#28 - Unexpected Presence

76 4 0
                                    

"Aku ingin egois, untuk mendapatkanmu lagi. Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, maka tidak boleh ada yang bisa memilikimu, Darrel."

- Kania -

♡♡♡

"Masih suka keinget mantan kamu?" tanya Kania dalam senyum ketika berjalan bersisian dengan Darrel.

Darrel tersenyum sambil menggeleng pelan. "Udah nggak begitu, sih. Lagipula kita nggak ada kontak lagi."

Kania mengangguk-angguk. "Dia cantik banget, ya? Sampai bisa bikin kamu nggak mau pacaran lagi?" Ada tawa yang dipaksa keluar dari bibir Kania, dan dibalas Darrel dengan senyuman kecil.

"Bukan gitu," Darrel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kenapa jadi bahas mantanku?"

Kania berhenti. Menatap Darrel lekat dalam senyuman. "Apa itu berarti kamu bisa lupa sama mantanmu ketika denganku?"

Darrel memandang Kania, dengan senyum yang sama. "Memangnya kenapa?"

Kania ingin mengatakan sesuatu, namun diurungkannya. Ia menggeleng sendiri sambil tertawa kecil. "Ngomong apa sih aku ini. Eh, ya, udah sampai rumah. Mau mampir dulu?"

Darrel menggeleng. "Udah malam. Temen-temen juga aku tinggal tadi di cafe. Salam aja buat Oom sama Tante, ya."

"Okay," Kania membuka gerbang. "Selamat malam, Darrel."

Darrel melambaikan tangannya pelan. "Selamat malam, Kania." Ia menatap Kania yang tersenyum sambil melambaikan tangan padanya. Hingga Kania menghilang di balik pintu, Darrel masih berdiri disana. Menunggu entah apa.

Memangnya, kamu mau menggantikan Tea di hatiku, Nya? tanya Darrel dalam hati. Ia tersenyum singkat, kemudian berbalik langkah dan meninggalkan rumah Kania dalam siulan kecil yang berulang-ulang.

Dari balik jendela kamar atas, Kania tersenyum memandang punggung Darrel yang mulai mengecil. "Kira-kira kamu peka nggak ya sama kode aku, Rel?"

♡♡♡

Kania menatap jalanan lewat kaca bus yang membawanya pergi. Sudah dua hari Darrel tidak membalas pesan HaiApp-nya. Pikiran Kania kacau, hari-harinya semakin rumit sejak ia tahu bahwa Darrel telah bertunangan. Dan ia semakin geram, ketika tahu bahwa tunangannya adalah Tea, mantan kekasih Darrel yang dulu sangat ingin Kania hilangkan dari hati lelaki itu.

Dulu, sebelum semuanya merubah Darrel dan Kania menjadi sepasang orang asing yang bahkan tidak pernah lagi bertatap muka.

Kania frustasi. Air matanya sudah meleleh di pipi. Dalam hati, ia membenarkan kata-kata Anggara. Kalau saja ia lebih sabar menunggu Darrel, sudah pasti Darrel jadi miliknya sampai saat ini. Kania menyesali keputusannya sendiri.

"Kemarin Mas Edri nembak aku, loh. Iya, ketua BEM FMIPA. Nggak nyangka, kan?" Kania bercerita dengan penuh semangat. Disesapnya green latte dari cangkir porselennya pelan-pelan, kemudian bercerita lagi, "Dan tahu nggak, dia ngasih aku ini!" Kania menampakkan cincin yang melingkar di jari manisnya. "Sweet banget, kan?"

Darrel memandang Kania dengan ekspresi yang tak terbaca sama sekali. Dalam pandangannya sekarang, melihat Kania sibuk mengagumi kecantikan cincin pemberian orang lain, membuatnya terasa sesak dan terluka.

"Kamu... pacaran sama Mas Edri?" tanya Darrel penasaran. Dia sudah merasa tak enak hati karena sejak tadi Kania lebih sibuk membahas dirinya dengan kakak kelas mereka yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa di fakultas mereka.

In 5 Minutes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang