Arga - 11. Change

41.5K 3.4K 86
                                    

Arga - 11. Change

Senyum kecil terbentuk di bibir Arga pagi ini. Ia teringat akan kejadian semalam, perang glitter dengan Arin dan adiknya lalu The Twenty Question dengan Arin. Jujur, malam itu lebih baik dan menyenangkan daripada minum vodka dengan teman-temannya.

Walaupun Abigail masih saja Arga anggap sebagai perusak dan penghancur, setidaknya malam itu, ia tidak terlalu menyebalkan di mata Arga. Mungkin, Arin memang berhasil memperbaik hubungan Arga dengan adiknya.

Nggak. Gue nggak mungkin baru berpikir kayak gitu, batin Arga, membuang jauh-jauh senyumannya beserta pikiran tentang Arin dan segalanya.

Sekarang, tugas Arga hanyalah mempertahankan hubungan Davin dan Arin sampai ia kembali ke tubuh aslinya. Namun, dari kemarin malam, Davin tidak menghubunginya sama sekali.

Aneh, jelas. Biasanya, Davin selalu menanyakan keadaan Arga--dalam tubuh Arin pastinya, menanyakan sudah makan atau belum, mengajak jalan atau sekedar makan bareng. Lalu sekarang?

Pasti ada sesuatu, Arga berasumsi dalam hati.

Berdasarkan pengamatan Arga, Davin adalah tipe-tipe pacar idaman semua cewek seperti Arin, tipikal cewek yang selalu hidup dalam mimpi. Berbadan tinggi, wajah yang di atas rata-rata, pemain utama tim basket sekolah, dan perilaku yang oh-so-sweet.

Dan tipe cowok yang oh-sangat-amat-membosankan untuk Arga. Terlalu sempurna dan baik, tidak menantang sama sekali. Arga bahkan merasa Davin sedikit menahan diri dalam mengerjakan apapun.

Ah, bodo deh. Dia pacarnya Arin ini, bukan pacar gue. Yang penting, gue pertahanin hubungannya mereka dan tugas gue selesai, pikir Arga lalu mengambil handphone Arin.

Nihil. Tidak ada satu pun notifikasi LINE atau apalah dari Davin.

Walaupun tidak peduli, Arga sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Davin. Apa cowok itu sengaja seperti ini? Atau Davin sedang pergi ke luar kota sampai tidak sempat menghubungi Arin?

Bosan, Arga akhirnya menghubungi Davin terlebih dahulu.

Arin : Daviiin! Kamu ke mana aja sih? Kok nggak LINE atau ngasih kabar sama sekali? Aku khawatir tau. Aku takut kamu tiba-tiba ditemukan tewas di rumah atau di mana gitu.

Dua jam kemudian, barulah Arga mendapat balasan.

Davin : Maaf, Rin. Aku lagi banyak tugas, hari ini mau ngerjain semuanya. Kemaren, sparing basket sama SMA sebelah sampe agak sore gitu, terus pada makan-makan sampe malem. Maaf ya.

Arin : Oh, gitu. Nggak apa-apa kok, Vin. Jangan kurang istirahat ya, nanti kamu sakit. Jangan lupa makan juga.

Arga mungkin terlihat menerima alasan Davin, tapi dalam hati, ia tau bahwa yang dikatakan Davin tidak lebih dari sebuah alibi.

Davin : Aku udah mau selesai kok. Makan siang bareng yuk. Aku jemput jam 1, bisa?

••• A-S •••

Pagi hari di sekolah, sebagai Arin, seperti biasa. Arga sudah mulai bosan dengan hidup Arin yang tidak ada tantangannya sama sekali. Bangun, ke sekolah, pacaran dengan Davin, belajar, kadang bermain dengan kakak kembarnya, makan, lalu tidur.

Gitu-gitu doang. Dasar, nggak punya semangat hidup, cemooh Arga dalam hati sambil menyusuri koridor lantai dua. Jangan-jangan, kalo gue kelamaan jadi Arin, gue bakal jadi ngebosenin juga.

Tiba-tiba, seseorang menarik lengannya dari samping. Arga nyaris saja terjatuh. Matanya langsung melotot saat mengetahui bahwa Arin yang menariknya.

A Switch - ArgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang