Bagian Satu

4.8K 295 49
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat datang kembali buat reader yang masih setia membaca cerita saya, terimakasih banyak.

Ada yang menangkap maksud judul dari cerita kedua saya ini?

Nanti saya kasih tahu pelan pelan.
Selamat membaca sayang sayang koh.

*
*
*

Ardi menghela nafas kelelahan, menjadi abdi negara sebenarnya melelahkan di waktu - waktu yang seperti ini, saat dimana badannya tak sesegar yang biasanya. Kelelahan karna kondisi tubuhnya dalam titik terendah. Kasarnya pria itu demam, tubuhnya membutuhkan rebahan dan ketenangan. Namun Ardi terikat dengan pekerjaannya, karna itu sesiang yang terik ini, dia masih berada di jalanan, menghalau semua kendaraan yang tidak mematuhi lalu lintas.

Ardi berdecak kesal saat matanya menangkap satu sosok dengan kendaraan pink mentereng dari arah depan, sontak tiga rekan Ardi bersorak menggoda pria itu. Seperti layaknya Ardi, bahkan tiga rekannya hafal dengan pemilik kendaraan yang tengah tersenyum kelewat lebar ke arahnya kini.

Motor itu berhenti persis dihadapannya kini.

" Oppa.. "

" Lewat ?? " Kata Ardi dingin.

" Ye?? Lewat kemana? Ga ditahan oppa?" Kata perempuan berkuncir kuda dengan muka memerah entah karna panas atau karna apa itu.

" Engga, udah sana lewat " Ardi menunjuk dengan dagunya.

Perempuan itu mendesah kesal, mukanya ditekuk lucu.

" Pak, adik ini tidak memakai helem nya, sesuai dengan pasal.. " Teman Ardi tersenyum cerah saat Ardi melempar tatapan kesalnya. Tangannya meraup kertas yang sedari tadi dia genggam, catatan pelanggaran.

" Mana sim nya "

" Ndak punya.. "

" STNK nya mana? "

" Dirumah.. "

" Mana helemnya ?"
Mata Ardi merolling kesal saat telunjuk kecil itu menunjuk pada belakang motor, tepat di besi belakang motor, nampak helem yang berwarna pink juga tercangklong disana.

Ardi mendesah kesal. Pandangannya lurus kearah perempuan berseragam itu. Menuntut penjelasan yang akan perempuan itu berikan dengan detail tentu saja.

" Tadi kan, Nana lewat sana, helem nya Nana pake oppa polisi, taunya disana ndak ada oppa, kata pak polisi yang disana oppa adanya di jalan sebelah sini, jadi Nana buka helemnya di depan sana, ndak jauh, jalannya juga Nana pelan - pelan " Perempuan itu tersenyum menampakkan giginya gugup.

" Saya capek menghadapi anda, saya kasih surat tilang tiga kali berturut - turut, tapi anda seperti meremehkan pekerjaan saya benar? "

Perempuan itu menggeleng panik.

" Ndak benar " cicitnya.

" Saya bekerja bukan untuk main - main nona, jadi apa maksud anda mengganggu saya dengan pelanggaran - pelanggaran anda seminggu ini "

Perempuan itu kembali tersenyum cerah. Wajahnya terangkat menatap Ardi.

" Oppa, jadi namja chingu Nana ne? " Ardi menggaruk hidungnya, tak paham pembicaraan random perempuan itu.

" Bicara yang jelas.. " kata Ardi lagi.

" Jadi namja chingu oppa, date.. eum.. pacaran, oppa mau jadi pacar Nana ?" Kata perempuan itu lagi.

Ardi terbelalak.
Sorakan rekannya makin terdengar, bahkan satu temannya merekam saat perempuan itu mengatakan kalimat aneh. Ardi melotot horor. Sementara perempuan bertubuh mungil itu melambaikan dua jarinya ke arah rekan Ardi yang merekam aksinya.

Miss Lepo & Mr.PoppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang