Arga - 17. Photos
Walaupun kepalanya terasa berat, senyum Arga terpampang jelas di wajahnya. Senyum yang sama dengan senyumnya saat ia dan Arin pergi berdua kemarin. Arga akhirnya bisa merasa bebas dan lepas, saat ia melakukan beberapa hal bersama Arin.
Tidak ada gangguan Alexis pula.
Arga bahkan masih menampakkan senyum yang sama saat ia berjalan di koridor IPS. Fenomena yang sangat langka, mengingat biasanya Arga tampak datar dan jutek.
Namun, ada yang aneh dengan semua orang hari ini. Arga sadar, ia memang biasa menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya. Dengan setumpuk kharisma dan aura misterius, semua mata nyaris selalu melihat ke arahnya. Tapi ada yang berbeda hari ini. Pandangan mata orang-orang itu berbeda, tidak seperti biasanya.
Pandangan penuh ... kecurigaan?
Tiba-tiba, Arga merasakan tepukan seseorang di bahunya. "Ga, lo beneran beralih ke yang lain?"
Arga menaikkan satu alisnya saat melihat Av, yang tadi menepuk pundaknya. "Beralih ke yang lain? Maksud lo?"
Av mengambil lipatan kertas dari kantung celananya lalu memberikannya ke Arga. "Ini loh."
Arga mengambil kertas itu lalu membuka lipatannya. Matanya langsung melotot dan refleks, ia meremas kertas yang ada di tangannya. Tanpa mengatakan apa pun ke Av, Arga berjalan menuju kelasnya dengan langkah panjang.
Ia mengambil handphone dari saku celana, buru-buru menghubungi Arin.
Arga : Rooftop, jam istirahat pertama. Penting.
Baru beberapa detik setelah Arga mengirimkan LINE tersebut, Alexis memasuki kelasnya. Mata Arga langsung memicing, mencoba menahan emosi yang membuncah di dalam dadanya. Ia tau bahwa Alexis atau Davin-atau bahkan keduanya-yang melakukan ini semua. Setelah menarik napas panjang, Arga melihat ke arah Alexis berada. Cewek itu sepertinya mengetahui bahwa Arga melihat ke arahnya, sehingga ia berbalik badan.
Arga cukup bingung saat melihat pandangan Alexis yang sarat akan rasa bersalah.
Pasti Davin yang foto, batin Arga sambil mencoret-coret kertasnya dengan kesal.
Pelajaran demi pelajaran berlalu begitu saja. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Sampai akhirnya, bel istirahat pertama berbunyi. Arga bergegas menuju rooftop, di mana ia akan bertemu dengan Arin. Dan betapa kagetnya Arga saat melihat Arin sudah ada di atap.
"Ada apaan sih, Ga? Perasaan, orang-orang pada ngeliatin gue dengan aneh gitu," tanya Arin langsung.
Arga menelan ludahnya. "Ada yang nyebarin rumor nggak bener tentang kita."
Arin menaikkan satu alisnya. "Kita?"
"Iya. Ada yang foto pas gue bukain lo pintu! Dia cetak terus disebarin ke anak-anak, bikin kita keliatannya yang selingkuh. Bukan Alexis sama Davin," jelas Arga.
Mata Arin langsung membulat. "Kok bisa? Kok ada yang tau kalo kita jalan? Kok disebar ke anak-anak? Davin gimana? Alexis?"
Arga lumayan pusing mendengar Arin dan pertanyaan-pertanyaannya. Ia menarik napas panjang. "Gue curiga Davin yang foto dan nyebar."
Mata Arin kali ini membulat dan membelalak. "Nggak mungkin Davin! Davin nggak kayak gitu!"
"Gue nggak percaya lo barusan bilang kayak gitu, Rin. Dia baru-baru ini selingkuh sama Alexis dan ngomong hal-hal yang jahat tentang lo, terus lo ngebelain dia?" Arga mulai sewot.
Arin menatap Arga tajam. "Gimana kalo Alexis yang foto dan nyebarin? Kenapa lo langsung nyalahin Davin? Mungkin aja mantan lo itu yang bikin rumor."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Switch - Arga
Teen FictionArga merasa seperti ketiban durian busuk saat tau bahwa Arin tinggal di depan rumahnya. Sepertinya, cewek itu selalu saja mengganggu hidup Arga. Setiap Arin membuka mulut atau melakukan sesuatu, ingin sekali Arga menimpuk kepalanya dengan bola tenis...