#21 - Everything's Alright

82 8 1
                                    

"
Aku ingin pulang, mengetuk pintu yang tepat, dan menemukanmu di balik sana.
Dan semoga jalan yang kutempuh saat ini, adalah jalan yang benar untuk pulang.
Tunggu, ya?
Tunggulah di balik pintu itu, aku akan pulang dan tinggal disana.
Di hatimu.

"
- Darrel -

♡♡♡

"Darrel..."

"Ya?"

"Are you okay?"

Darrel menghela nafas pendek, lalu tersenyum. "I'm fine."

"Seharusnya nggak perlu ke rumah, aku bakal bilang Bapak kalau..."

"Tea?"

"Ya?"

Darrel tersenyum getir. "Kamu inget nggak saat aku ninggalin kamu waktu itu? Aku udah bikin kamu nangis sendirian di kelas, dan dengan teganya aku ninggalin kamu... pulang." Ia susah payah menahan ludahnya.

"Sejak saat itu, aku berjanji sama diriku sendiri, kalau suatu hari nanti ada kesempatan buat menebus kesalahanku sore itu, aku mau memperbaikinya." Lanjutnya. Hatinya terkoyak, namun ia sadar ia telah mengatakan apa yang seharusnya Tea dengar.

"Aku udah maafin kamu, Rel. Kamu nggak perlu menebus apapun." Elak Tea.

"Tea, aku belum bisa bahagiain kamu lima tahun terakhir. Aku bahkan hanya bisa bikin kamu sedih dengan perpisahan kita," Darrel mencengkeram ponselnya kuat. "Kamu masih percaya kan sama aku?"

Hening sejenak, yang Darrel dengar dari seberang sana adalah isak kecil Tea yang samar.

"Ssssh... cup cup. Aku nggak lagi ada disana, jadi jangan nangis, ya." Darrel memindahkan ponselnya ke sisi kiri. "Bisa nggak nangisnya nunggu aku ada disana aja? Everything's alright, Tea. Trust me, okay?"

"Darrel..."

"Ya?"

"Kenapa sekarang aku jadi kangen sama kamu?" Isakan Tea sedikit berkurang dan berganti dengan nada merajuk.

Darrel terkekeh pelan. "Inget nggak? Dulu, sehari pun kamu nggak pernah nggak kangen sama aku. Inget waktu kamu ada diklat di luar kota? Kamu bahkan nangis di telepon hanya karena kangen aku dan tambah sedih pas denger suaraku yang lagi serak karena flu berat." Darrel tertawa mengenang masa-masa pacarannya dengan Tea dulu. "You're still my cutie Tea. There's nothing could change that. Mungkin ini juga alasanku nggak bisa berhenti mikirin kamu selama lima tahun terakhir."

"Oh, ya? Mikirin aku? Gombal!"

"Kok gombal, sih?"

"Iya, gombal! Nggak bisa berhenti mikirin tapi foto di Pictagram sama cewek-cewek."

"Oh, jadi kamu stalking aku, ya?"

"Ng-nggak, kok!"

Darrel tersenyum. "Iya juga nggak papa, kok."

"Hm. Darrel?"

"Ya?"

"Kenapa kamu nggak cari pacar lagi selama kuliah di Surabaya?"

"Well, hm... percaya nggak kalau aku nunggu kamu?" Tanya Darrel.

"Hah? Buat apa?"

"Waktu tahu kalau kamu sekolah kesehatan yang semua mahasiswanya cewek, bohong kalau aku nggak seneng," Darrel tersenyum. "Waktu itu aku sama sekali nggak khawatir apakah kamu punya cowok lagi, jadi aku pun melakukan hal yang sama. Aku pikir, nggak adil kalau di Surabaya aku punya cewek sedangkan kamu jomblo selama kuliah."

In 5 Minutes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang