prolog

24.7K 678 4
                                    

Gadis itu masih setia menatap layar ponselnya tanpa memperdulikan mamanya yang terus berdebat dengan tantenya.

"Seharusnya dari awal kamu bilang ke mbak dong San. Jadi semua nggak akan ribet seperti ini"

Susi menahan segala amarahnya yang sudah memuncak, karena kelakuan dari Santi adiknya.

"Maaf mbak, waktu itu aku panik harus menghubungi siapa. Yang aku ingat hanya aku harus cepat cepat membawa ibu ke rumah sakit. Dan saat itu aku tidak punya uang sepeser pun karena sudah aku gunakan untuk biaya daftar ulang keponakanmu. Saat aku menghubungi mas Samsul, dia belum bisa mengirim uang mbak."

Susi menghela nafas panjang. Kemudian menatap putrinya yang sedari tadi menatap ponsel. Sepertinya dia ingin meredamkan amarahnya kepada adiknya.

"Mbak tau San, tapi kita ini saudara dan ibumu itu juga ibuku jadi sudah sepatutnya kalau mbak juga ikut membantu biaya rumah sakit ibu. Dan kamu tidak perlu sampai menggadaikan rumah ini."

Susi memijit pelipis nya yang sedikit berdenyut.

"Nanti setelah masmu sudah datang dari bank, mbak akan langsung ke rumah pak Jamil untuk menebus surat surat rumah ini."

Santi hanya menundukkan kepalanya dalam, merutuki keegoisanya yang tidak mau menghubungi Susi.

"Azkia, kamu sudah bereskan semua barang kamu? Hari ini setelah dari rumah pak Jamil kita akan langsung pulang ke Surabaya"

Azkia yang sedari tadi tengah asik bermain ponsel langsung pergi ke kamarnya untuk membereskan barang barangnya.

Melihat kepergian anaknya yang buru buru Susi hanya menggelengkan kepalanya. Ia tau jika anaknya itu pasti belum siap siap.

°°°
Setelah membereskan semua barang nya gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya. Dia meraih figura yang membingkai keluarga besarnya.

"Kenapa nenek pergi secepat ini sih. Sekarang Kia sudah nggak punya nenek lagi."

Azkia memejamkan kembali matanya yang sudah mulai berkaca kaca karena mengingat neneknya yang meninggal tiga hari yang lalu.

Baru saja ia akan berpetualang ke dunia mimpi, tapi suara mamanya menginterupsi nya untuk segera turun ke bawah.

"Iya ma ada apa?"

"Mama sama papa mau ke rumah pak Jamil buat ngurusin masalah surat rumah ini, takutnya nanti kamu nyariin makanya mama panggil."

"Kia ikut ya ma, bosen di rumah terus. Alam juga lagi main sama Rendra. Nggak ada temen ngobrol"

Susi hanya tersenyum melihat anaknya yang bicara dengan mata yang merem melek.

"Udah kamu tidur sana, mata kamu itu udah ngajak tidur gitu"

Mendengar penuturan dari mamanya Azkia segera membuka matanya lebar lebar sambil berjalan keluar rumah menyusul papanya yang sudah menunggu di mobil.

Susi yang melihat kelakuan anaknya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

°°°
Sesampainya di rumah pak Jamil Azkia tidak mau ikut masuk ke dalam rumah dia memutuskan untuk menunggu mama dan papa nya di dalam mobil.

"Kamu yakin mau disini saja, nanti kamu bosen lo di mobil sendirian."

Joyo papa Azkia terus membujuk putrinya itu agar ikut dengan dia dan istrinya untuk masuk. Tetapi Azkia terus saja menggelengkan kepalanya, pertanda kalau dia tudak mau.

Joyo menghela nafasnya lelah, putrinya itu memang benar benar keras kepala.

"Yasudah, papa sama mama masuk dulu, nanti kalau ada apa apa kamu masuk saja."

Kia hanya mengganguki ucapan papanya sambil mengangkat kedua jempolnya.

Lama dia menunggu di dalam mobil, tetapi papa dan mamanya tidak kunjung keluar dari rumah pak Jamil.

Akhirnya dia turun dari mobil, dan berniat menyusul kedua orang tuanya. Tetapi niatnya ia urungkan ketika sebuah mobil sedan berhenti tepat di samping mobilnya.

Dua orang pria turun dari mobil itu, dan terus menatapnya yang sudah menunduk.

'bagaimana kalau mereka berdua perampok? Papa Kia takut. Hiks hiks' pikirnya dalam hati

"Kamu siapa? Sedang apa di depan rumah saya?"

Tanya lelaki paruh baya itu, yang ternyata adalah pak Jamil. Sedangkan lelaki satunya terus menatapnya kagum.

"Siapa dia pak, dia cantik sekali. Hei cantik namamu siapa??"

Azkia yang ditanya seperti itu, semakin menundukkan kepalanya.

"A aku,..."

TBC
Hai, aku bawa cerita baru nih, maaf ya kalau jelek soalnya masih belajar
Don't forget to vote&comment

Arazna

Arta & AzkiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang