Setelah makan malam bersama dengan keluarganya, Azkia langsung masuk ke kamar adiknya untuk belajar bersama.
"Masa gini aja nggak bisa sih lo. Dasar bodo" ejek Azkia kepada adiknya yang meminta untuk di ajari mengerjakan pr matematika.
"Ya kalo gue bisa, dari tadi udah gue kerjain kak. Makanya gue minta bantuin lo. Cepet gimana nih caranya" tanya adiknya dengan tidak sabaran. Pasalnya sedari tadi kakaknya itu hanya membolak balikan bukunya.
"Sebenarnya lo bisa nggak sih kak. Bisa bisa buku gue lecek. Dari tadi lo bolak balik mulu" Alam merebut bukunya dari tangan Azkia.
"Dulu sih bisa waktu masih SMP, lah kan sekarang gue udah SMA jadi ya udah lupa semua" jawab Azkia polos yang ditanggapi dengan tatapan tajam dari adiknya.
"Pergi lo sono. Percuma manggil lo. Nggak bisa di harepin. Katanya jago matematika. Soal anak SMP aja nggak bisa." Alam terus menggerutu tidak jelas karena Azkia yang tidak bisa membantu mengerjakan pr nya.
"Santai kali. Awas lo, besok besok nggak mau gue bantuin lo lagi. Lagian tuh soalnya yang salah" ucap Azkia meninggalkan adiknya yang sudah serius mengerjakan prnya.
"Dasar adik durhaka. Iihh ngeselin. Awas lo kalo bener soalnya yang salah. Nggak mau gue mbantuin lo lagi" Azkia terus saja mengoceh tidak jelas tentang adiknya. Sampai dia mendengar mama dan papanya bicara mengenai jodoh.
Azkia yang penasaran dengan perbincangan kedua orang tuanya, segera menghampiri mama papanya yang sedang menonton televisi.
"Ngomongin apa sih, seru amat" tanya Azkia yang sudah ikut duduk di karpet bulu bergambar doraemon.
"Eh sayang kebetulan kamu kesini. Udah selesai belajarnya? Kok adik kamu nggak ikut kemari?" Tanya mamanya.
"Iya Kia udah selesai kok ma. Kalo Alam sih lagi ribet sendiri sama prnya. Kayaknya soalnya sih salah jadi nggak bisa dikerjain. Eh dianya malah bilang kalo Kia emang nggak bisa. Jadinya ya Kia tinggal"
mama Susi tersenyum mendengar perkataan putrinya.
"Kia ada yang papa mau bicarakan sama kamu."
Azkia mengerutkan keningnya, tidak biasanya papanya seserius ini kalo bicara padanya kecuali saat mengajari Kia dan Alam belajar.
"Mau ngomong apa pa. Kok kaya serius gitu"
"Kamu masih ingat om Surya? Yang waktu itu pernah main kesini sama istrinya?"
Azkia nampak mengingat ingat orang yang disebutkan papanya.
"Emm, yang suaminya tante Winda itu ya pa. Yang waktu itu bawain martabak?" Kata Kia, semangat ketika mengingat tante Winda, yang sangat baik telah membawakan martabak untuknya keluarganya.
"Nah iya, kamu inget aja kalo masalah makanan" ujar papanya sedikit terkekeh.
"Hehehe, papa bisa aja. Emang kenapa pa sama mereka?" Tanyanya kepada papanya karena sedari tadi papanya tak juga menyampaikan maksudnya.
"Jadi begini, mama sama papa berencana untuk menjodohkan kamu dengan putra om Surya"
Deg. Saat itu juga, jantung Azkia serasa berhenti berdetak. Bagaimana mungkin papanya akan menjodohkanya di umur 17 tahun? Ini sangat mustahil.
"Hahaha, papa jangan bercanda deh. Kia itu baru kelas 12 pa, KTP aja baru jadi 4 bulan lalu. Perjalanan Kia masih panjang papa. Jangan bercanda deh"
Ucap Kia sambil memeluk lengan mamanya. Dia sudah hampir menangis mendengar penuturan papanya.
"Mama, Kia nggak mau nikah muda ma, papa becanda kan ma?" Ucap Kia, meyakinkan dirinya sendiri.
"Sayang, kamu dengerin mama dulu ya. Yang di bilang papa kamu itu benar. Kamu mau ya menikah dengan putra tante Winda. Anaknya baik kok" kata mamanya sambil mengelus rambut putrinya yang tertutup jilbab.
Mendengar penuturan dari mamanya, tangis Azkia pecah. Dia tidak menyangka kalau akan dijodohkan seperti ini.
"Tapi Kia belom siap buat nikah ma. Kia belom lulus sekolah. Belom juga kuliah, Kia nggak mau mah" Azkia menangis di pelukan mamanya.
Alam yang mendengar suara tangisan pun menghampiri keluarganya. Dia mengernyit bingung melihat kakaknya menangis.
"Kakak kenapa ma, kok nangis gitu. Masa cuma nggak bisa ngerjain pr Alam aja sampe nangis" kata Alam dengan senyum yang di tahan. Alasanya adalah benar yang di ucapkan kakaknya, bahwa soal yang di catat olehnya memang salah.
"Sudah kamu lanjutin belajar aja. Kakak kamu nggak papa kok" Alam hanya mengangguk dan berjalan ke arah kamarnya kembali.
"Dek, hiks bantuin ka... kakak" ujar Azkia dengan sesenggukan.
"Bilang sama mama papa. Kakak nggak mau di jodohin. Hiks hiks"
"Hah kakak mau dijohin. Hahaha ya nggak mungkin lah kak. Lulus aja belom" kata Alam sambil tertawa dan terus berjalan tak peduli dengan kakaknya yang masih menangis.
Menurutnya sangat mustahil kalau kakaknya dijodohkan. Pasti kakaknya itu mengada ngada."Kamu ingat kan, waktu kita ke rumah pak Jamil? Sampai sekarang pak Jamil tidak mau memberikan surat surat rumah nenek kamu. Dia masih keukeuh untuk menikahkan anaknya sama kamu. Dan cara satu satunya kamu harus segera menikah. Agar pak Jamil dan anaknya mau menyerahkan surat surat rumah nenek"
Azkia diam sejenak. Memikirkan ucapan papanya yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Tapi pa, apa dengan Azkia menikah dia akan memberikan surat surat rumah nenek? Enggak kan?" Katanya frustasi.
"Memang tidak. Tapi setidaknya mereka tidak punya alasan untuk menukar surat surat itu dengan kamu. Nanti kalau mereka sudah tau kamu sudah menikah, apalagi yang akan dijadikan senjata mereka? Tidak ada sayang" kali ini mamanya yang menjawab.
"Tapi bagaimana kalau mereka tetap tidak mau menyerahkan surat surat itu?" Tanya Azkia
"Kalau mereka tidak mau, terpaksa papa akan mengambil surat surat itu melalui jalur hukum" kata papanya seperti menerawang ke masa depan.
"Jadi, bagaimana kamu mau kan? Pilihannya hanya dua. kamu mau papa jodohkan atau kamu mau menerima tawaran pak Jamil untuk menikah dengan anaknya"
Papa Kia menatap putrinya dengan tatapan lembut."Mama Kia gak mau milih dua duanya ma" Azkia kembali menangis dan memeluk mamanya.
"Tapi ini yang terbaik sayang. Kamu pikirin dulu yaa"
Mendengar perkataan mamanya Azkia langsung berlari menuju kamar.
"Hiks hiks... kenapa harus aku sih. Ya Allah jika ini jalan terbaik untuk hamba. Hamba akan terima semua ini" Azkia menangis hingga alam mimpi menyapanya
TBC
Gimana nih menurut kalian. Ceritanya gaje banget ya. Kalau ada typo tolong kasih tau ya. Aku bakal perbaiki.
Thanks for reading, vote, and comment16-12-2017
Arazna
KAMU SEDANG MEMBACA
Arta & Azkia
Acak(DITERBITKAN) Takdir cinta dari Allah itu indah. Dan lebih indah lagi karena kamu yang ditakdirkan untukku - Azkia Zahrotussyifa Bertemu denganmu adalah sebuah anugerah dari Allah. Semoga kamu tetap menjadi bidadari dunia akhiratku - Arta Nur Rasyid