Bagian Dua

2.3K 224 24
                                    

Assalamualaikum wr. Wb

.
.
.
Ardi menutup matanya dengan lengan, telinganya terasa sepanas dahi yang kini menyentuh kulit tangannya. Mata Ardi terpejam namun tidak dengan dirinya yang terjaga atau dipaksa terjaga oleh sesosok perempuan yang duduk di sebelah tandunya.

Ardi sudah memberontak tentu saja, namun entah kekuatan dari mana, perempuan yang umurnya bahkan dibawah Kiara jauh ini memiliki celah untuk membantahnya, membuat Ardi yang dari pada malu berkelanjutan mengikuti jejak si nona kecil.

" Huuuhuuuhuu.. " Tangisan yang sudah Ardi dengan kurang lebih 15 menit sedari dia menaiki mobil ambulans. Ini mungkin kali pertama petugas ambulans menerima telpon dari seorang pasien sakit kepala ringan, Ardi menutup matanya rapat, mencoba menulikan diri walau tidak berhasil sama sekali.

" Oppa... " Ardi ingin mendecak kesal namun tubuhnya yang memang sedikit lemah membuat Ardi urung.

" Tenanglah nona, om polisi nya baik - baik saja, kelelahan dan sedikit demam namun jauh dari kata kritis jadi kamu bisa berhenti menangis" Seorang suster berjilbab mencoba menenangkan perempuan itu. Namun tentu saja Natasya dengan segala kebebalan nya mengabaikan perkataan suster itu.

" Oppa.. jangan mati dulu ne, eottoke?? Nana takut kalau oppa mati, kan Nana belum tamat SMA oppa " rengeknya lagi, sebelah tangan Ardi terangkum dalam genggaman tangan milik Nana. Bahkan Ardi merasakan tangannya berair saking panasnya, Ardi mencoba menepis tangan Natasya tentu saja, namun perempuan itu menyambar tangannya seolah hidupnya bergantung dari tangan nya.

" Kenapa oppa nya diam saja nte suster? Apa dia pingsan? Apa koma? "
Suster itu menggigit bibir dalamnya menahan senyum, karna sungguh tidak sopan saat seorang perempuan menangis dia malah tersenyum, namun perut suster itu geli ingin tertawa terbahak - bahak, alhasil bibirnya terasa perih karna di gigit kuat.

" Nama kamu Natasya benar? " Nana mengangguk cepat, dia masih terisak- isak.

" Jadi saya boleh panggil kamu Natasya ya, pasien siapanya kamu kalau saya boleh tau? "

" Na~hiik namja chingu " Ardi tebak kening perawat itu tengah berlipat.

" Aah.. Namja chingu? Pacar?? Wah selera kamu boleh juga, pasti terakhir nonton goblin ya, jadinya suka ahjussi ahjussi tampan model pasien ini? " Nana matanya yang membengkak terbelalak, begitu juga dengan Ardi yang menahan nafasnya.

" Ne.. wah nte suster tau, kirain mau nanyain arti namja chingu ke Nana, iya oppa ini pacar Nana, tapi katanya dia ga mau, dia suka yang dewasa, Nana kan sedih nte.. " bibirnya maju beberapa senti.

Perawat itu tersenyum geli, kali ini tak menutupinya lagi.

" Jadi kenapa kamu malah berakhir membawa pasien ke rumah sakit? Bukankah dari pakaiannya dia seperti sedang bertugas Natasya? "

Nana mengangguk.

" Eum.. Tadi Nana ndak sengaja lewat di depan tempat oppa dinas, taunya demam, tubuhnya panas kayak teflon jadi Nana telpon rumah sakit untuk kirim ambulans, takut oppa kenapa - napa, Aigoo.. " tangan nya ingin meraih poni Ardi namun Nana urung. Sementara Ardi membathin dasar pembohong kecil.

Perawat itu melihat ke kedua mata perempuan bertubuh mungil itu, kepolosan namun keras kepala. Suster itu tersenyum kembali.

" Saya pikir pasien hanya butuh istirahat saja, kelelahan dan demam membuat tubuhnya lemah, namun dengan pemberian obat penurun panas dan istirahat mungkin demamnya bisa turun. Apa kita lanjutkan kerumah sakit? "

Nana mengangguk.

" Kerumah sakit saja nte.. Nana mau tau di cek semuanya, bisa jadi oppa selama ini mengindap penyakit serius, kangker misalnya, aah andwe andwe.. Oppa.. apa karna ini oppa nolak Nana? Karna umur oppa tidak akan lama lagi benar?? Hhik.. hhik.. " Kening Ardi berkerut. Drama macam apa lagi sekarang.

Miss Lepo & Mr.PoppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang