Bagian Sembilan

1.7K 165 19
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb

.
.
.
Ardi menatap tautan jemarinya dalam kalut. Demi apapun ketakutan kini menyambarnya secepat kilat. Barusan saja kejut jantungnya di uji, belum sampai gejolak panas di dadanya mereda sekarang mampir lagi kesakitan dari arah berlainan. Sama - sama berporos pada hatinya.

Ardi ingin membanting kasar stir mobil saat suara dering telpon terdengar dari saku celananya. Ardi melihat layar, "Rumah" , menghela napas mencoba tenang Ardi mengangkat telpon.

" Mbak ada apa? "

" Ibuk bang ... "

Dan Ardi seakan kehilangan kesabaran saat suara di telpon mengabarkan kalau ibunya tersayang jatuh entah bagaimana caranya dari kursi roda dan kepalanya berdarah. Secepat kilat bayangan kengerian membayangi Ardi, demi apapun didunia ini Ardi belum sanggup hidup tampa sang ibu.

Ardi menggigil saat mencoba memakai akal sehatnya untuk membawa mobil dengan selamat sampai rumah, menjemput sang ibunda walaupun mbak Murni bilang ambulance dalam perjalanan kerumahnya. Yang Ardi tahu kini tangan dan hatinya kebas.

Ardi boleh bernafas lega saat sampai di rumah sakit ternyata keadaan Ibunya tampak baik - baik saja, kaki tangan Ardi yang semula dingin berangsur seperti dilewati darah kembali. Langkah Ardi melambat menghampiri sang ibu yang menatap hangat kepada Ardi. Ardi emmbawa tangan ringkih itu ke bibirnya. Membawa tangan mama nya ke kepala dan wajahnya sendiri.

" Mama baik - baik aja bang, maaf bikin abang cemas ya " Bahkan di telinga Ardi suara sang bunda terdengar jelas dan tak belo seperti biasanya. Meski masih lirih tapi Ardi mendengarnya dengan jelas.

" Abang kelihatan kacau, mama bikin abang khawatir ya? Abang dari mana aja nak? " Ardi baru mengembalikan eksistensinya saat pertanyaan beruntun keluar dari mukut sang bunda dan entah karna keajaiban apa terlihat tak lagi semiring biasanya. Apa Ardi mengigau kali ini? Ardi menggeleng - geleng tak paham.

" Abang .. " Panggil sang ibu lagi.

" Mama.. Mama baik - baik aja? Apa abang sudah minus mendadak mama? Kenapa mama terlihat makin cantik ? Telinga abang ada kerusakan kah? Mama kenapa bisa cerewet sekarang? " Air mata Ardi luruh menetesi pipinya saat melihat memang sang nyonya tersenyum secantik yang pernah Ardi ingat. Keajaiban apa yang terjadi pada sang ibu?

" Mama juga gatau kenapa bisa begini, tapi saat mama jatuh dari kursi roda mama merasa kaki mama ada yang bergeser. Dan kepala mama sedikit mengenai lengan kursi roda, bukan kepala tapi pipi nak " Suara lemah dan lambat milik Mama nya Ardi dengarkan dengan sabar.

" Abang kangen mama bercerita panjang lebar tentang sinetron lagi, mama cepat sembuh ya nanti abang temenin nonton kalau udah pulang dinas. " Ardi memeluk dengan hati - hati ibunya dan melepaskan pelukannya tak lama setelah itu.

" Bang, Nana mana? Gimana keadaan dia? " Raut Ardi menggelap mendengar nama perempuan itu melantun dari bibir ibunya.

" Mama jangan mikir yang aneh dulu ya, abang mau temui dokter dulu mau bertanya keadaan mama " Ardi mencoba menghindar dengan segera berdiri namun tangan ringkih sang bunda menahannya.

" Abang kenapa nak? Mama tadi bahkan jatuh saat mendengar kamu panik membawa Nana yang menangis - nangis di gendongan kamu, bagaimana keadaannya?"

" Baik, abang pergi sebentar, mama istirahat dulu ya " Ardi dengan pelan melepaskan tangan sang ibu dari lengannya. Berlalu keluar.

Dan Mawar tak payah, Ardi sudah berpuluh tahun menjadi anaknya dan dia tahu seperti apa raut kecewa dari sang putra, dan Mawar sedikit kalut menatap bukan hanya raut kecewa namun juga raut terluka nampak dari aura muka anak semata wayangnya.

Miss Lepo & Mr.PoppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang