Special Capt : Nayeon Story (3)

701 66 0
                                    


Aku sudah bertukar tempat dengan Nayoung sejak 3 hari yang lalu. Beberapa hari yang lalu semua terasa biasa biasa saja. Tapi hari ini, appa menanyakan hal yang sangat mengejutkanku.

"Nayoung. Bagaimana pengobatannya?" Tanya appa.

"Pengobatan? Maksud appa?" Tanyaku balik.

Appa menatap mataku aku sangat takut pada tatapannya. Apa yang tidak diberitahukan Nayoung padaku? Pengobatan apa yang dimaksud appa?

"Sudah kuduga. Kau bukan Nayoungkan?" Tanya appa. Aku terkejut dan menundukkan kepalaku. Ingin rasanya berbohong pada appa. Tapi, aku bagaimanapun juga aku akan jujur suatu saat nanti. Jadi kuputuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada appa.

Aku berlari memeluk appaku "Appa. Mianhae.... Aku sangat ingin merasakan indahnya hidup dengan seorang ayah. Aku ingin merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Mianhae-yaa appa. Aku Nayeon, anak appa" Kataku dan menangis.

"Benarkah kau Nayeon? Kenapa kau tidak jujur, nak. Appa sangat merindukanmu. Maafkan appa tidak bersamamu saat kau tumbuh dewasa" Kata appa dan memelukku.

"Sekarang, ceritakan bagaimana kalian bisa bertukar posisi?"

Aku mengangguk dan menceritakan semuanya. Bagaimana aku bertemu dengan Nayoung, siapa yang membantu kami, dan apa yang membuat kami setuju untuk bertukar tempat.

"Ya ampun Nay, kenapa kai tidak bicara sejak awal?" Tanya appa.

"Memangnya kenapa?"

"Nayoung memiliki penyakit jantung yang sudah sangat lama. Itu sebabnya appa tidak mengizinkannya kesekolah dan home scholling"

"Mwo?"

~~~~~

Aku dan appa segera berangkat ke Seoul, takut kalau terjadi apa apa pada Nayoung. "Appa. Kau yakin kita akan kerumah?" Tanyaku.

"Jika kau siap menunjukkan identitasmu. Terserah saja" Kata appa enteng.

Aku mengangguk siap. Aku sangat khawatir pada Nayoung sekarang.

~~~~~

Kami telah tiba di Seoul, lebih tepatnya di depan rumahku, aku langsung mengambil ponsel dan menghubungi eommaku.

"Yeoboseyo"

"Eomma, ini aku Nayeon"

"Nayeon, kenapa menelfon? Kau bisa memanggil eomma jika kau- PRANG!!"

"Eomma. Halo. Ada apa?"

"Tutt tutt" Panggilan terputus.

Aku langsung memeluk appaku dan menangis.

"Apa yang terjadi Nayeon-ah?" Tanya appa.

"Appa, kita langsung kerumah saja. Kajja!" Aku melepas pelukan appa dan menariknya kedalam rumah.

"Eomma, apa yang terjadi?" Teriakku dan masuk ke kamar tidurku.

Aku melihat eomma menangis, sementara Nayoung ada di pangkuannya terbaring dan tersenyum kearahku dan appa. Eomma terkejut melihat kehadiran kami. Aku berlari dan duduk di depan Nayoung, aku menggenggam tangan pucat saudara kembarku itu.

"Nayoung-ah, kau harus sembuh" Kataku, air mataku mengalir membasahi pipiku. Aku melihat kearah appa, dia terduduk lemas dengan ponsel yang di letakkan di telinga, sepertinya dia menelpon rumah sakit.

Aku kembali melihat Nayoung, dia menggelengkan kepalanya lemah. "Tii tidak, nay. I,,, ini sudah saa, saatnnya" Katanya dan mengangkat jarinya menghapus air mata eomma dan air mataku.

"Jaa, jangan bersedih. A, aku akan tetap disini, bersama kalian. A, aku akan hidup bersama dirimu Nay" Katanya lemah.

Aku menggelengkan kepalaku, sudah tidak sanggup mengatakan apapun lagi, hatiku sangat sakit. Bagaimana dia bisa mengatakan itu dengan mudah.

"Katakan pada appa, tidak perlu menelpon rumah sakit. Ini sudah akhirnya, aku bahagia disaat akhir hidupku, kita berkumpul sebagai keluarga disini" Katanya. Dan appa langsung mematikan ponselnya, menyusul duduk di samping Nayoung.

"Appa, eomma, kembali seperti dulu, jaga Nayeon. Kalian hanya punya dia sekarang. Maaf karena Nayoung harus meninggalkan kalian lebih dulu. Aku mencintai kalian keluarga kecilku" Kata Nayoung, dia menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya. Dan itupun menjadi nafas terakhirnya.

~~~~~~

*ini udah balik ke zaman now yah*

Aku sampai di Seoul sekitar satu jam yang lalu, dan aku belum menghubungi appa. Aku mengambil ponselku di dalam tas hitamku dan menghubungi appa hanya untuk mengatakan aku sudah tiba.

Aku berjalan kaki menuju rumah Yerin. Saat tiba disana hanya sepi yang ada. Aku melihat kearah dalam, tapi tidak terlihat sedikitpun kehidupan disana. Ada seorang pria lewat dan aku menanyakan kemana pemilik rumah ini. Tapi dia menjawab tidak tau.

Lalu aku memutuskan untuk meninggalkan rumah Yerin dan pergi ke hotel. Tapi tiba tiba tangan kekar menarik tanganku dan melepas topi hitamku.

"Sudah ku duga ini adalah kau, Nayeon-ah" Aku terkejut melihat pria itu. Dia mengenaliku. Dia, ya dia Luhan, dia mengetahui penyamaranku.

Tbc_-

Udah habisyah capt spesialnya. Habis ini balik ke cerita semula.

Jung Yerin Is Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang