BAB 6

6 2 0
                                    

Di suatu tempat, seorang perempuan sedang bersenandung senang. Ia sedang menantikan sesuatu yang menarik akan segera muncul. Berada diatap sebuah gedung pencakar langit, ia mengayun-ayunkan kakinya sembari memandang langit yang selalu berwarna merah muram. Meskipun tidak jauh berbeda dari dunianya yang sebelumnya, ia tidak merasa takut sedikitpun. Langit yang selalu menangis. Angkasa yang berdarah. Penghuni yang terbuang dan terasing. Ya, itulah Seol. Kini, gadis itu tengah memandangi wilayah tempat dirinya berada saat ini. Tidak terlalu buruk menurutnya. Apapun akan ia lakukan demi seseorang yang berharga. Meskipun menjadi yang terbuang dan harus mengkhianati teman-temannya serta dunianya, ia akan melakukan apa saja asalkan orang itu selamat dan terjamin hidupnya.

"Nyonya Len, proses evolusi tahap dua berjalan dengan lancar dan tidak ada masalah. Apakah kita dapat melanjutkan tahap berikutnya?" tanya seorang gadis. Ia sangatlah elok dan rupawan, namun mulutnya yang robek membuatnya tampak sangat mengerikan. Gadis itu menghampiri Len yang sedang melamun. "Apakah kau masih memikirkan teman-temanmu yang sebelumnya?"

"Ah, tidak. Aku tidak sedang melamunkan sesuatu kok," jawab Len gelagapan. Ia sangat kaget karena hawa keberadaan gadis berpakaian kimono hitam itu sangat sulit untuk dideteksi. Memang ia sedang melamunkan bagaimana cara agar dirinya dan orang itu dapat hidup tanpa harus menerima kesusahan ini. Namun, ia tidak ingin usahanya untuk bertemu orang itu sia-sia. Jadi, ia harus tetap waspada. "Untuk tahap kali ini, kita harus menguji coba mereka. Aku ingin melihat perkembangan yang didapatkan oleh para kelinci percobaan kita. Aku tidak ingin terjadi suatu kesalahan. Jika kalian hanya menganalisanya, hal itu tidak akan menghasilkan manfaat yang bagus untuk perkembangan. Bisa saja kalian salah menganalisis. Selain itu, aku ingin mengetahui kelemahan mereka agar dapat segera aku tutupi cela itu."

"Baiklah kalau begitu. Dimanakah kita akan melakukan uji coba? Selain itu berapakah jumlah yang ingin anda ujikan?"

"Kita akan melakukan uji coba mereka di Gaia. Bagaimana jika enam ratus pasukan. Apakah kita masih memiliki stok kelinci percobaan?"

"Ya. Tidak ada masalah. Selama unit tartarus dan sihir temuan anda berada disini, kita tidak akan kekurangan cadangan kekuatan yang berarti. Stok kelinci percobaan yang kita miliki masih ada sekitar tiga puluh lima juta delapan ratus tiga puluh lima orang. Jadi, sejauh ini masih belum ada masalah kekurangan stok."

"Baiklah," Len tersenyum lega. " Kalau begitu lakukan persiapan. Kita akan mengirim mereka kepada kelompok aliansi kita yang berada di benua timur Gaia. Kita akan melakukan penyerangan dalam beberapa hari kedepan. Jadi, siapkan sihir teleportasi secepatnya."

"Siap dilaksanakan, Nyonya Len!" sang gadis yang sedari tadi berdiri dibelakang Len kembali tersenyum dan segera membungkukkan badannya sebelum ia kembali menghilang kedalam gedung tua tersebut.

Sekali lagi Len menghembuskan napasnya kuat-kuat. Ia merasa sedikit lega karena berhasil berbicara dengan para demon tanpa harus merasa ketakutan. Meskipun ia merasakan ketakutan yang sangat mendalam, namun ada suatu perasaan yang membuatnya kembali membunuh ketakutannya tersebut. Orang yang berharga itu adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Sudah bertahun-tahun ketika dirinya masih kanak-kanak ia terpisah dengan adiknya tersebut karena serangan kaum teroris.

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now