Bibir Ardi mencelut sejadi - jadinya, kakinya melangkah malas, beban di punggungnya yang sebenarnya tak seberapa namun bebatan dua tangan di leher membuat Ardi seolah tercekik. Dan susah bernafas demi apapun. Namun Ardi tak berani membentak. Gimana engga..?
" Natasya ... Tangan kamu "
Dan telinga Ardi seketika dipenuhi suara lebah karna perempuan itu kembali menangis huhuhuhu...
Ardi menghela napas sekali lagi. Tangannya menopang kedua paha Nana yang membelit kencang dipinggangnya, dan dua kaki terpilin di depan Ardi. Kalau saja Ardi hilang kesabaran lagi,ingin rasanya Ardi menjejalkan perempuan itu kemesin penggilingan dan menjadikan dagingnya umpan ikan.
.
.
.Ardi dengan susah payah membuka pintu gerbang karna si anak nakal itu sama sekali tidak bisa diharapkan, bahkan Ardi bisa merasakan kalau Natasya tengah tertidur di punggungnya,terasa dari helaan napasnya yang teratur meski sesekali sesegukan sisa tangis.
" Abang.. " Mama tercinta Ardi tengah menatap penuh tanya pada Ardi yang tengah susah payah berjalan agak membungkuk dengan beban di belakang punggungnya.
" Natasya Mama, maaf abang ga bikin mama kaget kan? Abang mau bawa ke kamar dulu,dia ketiduran karna kelelahan abis menangis,sebentar ya ma " Pamit Ardi.
Mama Ardi hanya mengangguk memandang Ardi yang menghalau tubuhnya ke balik pintu kamar.
.
.
.Ardi menatap miris pada dua telapak kaki perempuan yang tengah tertidur nyenyak di ranjang nya kini. Dua telapak kaki itu tampak memerah dan kotor, terakhir Ardi lihat dua telapak kaki itu tertatih - tatih berjalan tampa alas kaki mengejar nya tadi.
'Dasar bocah.. ' Batin Ardi.
Ardi melangkahkan kakinya ke kamar mandi, membasahi handuk kecil,dan kembali ke ranjang. Mengambil dua kaki nya Nana dan mulai dengan telaten membasuh dua telapak kaki lembut itu. Menyesel banyak saat menemukan dibalik kotoran kaki itu,ada beberapa goresan memerah yang Ardi yakin luka saat kaki itu menginjak batu - batu kerikil di trotoar tadi.
Ardi berdiri dan menarik selimut miliknya dan menyelimuti Nana hingga dada. Menatap dalam pada muka yang beberapa rambut nakal menempel erat di pipinya. Air mata nampak mengering di sudut mata menyisakan dua bawah mata yang membengkak.
Pelan Ardi menyingkirkan rambut yang bertebaran di wajah Nana. Menyelipkan ke sela telinga dan ibu jari Ardi lancang menyentuh sudut mata yang masih di bayangi sisa air mata. Menghapusnya dengan pelan dan sejenak jemari itu bermain nakal di dua pipi berisi kemerahan milik bocah perempuan itu.
" Kamu apakan saya Natasya? " Lirih Ardi lebih kepada dirinya sendiri.
.
.
.Ardi menggerakkan tangannya lincah di penggorengan,sementara ibunda tercinta nya tengah menyaksikan putra kebanggaan miliknya dari sudut dapur.
" Yakin mama ga mau abang bikinin satu? " Ardi mengajak perempuan paruh baya itu bercakap.
" Iya nak, mama masih kenyang,tadi si mbak bikinin mama bubur kacang ino,abang kan tau mama paling lemah sama bubur " Ardi tersenyum tampa membalikkan tubuhnya.
" Kok bikin nya cuman seporsi nak? Nanti Nana bangun dia masak ga dikasih? " Pancing Mama Ardi.
" Abang juga masih kenyang ma,tadi udah ngabisin satu botol jus yg rasanya ga karuan, sekarang perut abang masih kenyang,ini buat si lebah itu kok,ga laper aja berisik,apa lagi laper. Dia kenyang nanti bisa kita pulangin lebih cepat " Ardi bercerita ringan,terlihat lebih cerah,entahlah hanya saja Mama Ardi merasa bahwa pria itu terlihat lebih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Lepo & Mr.Poppo
RomansaCerita di proteksi !!! Ini cerita tentang polisi tampan di menjadi yang kedua.. Cerita ini Insya Allah ga sepanjang cerita Kiara Rafandra.. . . . . Ardi Winata laki - laki terpayah menata hati setelah dua kali di gagalkan oleh dirinya sendiri. Kali...