Kampus masih lengang. Parkiran, taman, bahkan gedung kampus hanya ada beberapa orang saja. Jam tangan Rizal masih menunjukkan pukul 6.
Pantas saja, batinnya.
Rizal duduk di salah satu sudut taman fakultas. Ia merenungi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia yang biasa disiplin dan tak menyia-nyiakan waktu, tapi sekarang ia sudah di kampus saat orang-orang masih bersiap. Dan yang paling aneh, ia tidak tahu apa tujuannya ke kampus. Hari ini dosen pembimbingnya tidak bisa ditemui dan ia sudah tau itu.
Rizal menggeleng pelan. Sepertinya Ayu masih berperan besar terhadap otaknya. Mengacaukan suasana hatinya dan berimbas pada apa yang dilakukannya.
"Rizal..."
Rizal masih asyik dengan bahan renungannya.
"Halooo Rizal"
"Eh..iya?"
Tisa.
"Kamu ngapain pagi-pagi udah ngampus?"
Rizal tersenyum miring. "Lagi pengen ngampus aja sih. Lo ngapain?"
"Harus pagi-pagi gini nglamun? Di kampus lagi.." Tisa duduk di bangku samping Rizal.
Rizal merengut kesal. Ia merasa terganggu. Ia saja tidak tahu apa yang terjadi dengannya kenapa perempuan ini datang dan menanyakan bahwa apa yang dilakukannya sebuah kesalahan?
"Gue lagi banyak pikiran. Mending lo urus urusan lo aja. Biar lo nggak sia-sia pagi-pagi ke kampus." Rizal mengatakannya tanpa melihat Tisa.
Tisa bangkit dari duduknya. Ia beristighfar. Tidak seharusnya ia duduk berduaan dengan lelaki bukan mahromnya. Ia meninggalkan taman tanpa mengucapkan apapun pada Rizal.
Yang ia tahu, ada sebagian dari dirinya yang telah diambil Rizal.
--- ---
Ayu
Langkah Ayu tampak lelah. Pandangannya terkadang kosong. Sampai beberapa anak perempuan menarik-narik tangan Ayu dan mengalihkan lamunannya.
"Ustazah, aku udah hafal Al Balad. Aku mau setor hari ini," kata seorang anak perempuan yang paling kecil diantara teman-temannya.
Ayu tersenyum dan mengiyakan permintaan anak didiknya itu. Saat melihat mereka bersemangat, suara hati Ayu mengatakan bahwa ia harus membawa manfaat untuk anak-anak didiknya ini tak peduli seberapa kacaunya pikiran dan kehidupan pribadinya.
"Nina mau hafalan sekarang?"
Anak perempuan bernama Nina itu menggangguk antusias. Teman-teman Nina meledek anggukan Nina yang terlalu antusias.
"Tapi kan sekarang udah jam pulang, Sayang. Besok aja ya?" Ayu membujuk Nina dengan mengelus kepalanya, lembut.
Nina cemberut.
"Hei, anak sholihah. Mau kue cokelat?" sebuah suara lelaki mengejutkan mereka.
Anak-anak yang mengerubungi Ayu tampak senang. Berbeda dengan Ayu yang kaget luar biasa melihat kedatangan lelaki itu.
Lelaki yang seminggu lalu mendatangi rumahnya. Lelaki yang selalu sibuk dengan smartphone nya bahkan saat pertemuan keluarga. Lelaki yang sedang berta'aruf dengannya.
Keenan.
Ayu mengajak Keenan menjauh dari anak-anak didiknya. Ia yang masih terkejut mencoba mengatur suasana hatinya yang tiba-tiba berubah seperti ini.
Mereka berhenti tak jauh dari mobil Keenan yang terparkir didepan sekolah.
"Mau apa kesini, Mas?" Ayu mencoba mengatur suaranya agar terdengar normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S NOT ALWAYS ABOUT YOU
SpiritualTerinspirasi dari Kisah Nyata "Dia yang istimewa akan dikalahkan oleh dia yang selalu ada" -Ayu "Dia akan kuperjuangkan meskipun dia tidak tahu aku sedang berjuang" -Annonymous Sedekah vote or comment ya, gaiis 😅