BAB 12

2 1 0
                                    

Untuk pertama kalinya Wendy melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan sihir perpindahan. Ketika berpindah, ia merasakan seluruh tubuhnya mati rasa, sulit bernapas dan pusing. Perpindahannya memakan waktu beberapa menit. Dalam interval waktu perpindahan tersebut, mereka melewati dimensi yang belum pernah dilihat oleh Wendy. Dimensi yang hanya diwarnai oleh warna merah muda sebagai latarnya dengan gelembung bening yang terbang kesana-kemari. Terkadang, beberapa dyrand terbang menuju suatu gerbang dimensi lainnya. Belum usai menikmati pemandangan tersebut, mereka telah sampai di tempat tujuan.

Sebenarnya, mereka tidak berpindah langsung ke kota yang mereka tuju. Jika mereka berpindah tepat di kota tersebut, pasti akan menimbulkan suatu masalah ataupun dapat menarik perhatian para penduduk yang berada di sana. Jadi mereka memutuskan untuk berpindah tepat di kota sebelah, kota Crassa. Jarak antara keduanya sekitar lima kilometer. Tidak terlalu buruk juga.

Portal sihir mereka muncul tepat berada di markas militer milik tentara sihir setempat. Portal sihir perpindahan sebenarnya bukanlah barang umum. Sihir ini hanya dimiliki oleh pihak militer, pemerintah dan para dewa-dewi saja. Karena merupakan sihir yang tidak umum, jika mereka muncul ditengah khayalak ramai maka kehadiran merekapun pasti akan ditanggapi negatif. Hal itulah yang ingin dihindari oleh Neil. Ia tak mau repot.

Penyamaran mereka yan pertama adalah sebagai salah seorang tentara pusat yang bertugas untuk melihat situasi dari kota tersebut. Tak disangka-sangka oleh Wendy, ternyata ramuan penyamanran milik Ferdi sangatlah mujarap. Wendy berubah menjadi seorang perwira muda. Ia menjadi lelaki dewasa. Ah, apa ini? Ia merasa malu dan rasanya aneh, ia menjadi dewasa namun bukan sebagai wanita, melainkan seperti lelaki. "Kak, apa yang terjadi padaku? Kenapa aku menjadi lelaki dewasa?"

"Ada apa memangnya? Apakah kau ingin menyerah pada tugas pertamamu?" sahut Neil. Penampilannya tak kalah menarik dari sebelumnya. Tubuh yang besar menjulang, kulit yang sedikit gelap, mata sebiru langit yang pastinya bakal membuat pingsan para wanita yang menatapnya, otot-otot yang besar menonjol, rambut hitam dipotong cepak.

Tunggu dulu, penampilannya tidak ada yang berubah. Sama saja. hanya saja suara dan gaya rambutnya saja yang berganti.

" Tidak kak, hanya saja, aku belum terbiasa pada tugas yang seperti ini." sahut Wendy cepat-cepat. Ia tidak mau merusak misi sekaligus liburannya bersama kakak angkatnya ini, apalagi ini adalah pertama kalinya semenjak dua tahu menjadi dewa ia tidak keluar markas. Ia tak mau kesempatan ini rusak.

Lamunan keduanya buyar ketika seorang tentara memberikan hormat pada keduanya. Hal ini membuat Wendy yang tidak tahu menahu tentang militer gelagapan. Namun, Neil segera membalas hormat. "Lapor, komandan. Keadaan kota sejauh ini baik-baik saja. pergerakan para teroris belum pada tahap dimana mereka akan menyerang ataupun berniat untuk menaklukan kota." kemudian sang perwira tersebut menuju peta yang terpampang pada dinding dan segera menunjuk daerah yang sekarang ini ditinggali para teroris. "Untuk sekarang ini, kota San Vanad adalah pertahanan terakhir kita dalam memerangi para pemberontak tersebut."

"Apakah sejauh ini kota San Vanad belum menunjukkan tanda-tanda akan jauh ke tangan musuh?"

"Belum. Kami juga masih memantau daerah perbatasan. Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda bahwa akan diadakan perang perebutan wilayah."

"Akan diadakannya perang perebutan wilayah? Dari manakah anda bisa yakin bahwa hal itu benar?"

Sang perwira sedikit kalap akan hal tersebut. Kemudian dengan cepat ia mengatakan, "Ka, kami memiliki mata-mata yang berada pada wilayah yang kini masih diduduki oleh para teroris tersebut." Ia berhenti sejenak. "Apakah anda ingin segera memantau keadaan sekitar, ataukah ingin segera menaruh barang-barang anda di hotel?"

The Lost God : Who Am IWhere stories live. Discover now