13. Jealous

90 5 0
                                    

    
    Matahari pagi muncul dan menyibakkan sinarnya di sela sela gorden di kamar gadis itu.

   Gadis yang masih setia bersembunyi dalam selimut tebalnya bewarna putih polos itu.

Eca, dia masih terlelap. Padahal alarm di nakasnya meronta ronta menyuarakan suara yang sangat nyaring.

Matanya menyipit, ia meraba nakasnya berusaha menggapai alarm jam nya.

"Aish.. gua masih ngantuk." Eca berpindah posisi menjadi duduk mengucek matanya yang masih kabur.

Eca mengambil ponselnya yang masih tersambung dengan kabel charger, melepas dan membuka kata sandi ponselnya.

Tiba-tiba saja satu notif dari aplikasi line masuk. Dengan cepat Eca membukanya.

Ca.?

Oh, rupanya notif dari Akbar.

Hm..?

Gue udah di bawah, cepet turun. Lo sekolah kan hari ini?

Anjir!! Bar gue belum mandi..

Eca turun dari kasur kesayanganya. Membuka gordennya dan benar! Akbar menanti setia dengan motornya di depan pagar rumah Eca.

Wait, Akbar bawa motor? Gak biasanya..

1 notif  lagi membuyarkan lamunannya.

Ish.. bukain dulu Ca!

Eh eh.. maaf
Sabar napa!

Eca mengambil kuncir rambutnya asal dan mencemol nya asal.

Dengan sigap, Eca membuka pintu rumahnya. Menampilkan pria berbadan tegap dengan balutan seragam SMA rapi.

Eca mempersilahkan Akbar masuk dan duduk.

"Ca kok lo masih pakai piama sih?" Tanya Akbar

"Dibilangi gue belum mandi Akbar.."

"Nah lo ngapain masih disini?"

"Yah nyuruh lo masuk lah.."

"Udah buruh mandi. Gue kasih waktu 20 menit kalo lo belum turun gue tinggal."

"Cepet amat waktunya? Lo mah masih pagi juga!" Ujar Eca

"Ya kalo sudah siang kita telat bego! Udah sono mandi. Cepet!"

"Ish.. ya ya!"

Akbar melihat sekelilingnya. Sepi. Seperti dugaan Akbar orang tua Eca belum datang dari urusanya.

Kasian Eca, sendirian disaat orang tuanya sibuk bekerja. Hm.. sama kayak gue tapi sayangnya orang tua gue bahkan lupa kalau punya anak sampai begitu cintanya dia sama pekerjaan. Batin Akbar dengan senyum yang miris.

Akbar menuju meja makan. Ternyata kosong. Akbar membuka kulkas dan mengambil  roti tawar beberapa lembar. Mengoleskan selai coklat. Setelah itu mengambil gelas dan menuangkan susu putih yang dimiliki Eca di kulkasnya.

Finish_-

Eca turun dengan tergopoh gopoh. Meski begitu ia sudah rapi dengan kuncir kuda seperti biasanya.

Aroma parfum Eca menyeruak ketika ia turun dari lantai atas.

"Ca maaf gue lancang."

Eca mendekati Akbar yang ada di meja makan.

"Hmm.. iya gapapa"

"Nih makan."

"Lo yang buat Bar?" Tanya Eca exaited

Frontal GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang