12. Care

89 6 0
                                    

Author

Jam pelajaran telah selesai sejak 10 menit tadi, Eca pun mulai bangun setelah tadi diberi obat oleh anggota PMR yang dimiliki SMA ini.

Akbar yang khawatir tetap menunggu Eca di kursi tepat sebelah kasur yang dibaringi Eca. Ia bahkan membolos pelajaran dengan alasan menunggu Eca sadar.

Sedikit demi sedikit Eca membuka matanya. Pancaran cahaya lampu terang membuat Eca mengernyit dan memegang pelipisnya. Saat itu pula Akbar bangun dari duduk nya dan mendekat pada Eca.

"Ca lo gapapa kan?" Tanya Akbar hati hati. Tangannya mengulur untuk menbantu Eca duduk.

"Temen gue mana?" Tanya Eca sarkastik.

"Dia masih ada urusan katanya." Ujar Akbar lembut.

"Awas gue mau pulang." Usir Eca dengan tegas.

"Gue bakal nganterin lo Ca" jawab Akbar dengan lembut.

"Huu.. gue gak percaya sama lo. Gue kapok lo tinggalin semalam." Sahut Eca memutar bola matanya.

"Eca.. Eca.. ternyata saat sakitpun keras kepala lo ga hilang juga." Ujar Akbar sambil menggeleng gelengkan kepala, yang hanya dibalas dengan lirikan tajam milik Eca.

Eca turun dari kasur yang ia baringi tadi. Baru satu langkah ia berjalan. Badannya terhuyung, Eca tidak bisa menyeimbangkan badannya. Beruntung Akbar memegangi pundaknya. Eca memegang pelipisnya, wajahnya pucat.

"Ish.. sana lo jangan pegang pegang pundak gue!" Titah Eca tidak suka.

"Sayang nya gue gasuka lo perintah.." dengan cepat Akbar meraih lutut Eca dan dengan cepat Eca sudah berada dalam gendongan Akbar ala bridal style.

"Lepasin gue..!!"

"Akbar gue bilang lepasin gue!."

Teriakan teriakan Eca tidak diperdulikannya. Akbar sedikit kualahan dengan Eca yang banyak tingkah. Tapi beruntung Akbar dapat menyeimbangkan nya.

Eca tidak bersuara. Ia terdiam. matanya sayu. Terkadang terbuka terkadang tertutup.

"Kenapa capek?" Ujar Akbar yang sambil menatap lurus ke arah depan.

"Bar... gue pusing.." suara serak Eca menyeruak ke dalam telinga Akbar.

Dengan cepat Akbar menoleh Eca. Eca terlihat pucat dan hidungnya mulai mengeluarkan darah. Akbar berlari menuju mobil.

"Ca.. Ca.. dengerin gue Ca.?" Teriak Akbar sambil berlari menuju mobilnya.

Dengan panik Akbar membuka mobilnya. Kemudian Bagas, Alan,   Fara, dan Nanda datang.

"Bar Eca kenapa Bar?" Tanya Fara yang mulai panik.

"Gas lo sama Nanda. Dan lo sama Alan ya Far. Susulin gue ke rumah Eca." Ujar Akbar. Ia bergegas masuk ke mobil dan keluar lagi.

"Eh.. kunci kunci rumah Eca mana?" Tanya Akbar dengan panik.

"Di tas dia Bar" ucap Nanda kemudian segera memasuki mobil Bagas.

Mobil Akbar melaju dengan kecepatan standar. Melihat darah  Eca yang semakin keluar. Akbar menepikan mobilnya pada jalanan yang sepi.

Suara klakson kedua mobil temannya berbunyi. Akbar mengisyaratkan agar tetap jalan menuju rumah Eca.

Setelah temannya jalan kembali. Akbar terfokus pada Eca.

Akbar mengambil tisu. Dan membersihkan darah yang keluar dari hidung Eca. Kemudian membuang ke tempat sampah.

Eca membuka matanya sedikit lalu tertutup lagi. Badannya yang terlalu panas membuatnya mimisan.

"Bar.. gu.. gue.. mau.. pulang.." ujar Eca dengan suara parau nya.

Frontal GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang