Epilog

50.2K 3.8K 182
                                    

Epilog

Malam ini benar-benar luar biasa.

Akhirnya, Arga menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari-cari. Seperti yang Arga harapkan, makan malamnya dengan Arin, Abby dan kedua orang tuanya itu berjalan lancar.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, orang tua Arga sudah menyetujui keinginan anak sulungnya itu untuk menjadi pelukis dan tidak menjadi ahli waris perusahaan keluarganya. Hubungan Arga dan orang tuanya juga semakin membaik, berhubung mereka semakin sering meluangkan waktu bersama.

Kedua orang tua Arga juga tampak sangat senang, sekaligus kaget, saat mengetahui Arin. Mereka berdua tidak pernah berpikir Arga akhirnya berakhir dengan cewek ceria dan heboh seperti Arin. Pastinya, mereka juga lega Arga tidak berhubungan dengan Alexis lagi.

Hubungan Arga dengan Abby juga semakin dekat. Mereka berdua semakin sering menghabiskan waktu bersama dan Arga semakin melunak kepada adiknya itu. Abby juga sudah tidak bersikap dingin kepada kakaknya itu.

Mengenai Davin, cowok itu sudah mendapat ganjarannya. Arga dengar, orang tuanya menyita mobil cowok itu dan ia tidak boleh pergi ke mana pun setelah pulang sekolah dan di akhir minggu. Di samping itu, kedoknya sudah terbuka di seantero sekolah dan tidak ada satu pun cewek yang mau didekatinya.

Lain halnya dengan Alexis. Cewek itu belajar dari pengalamannya dan sekarang, ia berteman cukup dekat dengan Arin dan Arga. Tentunya, ia mendapat cowok yang jauh lebih baik dari Davin dan mendapat teman yang lebih asli daripada teman terdahulunya.

Sekilas tentang Arta dan Arza, mereka berdua telah diterima di salah satu universitas bergengsi di Jakarta. Hubungan mereka dengan Arin semakin dekat, begitu juga dengan Arga. Kakak kembar Arin itu kerap kali mengajak Arga bermain video game bersama di rumah Arin.

Lalu, orang tua Arin juga semakin kenal dengan Arga dan tampaknya bersyukur Arin menemukan seseorang yang dapat mengendalikan sifat lebay milik anaknya itu. Orang tua Arin juga sudah tidak memanjakan putri mereka, seperti yang Arin inginkan selama ini.

Arin juga tampak bahagia, yang pastinya membuat Arga tambah senang. Walaupun Arga masih sering menjailinya, Arin sudah tidak secengeng dulu.

Arga sendiri sudah bisa mengendalikan emosinya dan tidak se-pemarah dulu lagi. Ucapan-ucapan pedas dan sinis sudah jarang keluar dari mulutnya.

Intinya, semua membaik.

"Arga," panggil seseorang, membuyarkan lamunan Arga. Arin.

Arga menoleh ke sampingnya lalu kembali fokus menyetir. "Kenapa, Rin?"

"Mau nge-drift," ucap Arin dengan kalem.

Kaget, Arga menginjak rem dengan cukup keras. "Lo bilang apa?"

"Mau nge-drift. Sekarang," ulang Arin.

Arga langsung melotot. "Lo gila?! Udah malem banget. Ada Abby juga di belakang, lagi tidur."

Arin menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Arin mau nge-drift, Arga!"

"Kenapa tiba-tiba gini? Besok deh, bareng gue. Tapi jangan sekarang," bujuk Arga.

Arin cemberut. "Maunya sekarang!"

Arga menarik napas panjang. Satu-satunya kebiasaan Arin yang belum hilang; suka merajuk.

"Turunin Abby dulu di rumah ya? Abis itu, kita langsung ke gedung yang tempat lo nge-drift itu," usul Arga.

Arin mengangguk pelan, disusul dengan hembusan napas pelan dari Arga. Ia bisa merasakan bahwa suasana hati Arin tidak secerah miliknya.

A Switch - ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang