A Switch
Malam ini luar biasa.
Bagi Arin Azalea Az-zahra, malam ini tercatat sebagai Malam Paling Indah Yang Pernah Arin Lalui. Senyum Arin terus berkembang malam ini seiring pacarnya tersayang sedang menyetir mobil menuju rumah Arin. Siapa lagi yang membuat malam ini menjadi indah selain pacarnya, Davin Darantyo Ditya? Oh, Arin teramat sangat sayang Davin hingga Arin yakin dia mau-mau saja berteriak toa di depan umum demi Davin. Selama Arin hidup, selain orangtua dan kedua kakak kembarnya, Davin-lah yang berhasil masuk ke dalam Kisah Seorang Arin. Hanya Davin. Karena itu, Arin tergila-gila pada cowok itu--mungkin mayoritas orang menyebut Arin berlebihan, namun pada dasarnya inilah bakat Arin dari lahir; menjadi lebay.
Dan siapa sangka, Davin juga merasakan hal yang sama.
"Rin," panggil Davin, membuat Arin yang menatapnya penuh cinta di bangku penumpang langsung terlonjak kaget. "Eh, kamu kenapa? Maaf, aku ngagetin, ya?"
"Enggak, gak sama sekali, kok," Arin tetap memasang senyumnya meski ia ingin meringis karena terantuk kaca mobil. "Kamu mau ngomong apa?"
"Malem ini ... seneng, ya?" tanya Davin, melirik sekilas ke arah Arin.
Arin menarik napas panjang-panjang sebelum melantunkan sebuah puisi yang ia buat sendiri-secara spontan, keahlian kedua Arin setelah 'menjadi lebay'--untuk Davin.
Oh, Davin
Bintang berkerlap-kerlip di atas sana
Meski sebenarnya aku tak melihatnya
Karena terhalang langit-langit mobil mewahmuOh, Davin
Seikat bunga tulip
Sebatang cokelat manis
Satu kecupan di pipiOh, Davin
Kau tahu
Aku bahagiaaa
Karena kitaaaOh, Davin
Kalau aku bisa menyanyi
Kunyanyikan lagu cinta
Karena aku cintaaa padaaamu"Oh, ya ampun," Davin terkekeh geli setelah Arin selesai berpuisi, dia mengacak rambut Arin dengan telapak tangan hangatnya. "Lucu banget sih, kamu."
Mata Arin berpendar-pendar indah di bawah sinar lampu-lampu jalan yang mobil Davin lalui, pipinya bersemu merah. Dia selalu senang jika Davin menganggapnya lucu alih-alih lebay. Menurut Arin, Davin menerima kekurangannya--banyak yang bilang bakat lebay Arin adalah kekurangan--dan itu lebih dari cukup.
"Davin, tau gak," cetus Arin, Davin menatapnya bertanya. Arin melanjutkan, "Kamu ganteng."
"Makasih, kamu manis," Davin tersenyum simpul, memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Arin. Cowok itu keluar mobil, memutar, membukakan pintu untuk Arin, benar-benar cowok idaman. Arin tersenyum senang, keluar dari mobil Davin dan memeluk cowok itu lama. Seolah, jika Arin melepas pelukannya, Davin bisa saja pergi jauh tanpa bisa ia jangkau.
"Vin."
"Ya?"
"I want us to last. I don't want to have an amazing couple of months and then it be all over in a flash. I don't want to experience the feelings of hurt, confession, and disappointment again. No matter what we run into, and no matter how hard things get, I want us to stick together, kalo kata Tumblr, sih, gitu," Arin menghirup wangi tubuh Davin sesaat sebelum melepas pelukannya--meski sebenarnya Arin keberatan.
Davin tersenyum, menyandarkan punggungnya di pintu mobil mewahnya. "Kalo kamu mau gitu, aku terima. Kita harus bareng terus, sip?" jari kelingking Davin teracung, menunggu Arin menyambutnya.
"Sip," Arin mengaitkan kelingkingnya pada milik Davin, memeluk cowok itu lagi, lalu melepasnya sambil tersenyum. Arin melangkah menuju rumahnya, sesekali menengok dan di teras, ia berujar, "Dah, Davin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Switch - Arga
Teen FictionArga merasa seperti ketiban durian busuk saat tau bahwa Arin tinggal di depan rumahnya. Sepertinya, cewek itu selalu saja mengganggu hidup Arga. Setiap Arin membuka mulut atau melakukan sesuatu, ingin sekali Arga menimpuk kepalanya dengan bola tenis...