2- permintaan yangti

8.9K 466 6
                                        

Arta, pria berusia 22 tahun itu memasuki rumahnya. Dia tidak menemukan siapapun di dalam rumahnya. Pantas saja sedari tadi dia mengucapkan salam, tetapi tidak mendapatkan jawaban.

"Semua orang kemana ya, rumah dibiarin kosong"

Arta memasuki kamarnya dan berniat untuk mandi. Karena badannya sudah lengket. Tetapi dia harus mengurungkan niatnya karena handphone nya berbunyi.

"Halo, assalamualaikum yah"

" , "

"Astagfirullah, yangti masuk rumah sakit?"

" , "

"Iya yah, Arta kesana. Setengah jam lagi mungkin sampai"

" , "

"Iya yah, Wa'alaikumsalam"

Setelah mematikan sambungan telepon Arta bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Mandinya pun tak tenang karena eyang putriuti satu satunya sedang di rumah sakit.

Setelah selesai mandi dan sudah rapi dengan baju kokonya, Arta segera menunaikan sholat dhuhur dengan khusyu.

"Ya Allah, lindungi nenek hamba. Angkatlah penyakitnya. Berikanlah kesehatan untuk nenek hamba ya Allah. Amin"

Setelah melaksanakan sholat dhuhur, Arta segera menyusul kerumah sakit tempat dimana yangtinya dirawat.

Setelah sampai Arta segera masuk ke ruangan yangtinya di rawat dan menemukan ayah, ibu, kakaknya, dan juga saudara yang lain.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Jawab semua orang di dalam tak terkecuali yangti nya.

"Yangti kenapa?" Tanyanya lembut dengan nada khawatir. Sedangkan yangtinya hanya tersenyum menanggapi cucu laki lakinya.

"Yangti nggak papa kok cong, kamu sudah makan atau belom?"

"Sudah yangti tadi di rumah sebelum kesini. Yangti cepet sembuh ya, jangan sakit sakit terus."

Yangti tersenyum sambil menggenggam tangan cucunya.

"Kamu sudah besar ya. Padahal kemaren masih kecil. Masih manja nggak mau makan kalau nggak disuapin."

Semua yang ada di dalam tertawa mendengar penuturan yangti. Sedangkan Arta hanya tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yangti jangan bongkar aib Arta dong. Disini kan banyak orang. Malu"

"Kamu sudah besar. Sudah dewasa. Kapan kamu bawa calon istri kamu. Yangti, pengen lihat cucu laki laki yangti satu satunya menikah"

Yangti menghela nafas pelan, beliau tersenyum lembut kepada Arta.

"Yangti sudah tua cong, yangti pengen lihat semua cucu cucu yangti menikah, dan hidup bahagia dengan pasangannya masing masing"

Arta yang mendengarkan ucapan yangtinya, tau kemana arah perbincangan itu.

"Iya yangti, yang penting sekarang yangti sehat dulu. Jangan mikirin yang aneh aneh. Nanti kalau sudah ada calonya Arta bakalan nikah kok. Kalau sekarang, kan belum ada"

Arta bingung sendiri mau menjawab pertanyaan yangtinya. Pasalnya selama ini dia tidak pernah memiliki kekasih.

Bukan karena tidak ada yang mau dengannya. Hanya saja dia memiliki prinsip kalo dia tidak akan pernah pacaran. Kasihan istrinya nanti kalau kalau lagi jalan berdua, dan bertemu dengan teman lama 'eh itu kan si Arta mantanya si......' atau yang lebih parah istrinya dibandingin dengan mantanya 'eh itu istrinya si Arta jelek ya, nggak cantik kaya mantanya dulu' itu akan sangat mengganggu.

"Kalau kamu mau yangti bisa carikan kamu calon istri"

Arta yang ditanya seperti itu langsung gugup dan bingung.

"E eh engga usah yangti. Berasa nggak laku Arta kalo di tawar tawarin. Nanti kalau udah di temuin jodohnya juga Arta nikah kok"

Dia semakin tidak nyaman dengan obrolan kali ini yang membahas mengenai jodoh dan pernikahan. Dia bahkan tidak pernah memikirkan akan menikah dalam waktu dekat ini. Targetnya dia ingin menikah di usia 25 tahun. Santai saja katanya.

°°°
Malam ini Arta sedang duduk di teras rumah bersama dengan ayahnya. Dia menunggu apa yang ingin di bicarakan oleh ayahnya, sepertinya menyangkut hal yang serius. Surya ayah Arta berdehem pelan sebelum memulai bicara.

"Ayah mau menyampaikan sesuatu sama kamu mengenai,"

Surya berhenti bicara dan menatap putranya. Sedangkan Arta semakin penasaran dengan ucapan ayahnya.

"Jadi begini Arta, ayah berniat untuk menjodohkan kamu dengan putri om Joyo teman ayah"

Arta sangat kaget mendengar penuturan ayahnya.

"Dijodohkan? Tapi yah, jujur saja Arta belum siap untuk membina rumah tangga"

"Apa yang kamu ragukan? Menurut ayah kamu sudah pantas untuk menikah. Tapi ayah nggak akan maksa kamu, ayah serahkan semua keputusan ini sama kamu. Kamu pikirin dulu"

Ibu Arta datang menghampiri suami dan anaknya dengan dua cangkir teh panas di tangannya.

"Iya, Arta. Kamu pikirin ini baik baik ya. Kamu pertimbangkan terlebih dahulu. Nanti ibu kasih kamu fotonya"

Perbincangan pun berlanjut hingga ayah dan ibu Arta masuk ke dalam. Setelah kedua orang tuanya masuk. Arta menghela napas panjang sambil memijit pelipisnya.

"Astagfirullah, ya Allah apa lagi ini. Yangti dirumah sakit dan sekarang ayah berniat menjodohkanku."

Arta mengusap wajahnya kasar. Ucapan yangti dan ayahnya terus terngiang di telinganya.

Setelah mendapat penjelasan mengenai kenapa gadis itu dijodohkan dengannya. Arta memikirkan kembali keputusan awalnya yang sebenarnya ingin menolak untuk dijodohkan.

"Ya Allah semoga keputusanku ini benar"

TBC

Huhuhu. Makasih ya buat yang sudah mau baca+vote+comment. Kalian penyemangatku.

9-12-2017
Arazna

Arta & AzkiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang