Bagian Tujuh

1.3K 171 19
                                    

Assalamualaikum wr. wb.

.
.
.

Ardi mengucap salam, namun seperti biasa tak ada yang membalas ucapan salam nya yang terdengar pelan. Pantas saja, mungkin ibu nya sedang tidur  sementara mbak yang biasa membantu di rumah ini sedang sibuk di dapur seperti biasanya. Ardi dinas malam dan baru sampai di rumahnya ini pagi, seluruh tubuhnya mendambakan kasur karna di kantor hanya ada sofa panjang yang sudah tak empuk dan matras yang jumlah nya hanya sedikit sehingga dia dan rekannya sering kali berebut untuk memakai matras tersebut.

Ardi membayangkan, pagi nya selesai mandi mengintip sarapan di meja makan, memenuhi lambungnya dan segera tidur. Namun suara pekikan samar terdengar dari arah dapur, di susul kelontangan yang membuat mata sayup Ardi menajam waspada. Kakinya melangkah ke arah dapur. Suara pekikan itu berubah menjadi cekikikan dan Ardi hafal dengan suaranya itu.

Mata Ardi yang tadinya menajam waspada kini membola saat melihat dapur yang selalu mbak Murni jaga kebersihannya kini kacau balau, mama nya nampak terkikik - kikik di sudut dapur tak menyadari kehadiran Ardi. Sementara pelaku utama sedang menghunuskan tangannya tegang ke dalam wajan yang mengeluarkan desis tak wajar. Bau hangus dan asap juga memenuhi dapur. Ardi ingin terbatuk saja rasanya.

" Ndak boleh nakal e, kamu sudah tak bernyawa tapi masih galak saja kayak oppa " Si tengil itu berdialog dengan tepi wajan, sementara mama Ardi masih cekikikan menatap penuh minat pada peremouan itu.

" Mama mertua ikannya kenapa ndak mau diam toh? Nana mau ngangkat tapi takut kecipratan minyak " Nana masih berupaya melarikan sendok masaknya ke arah wajan tapi maju mundur karna takut. Sementara muka perempuan itu tertutupi helem full face Ardi yang lumayan mahal dan dia jaga dengan baik.

" Eottokee?? Hhik hhik " Rengekan takutnya menggema di telinga Ardi.

" Mama mertua bantu doa saja, jangan kesini nanti kena minyak juga, biar Nana saja, mungkin matikan dulu apinya, oke.. mari kita mati... Huwaaaa ! " Perempuan itu tersentak kaget saat tangan Ardi lebih dulu menggapai petikan kompor dan mematikan api sumber kericuhan perempuan yang kini menatap kaget pada nya. Mulutnya menganga menyisakan uap di kaca helem Ardi yang kini permukaannya dipenuhi minyak.

" Ommo.. Oppa sudah pulang? Nana masak ikan goreng kesukaan oppa, tapi sebentar lagi mateng, tapi kenapa oppa sudah sampai? Bukannya satu jam lagi? Makan paginya belum siap, kue bolunya juga belum di bakar. " Perempuan itu terus mengoceh sambil mengekor Ardi yang bolak balik mengangkat ikan yang berwarna hitam di sebelah bagian, bahkan dagingnya nampak berpisah pisah dengan tulangnya tanda ikan itu di bolak - balik sering - sering. Ardi juga membuang tangkai sayur bayam yang berceceran di meja dapur, beserta kulit bawang merah dan bawang putih. Cabe dengan ulekannya yang masih berantakan.

" Yaah sayap ikannya patah, tadi Nana mau bikin gurame terbang oppa, biar oppa semangat bekerja " perempuan itu mengibaskan tangannya meniru gerakan terbang.

" Itu sayur bayam, supaya oppa makin kuat kayak popaye " Katanya lagi saat tangan Ardi menyaut sendok ke panci yang kuahnya mengepul. Kuahnya nampak bening dan beberapa bawang yang masih bulat - bulat terapung dalam panci. Sementara bayamnya masih teronggok di atas meja dalam wajan yang telah siap di cuci.

" Ommo, bagaimana bayamnya masih di sini? Ya ampun Nana lupa masukin bayamnya. Hehehe " Tangannya mencelupkan bayam ke dalam air mendidih dan tertawa tegang ke arah Ardi.

Ardi menatap datar pada Natasya, tangannya menjulur dan otomatis perempuan itu memicingkan matanya. Takut di pukuk Ardi. Ardi melepaskan kaitan helem di bawah dagu Nana dan menarik helem itu ke atas, sehingga rambut perempuan itu terangkat dan terlihat berantakan, Ardi memindai wajah berbalut keringat itu dengan seksama.

" Nana.. eum Nana mau masak enak buat oppa, Nana kalau di rumah pintar masaknya, jadi tadi Nana belanja ke pasar jam setengah enam pagi terus kesini, tapi kompor disini beda sama rumah Nana jadinya Nana masak agak sedikit matang, tapi biasanya rasanya enak begitu " Natasya masih meracau menghindari amukan Ardi karna mengacaukan rumahnya.

" Nana minta maaf " Perempuan itu menunduk takut - takut.

Ardi terdiam sejenak lalu terkekeh, suara tawanya mengalun lewat sepasang bibir membuat Nana yang tadi menunduk takut - takut memberanikan diri untuk menatap Ardi, sementara pria itu masih terkekeh entah karna apa. Maka Nana ikut tertawa meski dia bingung.

Mama Ardi membelokkan kursi roda dan menekan tombol sehingga kursi roda itu berjalan ke arah tengah, menuju ke kamar meninggalkan sepasang anak manusia yang tak sadar suasana. Bahkan Ardi mengabaikan mamanya, Mama Ardi tersenyum manis menatap putra nya sejenak tadi.

" Ngapain kamu mengacau di rumah saya eum? " Tanya Ardi. Bahkan Nana harus menajamkan kupingnya saat pertanyaan Ardi bahkan terdengar lembut di telinganya.

" Nana bikin sarapan mewah buat oppa, pasti oppa lapar pulang bekerja, ayoo mandi, sebentar lagi sarapan siap, apa Nana siapkan air hangat untuk mandi? Di rumah Nana tinggal pencet tombol sih ga tau kalau di kamar oppa, Nana tadi belum sempat masuk " katanya sombong.

" Saya ga butuh air hangat, saya biasa mandi pakai air dingin. "

" Ya sudah sana oppa mandi, nanti Nana siapkan baju nya, aiigoo aku kayak sitri yang menyiapkan pakaian suami, kan suami " perempuan itu terkikik - kikik tak tahu malu lagi sembari menutupi pipinya yang memanas.

" Kamu sehat ? " Tanya Ardi, kini laki - laki itu kembali geli.

" Eum " Gumam Nana.

Ardi menjalankan tangannya tak sadar di atas pipi perempuan itu. Menangkup telapak tangan Nana yang masih memegang kedua pipinya. Bahkan Ardi juga tak sadar menyingkirkan telapak tangan Natasya dan mengganti dengan kedua tangannya. Mengusap pipi perempuan itu yang kembali merona dan terasa panas di jemari Ardi. Ardi menyingkirkan anak rambut Nana yang melekat ke keningnya karna keringat.

" Kamu apakan saya? " Ardi bergumam lirih sementara Natasya mengernyit tak mengerti.

Ardi ingin melepaskan tangannya namun gerakan perempuan itu yang berjinjit membuat Ardi kaku. Sentuhan ringan terasa di bibirnya. Pelakunya perempuan berbibir mungil merah itu yang kini kembali menutup mukanya dan terkikik geli.

" Oppa poppo .. " katanya dalam telapak tangannya.

Sementara Ardi terpaku, bibirnya terbuka sedikit karna syok. Ardi menyentuh dadanya yang berdentam kuat. Heii dia laki - laki jantan, tak mungkin salah tingkah hanya karna kecupan ringan anak dibawah umur. Bola mata Ardi bergetar samar. Bahkan Ardi merasakan telinganya terbakar entah karna apa.

" Lancang kamu gadis mesum, lain kali jangan begitu lagi, masih dibawah umur sudah berani mencium pria dewasa, kamu mau saya laporkan ke polisi karna tindakan pelecehan iya? Jangan begitu lagi dengar? " Ardi tergeragap pergi ke kamarnya sementara Natasya membuka tangannya syok karna barusan membuat Ardi marah lagi. Bola matanya menganak sungai menatap pintu kamar Ardi yang tertutup kencang.

" Oppa marah, eottoke? Aku berbuat salah lagi, biasanya di drama ahjussi itu menciumku balik dan mengusak rambutku, oppa marah eotokee??? Huweee.... " Perempuan itu menangis dalam lipatan pahanya. Menangis di sudut dapur karna ketakutan dimarahi Ardi.

Poor Natasya

Tbc
Assalamualaikum wr wb

Semoga suka, typo mohon koreksi karna aku ga edit sama sekali.

Salam sayang

Lala

Miss Lepo & Mr.PoppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang