Arga - 15. Done
Kepalan tangan Arga semakin menguat. Buku-buku jari serta tangannya memutih. Marah, ia benar-benar marah. Tepatnya, baru kali ini Arga marah sampai kepalanya serasa akan pecah dan jantungnya seakan-akan memukul-mukulnya dari dalam.
Davin Darantyo Ditya.
Nama itu tertulis jelas, bahkan paling atas di daftar hitam Arga. Cowok yang telah menghancurkan hubungannya dengan Alexis. Tapi yang paling parah, cowok yang membuat Arin menangis sesenggukan sampai entah berapa jam. Ya, Arga mungkin pernah membuat Arin menangis, tapi bukan karena Arga menghancurkan hatinya.
Arga meninju bantalnya sendiri. Jujur, tadinya, ia ingin meninju tembok kamarnya agar lebih dramatis, tapi tangannya keburu sakit.
Yang Arga tau, Arin belum memutuskan Davin dan Arga sendiri belum memutuskan Alexis. Ia menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan cewek itu.
Alexis Priscilla.
Nama itu juga tercatat di daftar hitam milik Arga, tepat di bawah nama Davin. Cewek yang telah mengkhianatinya. Arga tau, ia bukanlah gambaran pacar idaman. Arga tau, ia juga bukan cowok paling romantis atau paling oh-so-sweet yang pernah ada. Namun, itu bukanlah alasan untuk berselingkuh di balik punggungnya.
Selingkuhnya sama Davin lagi. Sialan, rutuk Arga dalam hati.
Untuk menenangkan dirinya sendiri, Arga memutuskan untuk pergi ke café yang ada di dekat rumahnya. Café di mana ia menguping percakapan Alexis dan Davin. Sekarang, sudah jelas apa yang Alexis dan Davin bicarakan saat itu.
Sepertinya, Alexis ingin putus dengan Davin karena menurutnya, perselingkuhannya itu nggak berjalan lancar atau semacamnya. Tapi Davin tampaknya menahan Alexis dan membujuk agar cewek itu tidak jadi memutuskannya.
Sepertinya, yang kelihatan baik belum tentu sebaik kenyataannya.
Kekesalan Arga semakin bertambah saat melihat Alexis dan Davin ternyata sedang duduk berdua di dalam café tersebut. Tanpa peduli, Arga duduk lumayan dekat dengan dua sejoli itu. Sengaja, untuk memanaskan keadaan.
Sayang, Davin maupun Alexis tidak menoleh ke arahnya. Mereka tampak sibuk berbincang-bincang. Terkadang, tampak romantis bahkan.
Rahang Arga mengeras, mengingat seberapa sering Arin membangga-banggakan pujaan hatinya itu. Menyebalkan, mengetahui bahwa Davin mencampakkan Arin begitu saja.
Oke, Arin belum dicampakkan secara langsung.
Arga merogoh sakunya lalu mengambil handphone. Ia harus memberi tau Arin, walaupun resikonya, cewek itu akan tambah galau.
Arga : Davin lagi nge-date sama Alexis di café yang kemaren. Romantis sekali, sampai gue nggak dilirik.
Beberapa menit kemudian, Arin membalas.
Arin : Lo mau gue ke sana?
Arga : Jangan, nanti kalo lo nangis tiba-tiba 'kan kacau.
Arga memalingkan pandangannya dari layar handphone, melihat ke arah Davin dan Alexis lagi. Matanya langsung melotot saat Davin berdiri, mencium pipi Alexis lalu masuk ke kamar mandi.
Arga : Your baby Davin just smooched my baby Alexis' cheek. Coba lo bisa liat.
Arin : Demi apa?
Arga : Serius. Gue liat sendiri, di depan mata gue. Udahlah, Rin. Putusin aja, lewat LINE atau SMS. Biar kejam sekali-kali.
Cengiran jahil Arga langsung muncul di bibirnya saat Arin mengatakan bahwa ia telah memutuskan Davin lewat LINE. Akhirnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Switch - Arga
Teen FictionArga merasa seperti ketiban durian busuk saat tau bahwa Arin tinggal di depan rumahnya. Sepertinya, cewek itu selalu saja mengganggu hidup Arga. Setiap Arin membuka mulut atau melakukan sesuatu, ingin sekali Arga menimpuk kepalanya dengan bola tenis...