Epilog

132 7 0
                                    

Mulmed: Hanin Dhiya - Perfect (Cover) ❤

♡♡♡

"Angkasa berangkat ya, Kak, Mas," Angkasa meraih tangan Tea dan menciumnya sekilas, pun hal yang sama dilakukan pada Darrel. "Bumil ini ikuuuut mulu. Kenapa sih ngintilin Mas Darrel terus?" Angkasa berdecak sebal sambil memelototi Kakak perempuan satu-satunya. Meskipun begitu, ia mendaratkan tiga ciuman singkat di kedua pipi dan dahi Tea.

"Bukannya ngintilin, orang tadi diajak sama Darrel kok," Tea tak kalah judes. Perempuan itu berjinjit dan mengacak-acak rambut Angkasa sambil tersenyum lebar. "Adek laki-laki aku udah mau kuliah. Udah gede ya ternyata, hihi. Kayaknya baru kemarin suka rebutan remote TV sama aku, sekarang udah bisa merantau." Celoteh Tea yang disertai decihan sebal dari Angkasa dan senyum kecil dari Darrel.

"Kaaak, aku bukan anak kecil lagi," Angkasa merapikan kembali rambut yang sudah dipolesnya dengan pomade. "Rusak kan nih, abis dipomadein." Sungutnya. Tea dan Darrel hanya tertawa.

"Kalau aku lahiran kamu harus pulang loh, Ka. Emangnya kamu nggak mau jengukin ponakan kamu?" Rajuk Tea sambil bergelayutan di lengan Angkasa. Angkasa terkekeh sambil mengusap-usap perut Kakaknya yang membuncit.

"Iya dong, pasti pulang. Ntar kabar-kabar aja, ya!" Angkasa menunduk dan mencium perut Tea. "Hey, Dek! Om-mu yang paling ganteng sedunia mau merantau ke Jogja dulu, ya. Kamu jangan nakal, nanti dimarahin terus sama mamamu yang cerewet ini." Angkasa tertawa sedangkan Tea memasang wajah paling bete.

"Hati-hati ya, Ka! Kabar-kabar kalau udah sampai Jogja." Kali ini Darrel menengahi setelah sebelumnya hanya menjadi penonton dari drama perpisahan Tea-Angkasa.

"Siap, Mas! Makasih ya udah dianterin." Balas Angkasa. Darrel mengudarakan jempolnya.

"Tuh, keretamu udah dateng!" Tea menegakkan kepalanya begitu terdengar pemberitahuan kedatangan kereta jurusan Jogjakarta lewat pengeras suara.

"Aku berangkat dulu, ya!" Angkasa mendaratkan dua ciuman lagi di kedua pipi Tea dan melambaikan tangan pada Darrel.

"Daaaah! Take care, Angkasa!" Seru Tea yang dibalas dengan ibu jari di udara oleh Angkasa. Tea meraih tangan Darrel dan mengamitnya. Perempuan itu tersenyum menatap adik lelakinya dari kejauhan yang kini sudah menaiki bordes gerbong kereta api yang baru datang. "Angkasa bakalan baik-baik aja kan, Yah?" Tanya Tea yang tak bisa menyembunyikan nada khawatirnya. Darrel menepuk-nepuk pundak istrinya sebagai jawaban.

"Dia udah gede ini, Bun. Pasti bisa jaga diri, kok." Ucapnya menghibur Tea. Tea mengangguk-angguk singkat, dan segera menoleh ke arah suaminya begitu kereta api sudah membawa Angkasa pergi.

"Yah, Dedeknya laper," rajuk Tea manja sambil mengelus-elus perut buncitnya yang dibalas Darrel dengan tawa dan cubitan kecil di pipi.

"Yang laper Bundanya apa Dedeknya?" Darrel terkekeh. "Ya udah, yuk! Ayah punya tempat rekomendasi buat bumil yang suka makan." Goda Darrel sambil menjawil dagu istrinya. Tea tersenyum senang sambil terus mengamit lengan suaminya.

"Nanti mampir beli es krim, ya?" Pinta Tea ketika mereka mulai berjalan bersisian meninggalkan stasiun.

"Loh, kemarin kan udah Ayah beliin dua box. Udah habis?"

"Habis," ujar Tea. "Dedek lagi pengen sundae coklat sama corn soup-nya KFC, Yah."

"Itu sih doyan, bukan ngidam," Darrel tertawa sambil mengusap-usap pucuk kepala istrinya. "Mau satu atau dua porsi? Atau sekalian satu restorannya aja dibeli?" Darrel tertawa sambil membelitkan tangannya di pinggang istrinya yang sibuk merajuk.

In 5 Minutes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang