PART VI

1.8K 265 11
                                    

❇ CRAZIER ❇


Sekali..

Dua kali..

Untuk ketiga kalinya netra pria bermarga Kim itu melirik pria bermarga Kim namun lebih muda dibandingkan dengannya untuk ketiga kalinya. Entah mengapa semua ini berasa sangat tidak nyaman dan entah mengapa disini ialah yang harus memberikan sebuah penjelasan atas apa yang terjadi di department store tadi..

Namun, jika dipikir-pikir. Siapa dia? Siapa dirinya untuk pria genius Kim ini? Mereka hanya beberapa kali menghabiskan waktu—well, tidak juga menghabiskan waktu. Hanya saja pria genius ini selalu memiliki cara untuk mengajaknya pergi entah itu kemanapun.

"Namjoon-ah.." panggilnya, akhirnya setelah memainkan jari-jarinya dengan ujung bajunya. Ia sungguh terlihat seperti seorang anak gadis sekolah menengah atas yang sedang meminta maaf kepada kekasihnya.

"Ya, hyung?" respon pria genius yang sedang mengendarakan mobilnya itu dengan netra yang setia menatap jalan raya yang mereka lalui

"Ken itu teman sekolahku saat kami berada di Australia. Dia juga merupakan siswa pertukaran pelajar sama sepertiku.. dank arena hanya terdapat dua orang dari Korea, yaitu aku dan Ken. Maka dari itu aku dan dia masih dekat sampai sekarang... dan juga, ia sudah memiliki istri dan seorang anak perempuan yang sungguh menggemaskan." Jelasnya panjang lebar dengan merunduk menatap jari-jarinya yang masih bermain dengan ujung bajunya.

Sedetik...

Dua detik...

Tiga detik...

Empat detik...

li—

"Iya hyung, aku percaya kepadamu dan maafkan tadi aku tiba-tiba saja mengajakmu pulang." Ucap Namjoon tanpa menatap pria disampingnya yang kelewat gugup.

"Y-Ya.. tidak apa-apa—maksudku tidak masalah lagian juga disana makanannya tidak mengenyangkan dan aku lebih suka burger yang biasa dipesan oleh Taehyung dan Jungkook jika mereka membutuhkan asupan carbo dan lagipula—"

Sebuah gelak tawa terdengar pelan yang sukses membuat Seokjin menatap Namjoon yang kini menunjukan kedua lesung pipinya seolah meminta diperhatikan.

"Hyung kau sungguh menggemaskan. Seolah-olah kau takut aku berprasangka buruk kepadamu dan temanmu itu.. dan lagipula—" Namjoon menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas baru saja berubah menjadi merah, Namjoon menatap Seokjin lekat dan kembali tersenyum yang membuat wajahnya sungguh sangat-sangat tampan dimata Seokjin. "Aku percaya dengan apapun yang kau katakana kepadaku, Jin-ah."

Blush.

Rona wajah Seokjin berubah menjadi merah padam seperti kepiting yang barusaja selesai direbus. Ia dengan sigap membuang wajahnya memutuskan kontak mata dengan pria muda itu. Sial sekali, hatinya tidak dapat dikontrol.

"A-aku hanya tidak ingin kau mengada-ngada tentang hubunganku dengan Ken! I-itu saja! Sumpah!" ucapnya menaikan intonasi dengan wajah yang masih merona tersebut yang hanya disambut kembali dengan gelak tawa dari pria yang lebih muda

"Tentu saja, hyung. Dan seperti yang aku bilang, aku tetap mempercayaimu. Apapun itu." Ucapnya kembali tegas, "Bahkan jika kau dan aku dalam sebuah hubungan aku akan tetap bertanya kepadamu terlebih dahulu." Ucapnya pelan diantara nafasnya

"Huh? Kenapa?" Seokjin menatap Namjoon bingung ia tidak dapat mendengar kata-kata terakhir yang diucapkan oleh pria itu, "Kau berkata sesuatu?"

"Ya, aku akan mengantarmu pulang. Lagipula kita sudah menemukan hadiah yang cocok buat Ibu."

"Apa kau yakin itu saja cukup? Maksudku ini adalah seorang Ibu yang kita bicarakan."

Namjoon menggedik tidak percaya, biasanya Seokjin akan mengiyakan dan ingin segera mungkin pergi dari pandangannya. Namjoon melirik Seokjin yang sedang menatapnya dengan tatapan—seolah-olah bahwa mereka sedang membelikan hadiah untuk ibunya bukan ibu Kim Namjoon.

"Aku rasa itu cukup.. kenapa? Kau ingin menghabiskan waktu lebih banyak denganku? Maksudku aku sungguh tidak keberatan dan besok juga kau liburkan."

"H-HUH?! A-APA YANG KAU BICARAKAN—M-MAKSUDKU—"

Gelak tawa kembali terdengar dari mulut Namjoon. Jujur, Seokjin ingin sekali menjambak pria muda disampingnya itu sudah beberapa kali dalam malam ini wajahnya dibuat merah merona olehnya, oleh pria muda itu.

"Ah sudahlah! Jika sudah sampai bangunkan aku! Aku ingin tidur." Ketusnya dan mengenyampingkan tubuhnya kearah pintu dengan punggungnya menatap Namjoon dan mata yang terpejam mencoba mengabaikan gelak tawa yang masih terdengar ditelinganya.

"Aku akan membangunkanmu begitu kita sampai, sayang."

.

.

.

"Jiminie-hyungie~"

"Kenapa kook?"

"Apa kau tahu dimana Jin-hyung menyimpan celana training hitamku? Aku mencoba untuk mencarinya tetapi tetap saja tidak ketemu." Ucapnya manja dengan bibir manyun ala-ala anak kecil yang tidak bisa menemukan mainan favorite-nya.

"Training hitam?" tanya Jimin dan Jungkook mengangguk, "Bukannya tadi Taehyung baru saja memakai training hitam?"

Hanya perlu dua detik hingga sebuah lengkingan terdengar dari ruang makan dan deru langkah berlari kekamar sipelaku pencurian training tersebut. Jimin hanya menggelengkan kepalanya, ia sudah biasa dengan tingkah laku mereka berdua entah yang sangat manis hingga menyebalkan seperti yang baru saja terjadi. Bahkan Jimin dapat mendengar suara Jungkook yang sedang meneriakan teman baiknya dengan berbagai sumpah serapah dan kemudian hening. Ia sangat tahu apa yang sedang terjadi dibalik ruangan laknat itu.

Jimin menghela nafas panjang dan merogoh ponsel pintarnya begitu ponselnya bergetar didalam saku celananya.


P.Jimin
Min Yoongi

Yoonkie
Apa kau sudah berangkat?

P.Jimin
Belum, aku masih di dorm
Kau sudah berangkat?

Yoonkie
Dalam perjalanan

Tapi bukankah hari ini kau libur?

Sial. Rutuk Jimin menatap pesan singkat dari fans-nya itu.

P.Jimin
Tidak
Jin-hyung semalam memberitahukan
bahwa kami memiliki
Schedule di dekat apgujeong
Katanya pemotretan

Yoonkie
Apa kau yakin itu untuk umum?
A

ku tidak mau dicap sebagai Sasaengmu

P.Jimin
Aku juga tidak keberatan
Jika memiliki sasaeng sepertimu
Sudah manis, menggemaskan pula

Yoonkie
Aku ini pria, Jimin.
Seorang pria tidak ada yang manis Dan menggemaskan. Terkecuali Jungkook


Jimin terkekeh membaca balasan dari fans manisnya itu. Yoongi salah, sangat salah. Pria seperti itu ada. Well, baru saja ia bertemu dengannya semalam dan dia akan bertemu dengannya hari ini juga.



"A-ahh T-tae hh hyungie hh~"

"Aku membenci mereka." Rutuk Jimin yang menyambar dompet dan topi serta masker hitamnya kemudian ia berjalan keluar dari dorm mereka.


P.Jimin
Aku sudah berangkat
Sampai bertemu disana ya
Snow white ku~ 






TBC

CRAZIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang