WEIS 9

1.7K 145 8
                                    

Pertandingan telah selesai, semua penonton pulang kerumahnya masing-masing.

"Calista," panggil seseorang yang membuat Calista menoleh.

"Lo nggak ada niat buat minta foto sama gue?"

Calista mengernyit, buat apa minta foto sama Iqbal. Daripada sama Iqbal mending sama Egy, "enggak, buat apa minta foto sama lo?"

"Buat kenangan kita berdua."

"Kenangan buruk?"

Iqbal menghela napas, "gue minta nomor lo."

"Gue nggak mau," Calista bersendekap dada.

"Gue maksa."

"Dan gue nggak mau dipaksa."

"Tapi sayangnya gue udah punya nomor lo."

Calista terkejut, Iqbal dapat nomornya dari siapa. Apa mungkin dari Sagara? Tapi sepertinya tidak.

"Dapat darimana?"

"Nggak penting gue dapet darimana, yang penting sekarang lo save nomor gue," Iqbal mengeluarkan ponselnya dan memghubungi Calista.

Ponsel Calista bergetar, dan dapat dipastikan itu nomor dari Iqbal, "penting ya gue harus save nomor lo?"

"Pentinglah gue kan calon imam lo."

"Lo sehat kan?"

"Sehat kok."

Calista mengabaikan Iqbal dia kembali melangkah menuju kelasnya. Dia sangat malas bila harus berhadapan dengan Iqbal. Dia harus pergi secepatnya agar Sagara tidak menemuinya.

Ponsel Calista kembali bergetar.

Unknown : Thanks lo udah dateng buat nonton gue.

Calista : Lo siapa sih?

Dan tak ada jawaban, Calista sangat penasaran dengan orang itu. Siapa sebenarnya dia?

Dierna : Calista gue sama Emira dan Ranti pulang duluan,lo ditungguin lama. Sampai jumpa besok.

Calista menghela napas, ini semua gara-gara Iqbal kalau saja dia tidak bertemu dengan cowok itu pasti dia tidak akan ditinggal oleh teman-temannya.

Setelah mengambil tasnya yang ketinggalan di kelas Calista segera menuju tempat parkir dan segera pulang.

Setelah sampai di depan rumahnya dia mengernyitkan dahinya. Sejak kapan orang tuanya memiliki motor ninja. Dan dia kembali dikejutkan dengan kehadiran Sagara dirumahnya, dia sudah duduk manis bersama Mamanya. Jadi pemilik motor itu adalah Sagara.

"Lo ngapain ada dirumah gue?!" Calista sangat tidak suka dengan kehadiran Sagara.

"Sayang, nggak baik bicara seperti itu sama tamu," tegur Mama Calista.

Sagara tersenyum menang, karena ibu Calista lebih membelanya. Sedangkan Calista menatapnya tajam.

"Sekarang kamu ganti baju sana."

Calista berjalan menuju kamarnya dengan rasa kesal, bisa-bisanya ibunya membela Sagara daripada dirinya.

"Calista kamu ganti baju apa tidur, lama sekali!"

"Iya Ma, ini Calista mau keluar."

Calista keluar dari kamarnya dengan rasa begitu malas. Malas bertemu Sagara.

"Mama tinggal dulu ya," Ibu Calista pergi ke dapur, tadi dia sempat membantu memasak pembantunya.

"Lo ngapain ada dirumah gue, sok baik lagi sama Mama gue," Calista manatap sinis Sagara.

"Salah ya kalau gue mau berbuat baik sama calon mertua."

"Calon mertua? Gue aja nggak mau sama lo, apalagi Mama gue."

Sagara tersenyum, "kata siapa nyokap lo nggak mau, bahkan dia sudah setuju kalau gue sama lo."

"Jangan pernah bikin omongan yang nggak ada gunanya."

Sagara menghela napas, sepertinya Calista memang sangat membencinya, "gue masih suka sama lo."

"Kalau lo masih suka sama gue, kenapa lo ninggalin gue gitu aja? Gue udah muak sama lo."

"Gue ingin memperbaiki semua."

"Sayangnya lo udah telat, gue nggak bisa maafin lo. Gue juga nggak ada rasa sama lo, jadi tolong jangan ganggu gue."

"Gue akan perjuangin lo lagi, Calista."

------------

Jangan lupa voment

 Be WEIS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang