Part VIII

1.5K 214 2
                                    

❇ CRAZIER ❇



"Bagaimana kabarmu disana?"

"...."

"Hmm, aku juga begitu. Aku juga rindu. Bagaimana kabar ayah dan ibu? Mereka baik-baik sajakan?"

"...."

"Bilang pada mereka aku juga merindukan mereka."

"...."

"Ya, mungkin bulan depan. Aku akan meminta cuti beberapa hari untuk pulang."

"...."

"Hmm, salam sayang untuk keponakanku juga. Aku tutup teleponnya."

Seokjin menghela nafas begitu ia memutuskan hubungan telepon dengan seseorang diseberang sana, ia menatap langit malam dengan dua buah kaleng bir yang ia beli di minimarket 24 jam dekat dorm anak asuhnya.

"Tidak terasa ini sudah tahun keempat." Gumamnya dan kembali meneguk bir dengan tawa yang merendahkan, "Kuatkan aku—"

"Kuatkan kamu dari apa?" terdengar suara seseorang dari arah berlawanan hingga membuat Seokjin tersedak oleh bir yang diminumnya.

"Hei, apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu kembali dan memberikan tissue yang baru saja dibelinya

Seokjin mengambil tissue tersebut tanpa menatap pria yang menjadi biang kerok dari kejadian itu."

"Hei, Jin apa kau baik-baik saja?" tanyanya lagi yang membuat Seokjin mendongakan kepalanya melihat Sejin yang menatapnya bingung

"Hyung—lain kali jangan mengagetkanku seperti itu. Aku bisa jantungan lama-lama jika sering kau kagetkan." Kesalnya yang hanya dibalas Sejin dengan tawa tidak enak.

"Maafkan aku. Apa yang kau lakukan disini? Aku boleh duduk?" tanyanya dan Seokjin mengangguk, mengiyakan pertanyaan Sejin. Sejin menduduki kursi kosong disamping Seokjin.

"Aku hanya sedang mencari angin malam, aku dengar angin malam dapat membuatmu sedikit lebih santai."

"Oh ya? Siapa yang memiliki filosopi seperti itu?"

Seokjin mengambil kembali kaleng bir yang berada disampingnya setelah membuang kaleng yang baru saja dihabiskannya. "Kim Nam—joon."

"Namjoon? Sekarang kau sudah mulai mencoba untuk membuka hatimu dengannya?" Tanya Sejin

Seokjin tersenyum lemah menatap Sejin dan membuka kaleng keduanya, menyesap bir yang menggelitik ditenggorokannya, "Aku tidak mau sepertinya, hyung. Kau tau tentang itu."

Sejin menghela nafas panjang menatap Seokjin yang masih meminum bir kalengan tersebut.

"Setiap orang memiliki takdir yang berbeda-beda, Jin ah."

Seokjin menggeleng, "Aku tidak mau mengalami hal yang sama dan menyusahkan kedua orangtuaku oleh karena ulahku sendiri."

"Tapi kau tahu bahwa orangtuamu tidak keberatan dengan keputusan yang ia ambil kenapa jadi kau yang berpikir negative tentang hal itu?"

"Hyung—aku lelah. Ayo pulang, besok mereka ada jadwal dipagi hari."

Sejin kembali menghela nafas dan mengangguk pasrah, ia tidak bisa membantah ataupun menambahkan hal-hal yang terkait dengan masalah ini.

"Kau tahu, Jin? Semua orang memiliki takdirnya masing-masing, ia sudah memilih takdirnya dan suatu saat kau juga harus memilihnya."

"Aku juga sudah memilihnya, hyung." Seokjin menatap Sejin lekat, "Aku memilih untuk tidak menjadi seperti itu."

CRAZIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang