Bagian Empat

1.7K 192 16
                                    

Assalamualaikum wr.wb

Selamat membaca
.
.
.
Ardi menghela nafas setelah beberapa saat menahan tampa dia sadari. Detik selanjutnya matanya terasa berair, perutnya terasa kram karna kebanyakan tertawa. Bahkan dia tak sadar terbahak - bahak sedari tadi, sungguh jawaban bocah ini menggelitik urat syarafnya.

Natasya yang tadinya menggenggam kuat kepalan tangannya dengan muka mendongak ke langit menurunkan tatapan, meski tetap menenggadah karna pria itu jauh lebih tinggi darinya.

Bibir Nana ikut terangkat melihat pria di depannya menjadi indah saat gigi rapi itu nampak tersusun indah di mulutnya, dua bibir merah muda merekah dan jangan lupakan tubuh tegap itu terguncang - guncang karna tawa. Mata Nana tak berkedip beberapa saat lamanya.

" Seksi.. " Bisiknya. Dan tawa Ardi mereda setelahnya, mukanya kembali beraut datar. Setidaknya berusaha untuk tetap menunjukkan raut sedingin biasanya.

Ardi mendelik.

" Pulang sana, ga di cariin apa keluyuran dari pagi sampai mau siang ini? "
Gelengan Natasya membuat Ardi mendengus.

" Terserah " Ardi melanjutkan langkahnya, dan langkah Nana terseret dibelakangnya, jinjitan langkah itu diabaikan Ardi karna dia tahu sekuat apapun dia mengusir perempuan itu, akan tetap tak di indahkan.

.
.
.

Ardi menghitung berapa kali dia mendesah dalam sedari tadi. Namun biarpun langkah kakinya dia percepat, derap langkah kecil - kecil disertai helaan nafas tersengal - sengal di belakangnya membuat Ardi tampa sadar memelankan laju kakinya. Menjadi sedikit lebih pelan meskipun Nana yang berkali - kali memperbaiki bandananya masih tetap berlari kecil.

" Op~oppa... Pelan .. " Bisiknya. Namun Ardi mengabaikan permintaan Natasya, dan saat gerbang rumah miliknya terlihat dari dekat, Ardi memutar otak, dia pikir mungkin perempuan ini akan seribu kali menyebalkan kalau tahu tempat tinggalnya sekarang.

Maka dengan senyum culas Ardi membelok, menampakkan raut muka Nana yg melongo karna tiba - tiba di depan gerbang laki - laki itu membelokkan langkahnya lagi.

" Oppa mau kemana? Bukankah ini rumah Oppa?? Jln By Pass Talang No. 11 ... " Ardi membalikkan langkahnya, menatap Nana yang tangannya masih terayun ke arah pintu pagar yang tertutup.

Ardi menghentakkan kakinya tak sadar. Bermuka dingin menuju perempuan yang mengkerut saat Ardi melangkah pasti ke arahnya.

" Tahu dari mana kamu kalau ini rumah saya?"
Namun raut takut perempuan itu berganti, bibirnya tersungging senyuman yang menurutnya paling manis.

" Nana tahu sendiri " Ardi merasa hafal dengan lirik yang perempuan iu ucapkan, namun dia lelah berfikir, maka setelah membuka gerbangnya Ardi bermaksud menutup pintu namun tangan ringkih milik Nana melintang di pintu masuk sehingga menghalangi Ardi untuk menutup pintu.

Ardi diam menatap Nana yang kesusahan menyelipkan kepala plus bandananya ke celah yang brlum sempat Ardi tutup.

" Nana minta minum boleh? " Bisik perempuan itu.

Ardi memindai muka dengan poni tirai itu, rambut nya lepek karna keringat dan muka perempuan itu memerah karna panas.

" Habis itu pulang " Tetap oppa satu ini tak tega membiarkan satu sosok tamu tak diundang kehausan di tengah jalan, sementara Ardi punya bergalon - galon air mineral.

Natasya mengangguk mengiyakan perkataan Ardi, dengan beringsut - ingsut perempuan itu masuk lewat celah pintu gerbang.

" Oppa... Sempit " Ardi melepaskan tangannya yang masih menahan pintu, otomatis perempuan itu tersentak ke depan, akan jatuh kalau Ardi tak secepat kilat menahan bahunya.

Miss Lepo & Mr.PoppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang