Kidnapped

1K 99 1
                                    

Malam itu Mr. Nattmor mengunjungi Kate. "Kau seharusnya tidak sering terjaga pada malam hari," katanya.

"Aku kesulitan tidur. Lagipula aku tidak apa-apa. Miss Selen yang memaksaku untuk tinggal."

Mr. Nattmor tersenyum. "Dia perawat. Jika aku menjadi dirinya, aku pasti akan memaksa pasienku untuk beristirahat. Itu sebabnya sebagian besar obat mengandung zat yang membuat kita mengantuk."

"Apakah seperti obat bius?" tanya Kate.

"Obat bius biasa menjadi sebutan umum untuk anestesi. Kalau yang itu biasa dipakai untuk operasi," jawab Mr. Nattmor.

Hmm... untuk apa Mr. Refflint mencuri bahan kimia dari laboratorium dan membeli sebuah senapan bius. Jangan-jangan... Kate memandang Sam yang tertidur di ranjang di dekatnya.

"Kemampuan analisis yang bagus, Chatrene. Mengingatkanku kepada ayahmu." ujar Mr. Nattmor.

"Mr. Nattmor, bagaimana menurutmu? Semua ini berkaitan, bukan?"

Tiba-tiba ponsel Mr. Nattmor berbunyi. Dia mengangkatnya. Setelah beberapa percakapan dia menutup telepon itu.

"Refflint ingin kita berkumpul malam ini. Dia bilang ini pertemuan penting. Aku sudah mengatakan jika kau sakit, tapi jika kau mau datang aku akan meminta ijin pihak klinik." jelas Mr. Nattmor. "Aku rasa kau tahu apa yang mungkin akan terjadi."

"Sir, jika memang Kepala Sekolah Refflint adalah dalang di balik semua ini, maka The Hunters akan turun tangan. Apalagi Sam sudah "tumbang". Aku yakin jika Refflint sudah tahu tentang The Hunters. Apa Anda yang memberitahukan hal itu kepadanya, Sir."

"Tidak, Refflint sudah tahu sejak lama. Itu sebabnya dia agak enggan menerima William untuk mengajar kembali. Dia sudah mencoba beberapa cara untuk menyingkirkannya."

"Dia menyerang semua keluarga Silvermist," ujar Kate, "Oh tidak, Rose!"

Kate mengambil tongkat sihirnya dan berlari. Beberapa paramedis menahannya supaya tidak keluar dari klinik, tetapi Kate menggunakan sihirnya untuk meloloskan diri dengan memukul mundur paramedis tersebut. Dia berlari ke kamarnya di asrama putri.

Tanpa basa-basi Kate mendobrak pintu kamar itu. Dia tidak menemukan Rose di sana. Tidak ada bukti pembelaan diri. Mereka bisa saja langsung membereskan tempat kejadian dengan sihir atau Rose dibawa dengan bantuan sihir. Dia merogoh kantung celananya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Rose, tapi nihil.

Dia membuka sebuah pesan dari Mr. Nattmor. Pesan itu bertuliskan, "Pertemuan di Gedung Olahraga.". Kate mengambil pisau lipatnya dan langsung menuju gedung olahraga.

Di depan gedung olahraga Kate melihat beberapa orang dengan jubah hitam. Dia mendekati mereka dan menyapa mereka.

"Winters, kami kira kau tidak datang. Nattmor bilang kau sakit."

"Yeah, aku memang merasa agak tidak enak badan." Kate pura-pura bersin beberapa kali.

"Salahmu sih! Kau harusnya menembak si anak laki-laki." ujar salah satu dari mereka kepada temannya.

"Aku hanya meleset sedikit. Kebetulan saja Winters ada di sana."

"Hmm... kalian membicarakan apa?" tanya Kate.

"Refflint menyuruh kami untuk menembakan racun ke anak laki-laki Silvermist. Kau tahu guru seni rupa. Akan tetapi, tembakan pertama malah meleset mengenaimu." jelasnya.

"Oh pantas saja Aku merasa seperti ada serangga yang menggigitku. Sepertinya itu yang membuatku sakit sekarang karena sebelumnya aku merasa sehat-sehat saja. Memangnya itu jenis racun apa?"

Dasar orang-orang bodoh! Aku bisa menggali banyak informasi dari mereka, ujar Kate dalam hati.

"Kami tidak tahu. Kami hanya disuruh menembak."

"Kalau begitu aku akan ke dalam saja."

"Perlukah kami temani? Kau sepertinya butuh bantuan."

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja kok. Sampai jumpa."

Kate masuk ke dalam gedung olahraga. Dia mencari setiap ruangan. Rose belum ditemukan. Sampai akhirnya dia mengintip ke lapangan futsal indoor. Rose berada di sana dengan keadaan terikat. Kate hanya melihat ada satu orang yang berjaga di sana.

Kate membuka pintu perlahan. Si penjaga langsung menodongkan tongkat sihirnya. Penjaga itu adalah Henry.

"Oh kau rupanya. Refflint ataupun Nattmor tidak ada di sini." ujar Henry sambil menurunkan tongkat sihirnya secara perlahan.

"Sebenarnya aku datang ke sini karena aku disuruh untuk menemanimu. Namun, kalau kau tidak ingin ditemani, aku akan keluar saja." kata Kate.

"Tunggu, jangan pergi. Tinggalah di sini. Mungkin aku sebagai seniormu bisa mengajarimu sedikit mantera-mantera baru. Siapa tahu kau bisa menjadi orang yang berguna di organisasi."

"Kate, jangan dengarkan dia! Dia ingin menghasutmu untuk bergabung dengannya." seru Rose.

Henry menutup mulut Rose. "Diamlah kau! Dia ini memang anggota organisasi." ujar Henry.

"Tidak mungkin!" Seruan Rose tertahan oleh tangan Henry.

Kate melirik ke arah Rose. Hanya Mr. Nattmor dan para guru anggota The Hunters yang tahu jika Kate bergabung dengan organisasi sihir hitam.

Kate berkata, "Maaf aku menyembunyikan ini darimu, Rose. Apa yang dikatakannya benar."

Air mata Rose mulai bercucuran. Dia tidak menyangka jika orang yang dianggapnya sebagai sahabat kini mengkhianatinya. Tidak hanya dirinya, tetapi seluruh keluarganya. Kate hanya menelan ludah.

Henry tertawa. "Mengecewakan bukan? Saat kau mengetahui jika temanmu sendiri telah berbohong kepadamu."

Sial, ini hari apa ya? Kok aku sudah merasa jika aku butuh darah. Aku harus memilih salah satu dari mereka berdua untuk menjadi sumber makananku.

Perlahan Kate mendekati Henry, lalu menepuk pundaknya. "Bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.

"Bicara saja."

"Jangan di sini. Dia akan mendengar pembicaraan kita. Kita bisa mengobrol di sisi lain lapangan atau tempat lain. Lagipula kita tidak perlu khawatir dia kabur 'kan."

Henry kemudian berjalan bersama Kate menuju belakang tribun. Tempat itu cukup gelap dan tersembunyi.

Henry melipat tangannya dan bertanya, "Jadi, apa yang kau mau sampaikan?"

"Aku haus," jawab Kate.

"Di sebelah sana ada lemari pendingin berisi minuman. Kau bisa ambil saja ke sana tanpa harus mengajakku ke sini."

"Tidak perlu. Kau sudah memiliki apa yang aku butuhkan."

Dengan satu gerakan cepat Kate mencekik Henry. Dia mencari-cari nadi karotis di sekitar lehernya. Setelah menemukannya dia menariknya dan menancapkan taringnya ke sana. Kate menyedot semua darah Henry sampai tidak bersisa. Setelah selesai, dia menyembunyikan mayat Henry di ruangan kecil yang berada di bawah tribun penonton.

Rose mengintip melalui celah yang ada di sana. Kate menyadari jika Rose memerhatikan dirinya. Dengan segera dia berlari keluar dan menghampiri Rose. Mulut dan tangan Kate berlumuran darah segar.

"Tidak, jangan bunuh aku. Aku mohon..." rintih Rose.

Akhirnya bisa update juga. Maaf ya kalau sudah beberapa hari tidak update karena jadwal kegiatan saya memang padat bulan ini. Namun, saya akan berusaha semampu saya. Terima kasih atas kesabarannya.

Wymond Academy [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang