekosongan. Tepatnya masa penciptaan segalanya oleh sang pencipta."

***

Ruang teleportasi yang berada di kastil utama terletak di ruang bawah tanah. Tepatnya lantai terbawah kastil utama.

Wendy menunggu kedatangan Neil di depan gerbang kastil utama. Ia terlalu bersemangat akan tugas pertamanya ini. Seperti apakah dunia luar saat ini? Sudah hampir dua tahun sejak pengangkatannya sebagai salah satu dewa. Ia kembali mengenang ketika usianya genap delapan tahun, ia mendapat sebuah undangan ke sebuah pesta yang ternyata adalah pengangkatan dirinya menjadi salah seorang dewa. Ketika itu, ia merasa senang karena menjadi dewa berarti bisa menggunakan kekuatan tanpa batasan ketika bertarung melawan para demon. Dalam setiap pertarungan rasnya, ia selalu menjadi kartu truf yang mengerikan. Memiliki sihir waktu yang tak terbatas merupakan keuntungan bagi Wendy. Ketika sedang tidak ada kegiatan, ia pergi ke masa lalu untuk belajar berbagai macam sihir. Mulai dari sihir penyembuhan,sihir botani, sihir air, sihir panas hingga sihir gravitasi. Meskipun tidak mampu sampai pada penguasaan sihir level SS, namun kekuatannya sangat mengerikan. Selain itu, jika ia sedang tidak ingin belajar sihir, ia akan berlatih pedang bersama master Epee. Mengingat master Epee membuatnya merindukan lansia satu itu. Ia begitu baik terhadap Wendy, membuat Wendy merasa bahwa ia adalah cucu lansia itu.

Menunggu Neil yang begitu lama datang membuatnya jengkel. Ia tidak mengerti mengapa Neil begitu lama menghampirinya. Kemudian ia menengok jam tangan yang bertengger di lengannya yang mungil itu. Jam menunjukkan pukul dua siang. Berarti baru tiga puluh menit sejak mereka kembali ke kastil pribadi. Astaga, ternyata ia menggunakan kekuatannya untuk mempercepat waktu istirahatnya dari tiga menit yang terasa seperti tiga jam. Masih ada sisa waktu dua jam tiga puluh menit lagi. Berarti ia harus kembali lagi ke kastilnya.

Di kamar milikya, Neil hanya mampu duduk termenung. Ia teringat lagi akan Len. Wanita yang dulunya adalah orang yang amat ia cintai. Ia tak menyangka kini ia berkomplot dengan para Demon. Neil tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita itu. Diskusi hari ini membuat hatinya panas karena mengetahui akan pengkhianatan ini.

Kenangan ketika menghabiskan waktu bersamanya kini mulai menyiksanya. Ia belum pernah merasa sesakit ini. Apakah ini akan membunuhnya? Jika pada tugas kali ini ia harus bertarung dengannya, apakah ia mampu melawannya? Apakah yang menyebabkan wanita itu mengkhianati para dewa dan dirinya? Pasti ada alasan yang jelas. Hanya saja ia tidak ingin mengatakannya. Pasti.

Mungkin tidur akan membuat dirinya dapat lepas dari pikiran yang bisa membuat dirinya gila. Segera ia melangkahkan dirinya menuju lemari pakaiannya dan melepaskan pakaiannya sebelum berangkat ke tempat pembaringan.

Ia kembali ke hutan terlarang tepat sebelum perang besar dimulai. Semuanya berkumpul. Dua belas penyihir teratas, mereka disebut para dewa-dewi tertinggi. Mereka mulai membagi tugas untuk menghadapi para demon pada perang yang akan terjadi. Seperti pasangan yang biasanya, kakak beradik Elf akan menjadi penyerbu di garis depan, pasangan kembar Pinnocian akan menjadi penggempur pertahanan lawan dan dirinya bersama Len akan menjadi penyerbu utama. Di antara kedua belas dewa-dewi, kekuatan keduanya adalah mutlak yang sangat sukar untuk dikalahkan, dihindari bahkan dilenyapkan.

Semuanya tiba-tiba berubah. Kini ia sudah berada di medan pertempuran. Dirinya kini bersimbah banyak darah. Neil mulai kekurangan banyak manna. Kemudian ia melihat bahwa satu per satu dewa-dewi mulai tumbang. Sihir teritori milik Charlotte sudah tidak aktif. Raksasa milik sang kakak sudah berada di ujung kehancuran. Nyanyian milik Layla tidak terdengar. Tidak ada lagi pasukan monster buruk rupa yang membantu mereka. Bahkan gempa dan cuaca buruk milik Leo tak lagi nampak.

Sepertinya mereka akan kalah.

Namun, Neil tak ingin menyerah begitu saja. dengan segenap tenaga yang masih tersisa, ia mengayunkan bilah sabitnya secara membabi buta. Ia sudah kehilangan akal sehatnya. Dimanakah Len? Ia tak melihat sosok wanita itu sejak beberapa saat lalu.

Dirinya kemudian mematung melihat apa yang ada di depannya. Wanita yang ia sayangi sudah menyatu dengan kegelapan. Ia tak mampu bergerak barang sedikitpun. Kakinya gemetaran. Ia hanya mampu terdiam sementara Len yang telah menyatu dalam kegelapan menyerap seluruh manna para dewa-dewi lainnya.

Mengapa ini bisa terjadi?! Ia berharap bahwa waktu dapat segera berhenti. Namun, kekuatannya tak mampu mengendalikan waktu barang sedetikpun. Apakah ini adalah akhir dari segalanya?!

Ditengah kekacauan besar itu, mendadak waktu berjalan dengan sangat lambat, melambat hingga waktu berhenti. Dihadapannya muncullah sosok anak kecil yang membawa dua bilah pedang berlumur darah.

"....eil.....kakak.....Kak Neil....!" ucapan gadis itu sekonyong-konyong menarik dirinya menuju dunia lain.

Neil tersentak kaget. Dirinya bermandikan keringat. Meskipun iklim yang disetel oleh Leo adalah musim hujan, ia tak mengerti mengapa dirinya kini bangun dengan mendapati dirinya bersimbah keringat.

Neil segera melirik jam yang tergantung pada dinding kamarnya. Tinggal tiga puluh menit hingga perjanjiannya dengan Wendy tiba. Ia harus cepat – cepat membasuh dirinya. Ia segera melangkahkan kakinya yang jenjang dengan malas. Ia tak menduga bahwa mimpi buruk dapat menyebabkan otot-otot tubuhnya pegal. Mungkin tidak ada salahnya jika ia berendam di permandian air panas miliknya.

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now