Remorse

909 88 0
                                    

Tawa Refflint menggema di seluruh lapangan. Semua terdiam terpaku melihat apa yang baru saja diperbuatnya. Mr. Nattmor menyayatkan pisaunya ke nadi yang berada di pergelangan tangan Mr. Refflint. Mr. Refflint langsung panik dan mencoba menyerang Mr. Nattmor, tetapi Mr. Arsenic sudah lebih dulu menebas pinggang Mr. Refflint dan membelahnya menjadi dua.

Miss Selen bertanya, "Sekarang apa? Mayat yang ada di sini sangat banyak. Bagaimana kita menjelaskan ini kepada polisi?"

"Beberapa bisa kita makamkan dengan layak. Yang lainnya kita buat seperti kecelakaan. Kita bakar tempat ini sehingga mereka terlihat seperti mati dalam kebakaran." jawab Mr. Nattmor.

"Untuk yang hidup harus kita evakuasi dahulu dari sini." kata Mr. Arsenic. "Winters, bisakah kau membawa Miss Silvermist kembali ke kamar. Usahakan jangan sampai ada yang melihat kalian. Sekarang masih dini hari. Seharusnya belum ada yang bangun."

"Baik, Sir." kata Kate.

Kate menggendong tubuh Rose yang pingsan. Dia kemudian berlari sekuat tenaga ke kamarnya di asrama putri. Dia menidurkan Rose di tempat tidurnya.

Kate melangkah ke depan jendela. Dia dapat melihat kepulan asap dari kejauhan. Kobaran api menjilati langit yang sebentar lagi memancarkan cahaya fajar. Dilihatnya kedua tangannya serta pakaiannya yang ternoda oleh darah sebagai saksi atas perbuatannya malam ini.

Kate membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dengan yang baru. Pakaian lamanya dia bersihkan, tetapi ada beberapa sobekan sehingga tidak bisa dipakai lagi. Dia berniat untuk menyimpannya.

Nessa datang ke kamar mereka atas perintah Mr. Nattmor. Dia mencoba membuat Kate bicara, tetapi Kate tak mengucapkan sepatah katapun. Rasa bersalah menghantui dirinya sehingga dia tidak mampu berkata-kata.

"Tidak, jangan bunuh orangtuaku! Kembalikan mereka kepadaku!" teriak Rose yang baru tersadar. Nessa langsung menghampirinya dan mencoba menenangkannya sementara Kate masih terdiam.

Kate memutuskan untuk pergi. Dia berlari ke arah danau yang jarang dikunjungi orang untuk menyendiri. Dia menangis sepuasnya di sana. Tanpa dia sadari ada seseorang yang memperhatikan dirinya.

"Apa kau sudah mendengar kabar terbakarnya gedung olahraga?" tanya Ricky yang berdiri di belakangnya.

"Mengapa aku harus peduli dengan itu?" tanya Kate balik.

"Karena kau ada di sana saat kejadian itu berlangsung." jawab Ricky. "Mereka sudah membicarakannya di forum The Hunters."

"Lalu kau ke sini untuk menyalahkanku juga? Silakan saja."

"Tidak, aku hanya ingin tahu saja." ujar Ricky sambil berjalan menjauh. "Orang-orang mencarimu. Sam belum terbangun hingga saat ini."

Kate berjalan mengikuti Ricky ke klinik. Di sana Hwa-Jae, Ryou, dan Harry, Rose, Nessa, dan Edward sudah berkumpul. Rose langsung memeluk Kate. Kate hanya bisa pasrah menerima pelukan sahabatnya itu. Dia sudah menghabiskan seluruh air matanya tadi, tetapi rasa ingin menangis itu masih ada.

"Maafkan aku. Ini semua salahku." ujar Kate.

"Tidak, kami tidak menyalahkanmu. Semua ini sudah ditakdirkan terjadi." kata Edward.

"Mr. Arsenic dan Mr. Nattmor sedang mengusahakan untuk mencari obatnya. Dia akan sembuh." kata Miss Selen. "Kate, kau butuh istirahat. Aku menyarankan kau istirahat di sini terlebih dahulu. Yang lainnya boleh keluar."

Satu persatu dari mereka meninggalkan klinik. Miss Selen menyuruh Kate merebahkan badannya di atas kasur. Dia memeriksa kondisi fisik Kate.

"Tubuhmu sudah memulihkan dirinya dengan baik. Beberapa luka belum sembuh, tetapi aku yakin dengan istirahat yang cukup kau akan sembuh total." kata Miss Selen.

"Miss, apakah benar Mr. Nattmor dan Mr. Arsenic berusaha menyembuhkan Sam? Bagaimana jika mereka tidak berhasil?" tanya Kate.

"Tenang saja. Mr. Arsenic adalah lulusan dari sekolah tinggi alkemi terbaik di dunia. Mr. Nattmor, jelas dia memiliki banyak pengalaman hidup." kata Miss Selen.

Sementara itu Mr. Arsenic memeriksa sampel darah Sam. Dia sudah mencoba berbagai ramuan anti-racun yang bisa dia buat, tetapi tidak ada yang berhasil. Mr. Nattmor datang menghampirinya.

"Belum ada perkembangan, Dan?" tanya Mr. Nattmor.

"Belum ada. Aku memeriksa kembali rekaman yang dimiliki Masaru, tetapi labelnya sepertinya tidak sesuai dengan racun yang ada di tubuhnya. Sepertinya Refflint memanfaatkan Hale untuk memodifikasi racunnya menjadi semacam senjata biologis yang bisa langsung menyerang sistem sarafnya. Yeah, berdoa saja anak itu tidak berubah menjadi zombie." jelas Mr. Arsenic.

"Tunggu, tadi kau bilang apa? Senjata biologis?" tanya Mr. Nattmor. "Sepertinya aku punya kenalan yang mempelajari hal ini. Sampai jumpa, Daniel." ujar Mr. Nattmor sambil meninggalkan Mr. Arsenic yang masih bingung sendiri.

Mr. Nattmor mengambil teleponnya dan mulai menekan nomor. Nada telepon berbunyi hingga seseorang mengangkatnya.

"Halo, siapa ini?" tanya orang di seberang telepon.

"Hai, ini aku Darren dan aku membutuhkan bantuanmu, Ders." jawab Mr. Nattmor.

"Aku harap ini penting. Karena kau menelepon malam-malam begini."

Mr. Nattmor lupa jika orang yang sedang dihubunginya berada di zona waktu yang berbeda dengannya. "Ini penting. Bisakah kau memberitahuku tentang penelitianmu waktu itu?"

"Aku akan mengirimkannya lewat email."

"Terima kasih, Ders."

Mr. Nattmor kembali ke Mr. Arsenic sambil membawa betumpuk kertas. Dia meletakkan semua kertas itu di atas meja Mr. Arsenic.

"Apa ini?" tanya Mr. Arsenic.

"Jawaban dari semua kegelisahan kita. Sekarang ayo kita pahami dan mengaplikasikan metode ini." jawab Mr. Nattmor. "Ayo kita bekerja."

Revisi kali ini sudah hampir mencapai penghujung cerita. Mungkin jadi agak php buat pembaca lama yang nungguin buku ke-4, tapi malah diulang lagi.

Menurut kalian bagaimana cerita versi baru sejauh ini? Don't be shy to tell me in comment section!

Don't forget to vote!
Thank you.

Wymond Academy [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang