"Arin sayang, makan ya?"
"Jika basis 4 logaritma 2 itu 2, trus kalo basis 8/2 logaritma 4 berapa dong ma?"
"Sayang berhenti."
"Tingkat suara mama itu 60dB. Lalu—"
"Arin..."
"Dari suara mama itu tersirat nada sedih dan cape karena suara itu menggambarkan otak juga. Dan biasanya—"
Mamanya Arin pun berjalan menghampiri Arin.
"Arin sayang..."
"Dari pintu dan jalan ke kasur aku itu waktunya kan 20 detik dan jaraknya itu cuman 2 meter doang kan jadi kecepatannya 0,1m/s kan. Trus—"
"Tolong Arin..."
"Ma itu diatas kepala mama ada jamur - jamur yang bertebangan. Namanya itu ada—"
"ARIN STOP!"
Perkataan Arin kali ini dihentikan oleh mamanya.
Arin terdiam. Lalu menunduk.
"Arin, kamu gak bisa berhenti, sehari aja?" Isak mamanya sambil memeluk Arin.
"Mama cape denger ocehan kamu tentang semua pelajaran itu."
"Kamu berlebihan sayang..."
Arin pun langsung melepaskan pelukannya dengan mamanya.
"Mama gak sadar siapa yang buat aku gini? Gak sadar juga? Ma, aku kayak gini gara - gara mama! Karena mama selalu paksa aku! Selalu ngatur aku! Aku selalu disuruh belajar belajar belajar dan belajar. Ma aku cape! Aku stress! Otak aku mumet! Pulang sekolah orang kalau gak pulang ngerjain PR ya main, aku? Les sampai jam 8, abis itu private sampai jam 10. Trus mama ngasih aku istirahat gak? Enggak! Aku disuruh belajar terus, jam 12 aku tidur aja bagi mama kecepetan! Trus bangun jam setengah 4 buat belajar lagi! Mama emang gak inget?! Mama gak tau, setiap jam kosong itu aku selalu nyempetin tidur ma! Aku cape! Aku stress banget ma! Mama gak pernah ngerti sama perasaan aku! Otak aku udah cape! Aku manusia ma bukan robott!"
"Aaaaaaa!!!!" Arin teriak sambil menutup kedua telingan sambil menangis. Mamanya pun berusaha memeluk Arin tetapi ditepis dengan kencang oleh Arin.
"Aku benci sama mama! Mama keluar! Keluarr!!" Teriak Arin lebih keras hingga beberapa perawat di tempat rumah sakit yang Arin tempati menghampiri kamar inap Arin.
"Bu, maaf ya bu Arin begini lagi. Ibu hari ini pulang lagi gapapa kan? Kami harus memberikan Arin obat penenang lagi. Maaf bu dan terima kasih telah menjenguk Arin hari ini bu." Ujar perawat yang selalu merawat Arin dengan sopan.
"Bilang sama Arin ya sus, saya sayang banget sama Arin..." ujar mama Arin sambil mengusap air matanya sambil melihat anaknya yang masih meronta - ronta sambil di ikat pergelengan tangan dan kaki di sisi kasur.
"Dan, jangan terlalu keras sama Arin ya sus, dia butuh kelembutan. Saya pulang sus. Jaga Arin dengan penuh kasih sayang ya sus seperti seorang ibu. Saya emang gak pantes jadi seorang ibu. Terima kasih ya suster Nayeon." Ujar mama Arin sambil memeluk Nayeon—perawat Arin.
Chapter terpanjang. Dan, ketakutan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hui pu ❌k.idols
Short StoryHui pu = mix. Just enjoy this story. Don't be scary. Started : Sep, 28 2017. Finished : -