5- Pertemuan

7.5K 437 2
                                    

Sepulang dari pabrik, Arta langsung mencari keberadaan ibunya. Heran, tidak biasanya ibunya akan menelepon dan memintanya untuk pulang cepat.
Arta langsung masuk ke dalam dapur ketika mencium harum kue. Kedua kalinya dia di buat heran, kenapa ibunya membuat banyak kue hari ini.

"Assalamualaikum bu, kok tumben nyuruh Arta pulang cepet? Terus ini kenapa banyak banget kuenya. Ibu mau jualan?" Tanya Arta setelah mencium tangan ibunya.

"Wa'alaikumsalam anak ibu yang paling ganteng. Ibu nggak mau jualan kok nak"

Arta semakin bingung dengan ucapan ibunya.

"Lalu untuk apa ibu membuat banyak kue, dan menyuruh Arta untuk pulang cepat. Padahal baru jam 2 siang" dia melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya.

"Lho, kamu itu gimana sih nak. Hari ini kan sabtu. Kamu lupa kalau kita ada makan malam bersama keluarga pak Joyo untuk membahas pernikahan kamu sama Azkia anaknya" terang Winda ibunya.

"Kok ibu nggak bilang sih bu kalo mau ada pertemuan. Lagian kenapa pihak wanita yang malah kemari. Bukanya seharusnya pihak laki laki yang harus kerumah pihak wanita?"

Winda terkekeh mendengar penuturan dari putranya.

"Pertemuanya diadain disini soalnya nanti akad nikah akan diadakan di rumah Azkia "

"Yasudah, Arta ke kamar dulu bu"

°°°
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 tetapi Azkia masih betah memejamkan matanya. Tadi sehabis sholat ashar dia memutuskan untuk kembali tidur supaya tidak jadi pergi ke rumah Arta.

Ceklek. Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang sudah membesarkanya dari kecil dengan penuh kasih sayang.

"Azkia bangun sayang. Ini sudah sore, nanti kita telat kerumahnya om Surya" dengan sabar Susi membangunkan putrinya

"Azkia nggak mau ma, mama papa berangkat sendiri saja" ucapnya dengan mata yang masih terpejam.

Susi yang melihat kelakuan anaknya langsung menarik tangan Azkia agar bangun dari tidurnya.

"Ayo cepat bangun sayang. Pake baju yang mama belikan kemarin."

Azkia menguap panjang dan langsung bangun dari kasur empuknya meninggalkan mamanya yang terus saja meminta ini dan itu.

Setelah rapi dengan gamis hijau toscanya. Azkia turun menemui mama papa juga Alam yang sudah menunggunya.

"Wah, putri mama cantik sekali"
Puji mamanya.

"Apaan kaya gitu dibilang cantik. Terus yang jelek kayak gimana?" Sahut Alam dengan nada mengejek.

"Alam" tegur papanya dengan tatapan tajam. Sedangkan Alam hanya memandang kakaknya yang tengah mengejek balik dirinya dengan tatapan sebal.

"Sudah sudah ayo berangkat keburu maghrib" potong mama Susi menengahi pertengkaran putra dan putrinya.

"Kenapa harus sebelum maghrib sih mah. Kan habis maghrib bisa" protes Azkia kepada mamanya.

"Nanti kita sholat maghrib berjamaah disana. Sudah ayo jangan banyak tanya"

"Terlalu ribet" dumel Azkia.

°°°
"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, eh jeng Susi sudah datang. Mari masuuk. Waah, Azkia kamu makin cantik aja nak. Ayo masuk" Winda mempersilahkan Azkia dan keluarganya untuk masuk ke rumahnya.

Azkia yang dipuji seperti itu, hanya tersenyum malu.

"Makasih tante" ujarnya dengan menunduk karena malu.

Azkia memasuki area musholla dengan kepalanya yang masih menunduk.

Sedangkan Arta yang melihat kedatangan Azkia dan keluarganya sempat tertegun melihat wajah alami Azkia tanpa make up sedikitpun. Karena memang Azkia tidak pandai dalam berdandan.

"Subhanallah, diakah yang akan menjadi istriku nanti. Dia begitu sederhana. Wanita yang menundukkan pandangan dari pria yang bukan mahramnya. Wajahnya yang cerah dan,, bibirnya yang..."

Lama Arta memandang Azkia sampai ayahnya menepuk bahunya.

"Astagfirullah hal adzim"

"Kamu ya, dia belum halal untuk kamu lihat. Jadi jangan terlalu lama lihatnya dan jangan ngebayangin yang aneh aneh. Haram hukumnya" goda ayahnya.

"Astagfirullah, yah nggak mungkin Arta ngebayangin hal yang aneh" belanya dengan salah tingkah.

Surya yang melihat putranya yang salah tingkah seperti itu hanya terkekeh.

"Kamu wudhu sana habis ini kita sholat maghrib jamaah"

°°°
Setelah melaksanakan sholat maghrib berjamaah, kini keluarga Surya dan Joyo telah duduk di ruang makan untuk menikmati makan malam bersama dan kemudian membahas mengenai pernikahan Arta dan Azkia.

Setelah menyelesaikan makan malam kini semua orang sudah berkumpul bersama di ruang tamu.

"Alhamdulillah, jadi gimana Yo. Kapan kita akan menikahkan putra putri kita?" Tanya Surya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Lebih cepat lebih baik" jawab pak Joyo tegas yang membuat Azkia langsung mendongak menatap papanya dan ingin protes. Tetapi ia kembali menunduk ketika melihat mamanya yang menggelengkan kepala.

"Bagaimana kalau 2 minggu kedepan?" Tanya Surya

Joyo tampak berfikir kemudian mengangguk menyetujui.

"Bagaimana Arta Azkia apa kalian setuju?"

Diam. Semua yang ada disana hanya diam menunggu persetujuan dari Arta dan Azkia.

"Arta setuju" jawab Arta dengan tegas. Kemudian Arta melihat Azkia yang masih saja menunduk.

Dia memberikan diri untuk bertanya kepada Azkia.
"Apa kamu setuju Azkia?? Kalau memang tidak kita undur saja pernikahan ini"

Azkia tetap diam dan menunduk

"Azkia kalau kamu tetap diam, papa anggap kamu setuju dengan pernikahan ini"

Azkia mengangkat sedikit kepalanya dan mendapati semua mata memandangnya, dan mengharapkan jawaban iya dari bibirnya.

Azkia sedikit menarik nafasnya kemudian meganggukan kepalanya pelan. Saat itu juga ucapan syukur keluar dari mulut orang tuanya dan orang tua Arta.
Sedangkan Arta, entah kenapa dia juga mengucap syukur di dalam hatinya dan tersenyum tipis.

TBC

Wah kira-kira gimana ya baru ketemu terus dua minggu kedepan langsung nikah?? Dag dig dug
Thanks for reading, vote, and comment :)

30-12-2017
Arazna

Arta & AzkiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang